Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Andaryoko: Supriyadi Sudah Saya Tanggalkan Tahun 1950

Kompas.com - 01/11/2008, 16:51 WIB

BLITAR, SABTU - Andaryoko Wisnuprabu yang mengaku sebagai pahlawan Pembela Tanah Air (Peta) Supriyadi, dicecar pertanyaan oleh keluarga dan teman Supriyadi dalam acara bedah buku yang berlangsung di Perpustakaan Bung Karno, Blitar, Jawa Timur, Sabtu.
     
Suroto, adik tiri Supriyadi, mendapat kesempatan pertama untuk mengajukan pertanyaan kepada Andaryoko dalam acara tersebut. Ia lalu bertanya lulusan sekolah mana Supriyadi itu dan siapa guru asal Padang, Sumatra Barat yang mengajarnya dulu.
     
Andaryoko tak menjawab pertanyaan yang diajukan Suroto. "Saya datang ke Blitar ini bukan untuk membuktikan saya sebagai Supriyadi atau bukan. Nama Supriyadi sudah saya tanggalkan sejak 1950," kata pria yang tinggal di Jalan Mahesa Raya Nomor 1 Pedurungan, Semarang, Jawa Tengah itu berkilah.
     
Sukiarno mantan tentara Peta yang menjadi anak buah Supriyadi juga mendapat giliran mengajukan pertanyaan berikutnya. Ia pun berdiri dan bertanya di asrama mana Supriyadi tinggal dan bersama siapa saja di asrama itu. Andaryoko lagi-lagi tak bisa menjawab pertanyaan "mantan anak buahnya" itu.
     
Namun Andaryoko menjelaskan, sekitar lima tahun lalu, dia sempat ke Blitar untuk menemui Sukiarno. "Saya tunjukkan foto saya semasa bujang, dia menangis. Sekarang, terserah kalau dia tak mau mengakuinya," kata Andaryoko mengingatkan Sukiarno.
     
Acara bedah buku berjudul "Mencari Supriyadi: Kesaksian Pembantu Utama Bung Karno" karya Baskara T. Wardoyo itu sempat memanas, lantaran para undangan yang hadir tidak bisa mendapatkan jawaban yang memuaskan dari Andaryoko mengenai pengakuannya sebagai Supriyadi itu.
     
Berkali-kali Andaryoko dan moderator mendapatkan interupsi dari para peserta bedah buku di perpustakaan yang berada di kompleks Makam Bung Karno itu. Peserta pun memprotes ucapan Iksan Rosyid, dosen Fakultas Sejarah Universitas Airlangga Surabaya sebagai moderator yang memotong pembicaraan Andaryoko.
     
"Moderator tidak perlu membatasi keterangan Pak Andaryoko, karena ini menyangkut sejarah negeri ini," kata Wakil Ketua DPRD Kota Blitar, Bambang Gunawan, yang mendapat undangan acara tersebut.
     
Di awal paparannya, Andaryoko mengungkapkan bahwa dirinya bukan putra mantan Bupati Blitar, Darmadi, tapi putra dari Pujo Kusomo yang berasal dari Salatiga, Jawa Tengah.
     
"Kedatangan saya ke sini bukan untuk membuktikan saya Supriyadi atau bukan. Tapi saya hanya menceritakan pengalaman saya," kata pria berusia 89 tahun yang pada bulan Agustus 2008 menyita perhatian publik lantaran mengaku sebagai Supriyadi itu.
     
Kendati usianya sudah uzur, Andaryoko yang saat itu mengenakan seragam tentara Peta lengkap dengan lencana Garuda Pancasila terdengar lancar menceritakan pengalamannya sebagai pejuang 1945, sampai wafatnya Bung Karno.
     
Acara bedah buku itu sendiri mendapatkan pengamanan ketat puluhan personel kepolisian, sesuai permintaan Andaryoko sebelum tiba di Blitar. Sayangnya, Wali Kota Blitar, Djarot Saiful Hidayat yang dijadwalkan membuka acara tersebut batal hadir dan mewakilkan kepada ketua Blitar Heritage Society (BHS), Mardiono.
     
Dalam buku-buku sejarah, Supriyadi hilang misterius pada 14 Pebruari 1945, setelah melakukan pemberontakan terhadap tentara pendudukan Jepang di Blitar.
     
Acara bedah buku dengan menghadirkan Andaryoko itu pun berakhir tanpa ada kesimpulan dan jawaban mengenai hilangnya sosok Sodanco Supriyadi, yang telah diabadikan sebagai nama jalan di Kota Blitar itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com