Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Sekolahku Seorang Pemulung

Kompas.com - 01/11/2008, 15:29 WIB

Apa tanggapan balik Mahmud atas cibiran itu? "Saya tak bermaksud merendahkan martabat dan harga diri profesi guru," kat dia. Justru dengan sambil memulung, Mahmud coba memberi pelajaran kepada kawan seprofesinya dan pihak-pihak lain, kalau gaji guru di Jakarta saja, ini Jakarta lho, belum cukup untuk kehidupan keluarga.

"Mestinya rekan-rekan guru yang lain bangga pada saya, siapa tahu ke depan guru swasta pun diperhatikan seperti PNS. Sebab guru swasta juga banyak, dan tugas mereka sama seperti guru negeri, mencerdaskan anak-anak," ujar Mahmud yang sudah menekuni pekerjaan mengumpulkan barang-barang bernilai ekonomis dari sampah buangan keluarga sekitar huniannya.

Derita keluarga Mahmud mengundang banyak keprihatinan, termasuk dari wartawan dan insan perfilman.  Saat pembahasan RUU Guru dan Dosen marak rua tahun lalu, TVRI membuat tayangan dengan memosisikan Mahmud sebagai 'aktor' utama. TVRI mengeskploitasi rangkap jabatan guru dan pemulung. Setelah film itu tayang, Mahmud mendapat hadiah berupa tabungan Rp 20 juta.

Tahun lalu, dia juga menjadi "aktor"  film dokumenter berjudul Kepala Sekolahku Pemulung. Film dokumenter terbaik yang menyabet penghargaan film favorit dalam kompetisi film dokumenter Eagle Award, Metro TV. Mahmud beserta istri pun tampil pada acara Kick Andy. "Semua tabungan saya dari film itu habis, ludes... des... untuk pengobatan alternatif istri," kata Mahmud dengan nada pelan, lirih.

Seorang anaknya bahkan harus putus kuliah, drop out, setelah dua semester berturut-turut tidak mampu membayar uang kuliah karena semua penghasilan mereka tersedot untuk pengobatan sang ibu.

Jika dari TVRI didapatkan Mahmud honor Rp 20 juta, dari Metro TV diperoleh jalan mendapatkan operasi berbiaya ratusan juta dengan cuma-cuma. Saat derita dia diekspos Andy F Noya, sang presenter, hal itu mengilhami pihak RS Siloam Karawaci dan Yayasan Otak Indonesia memberi layanan bedah otak tanpa dipungut biaya. Beruntunglah keluarga ini, istri atau ibu yang mereka kasihi sudah bebas dari sergapan kanker otak mematikan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com