aku perajut hari yang sunyi
meniti setiap hati
menyunggi setiap harapan
hingga sebuah ruang kupilih
sebagai penanda waktu
di muka pintu kutemukan siluet
adakah gemetar tubuhmu akan kurasakan
ketika malam menyusup bisu
apakah gemulaimu akan kutandaskan
sedang hujan selalu tak dapat menentukan arah
inilah waktu
musim yang mencocokkan
setiap gerak yang berbeda
tumit yang merangkum sebentuk rasa
SudutBumi, 2007
Sebuah Wajah
pu, aku mencintai sebentuk wajah
yang tergurat dari rupamu
ketika pertemuan hanya menyisakan
batas angan
aku tergeragap
karena kau begitu saja membuatku berdebar
aku masih ingat, pu
sore itu
langit bandung begitu anggun
jalanan begitu teratur
dan aku begitu menikmati wajahmu
di balik etalase
sebuah beranda telah memenjarakan ruang gerak kita
pu, aku ingin mengulangi peristiwa itu
ketika kau mencermati wajahku
dan menuangkannya di sebuah kanvas