Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara Berkembang di Ambang Krisis Nilai Tukar

Kompas.com - 31/10/2008, 09:58 WIB

Sebelumnya, 16 Oktober lalu ECB juga harus mem-bailout Hongaria lewat injeksi likuiditas senilai 5 miliar poundsterling. Polandia, Slowakia, dan Ceska relatif lebih baik karena tak terlalu tergantung dari pinjaman luar negeri. Namun, mereka sangat tergantung dari investasi langsung asing (FDI) yang tahun depan kemungkinan tidak mengalami ekspansi.

Kondisi eks Soviet juga rawan karena negara ini sangat bergantung pada utang luar negeri untuk menopang pertumbuhan ekonominya. Untuk menyelamatkan perbankannya, Pemerintah Rusia juga sudah menyisihkan hampir 200 miliar dollar AS.

Mirip seperti yang terjadi di Indonesia sebelum krisis, selama satu dekade terakhir ratusan bank kecil muncul di Rusia dengan modal dari pinjaman asing yang kemudian dipakai untuk membiayai pembangunan sektor- sektor booming, seperti properti.

Utang luar negeri Rusia (530 miliar dollar AS) sekarang ini sudah melampaui cadangan devisanya. Sekitar 47 miliar dollar AS jatuh tempo dalam dua bulan ini. Kondisi serupa dihadapi Ukraina yang sejauh ini indeks sahamnya sudah anjlok 75 persen. Ukraina sudah meminta pinjaman darurat 14 miliar dollar dari IMF.

Kekhawatiran besar terhadap krisis nilai tukar dan gejolak di pasar valas ini memunculkan desakan bagi ditempuhnya upaya intervensi terkoordinasi di kalangan negara-negara maju, kemungkinan dalam beberapa hari mendatang ini, untuk meredam melonjaknya dollar AS dan bergugurannya mata uang emerging markets.

”Risikonya sangat besar, tetapi itu langkah tepat saat ini karena jika sampai emerging markets ikut (tumbang) ke dalam gagal bayar, konsekuensinya akan sangat katastropik,” kata ekonom terkemuka Harvard University, Kenneth S Rogoff, dikutip New York Times, akhir pekan lalu.

Konsekuensi gagal bayar emerging markets terutama mengancam perbankan dan ekonomi negara maju Uni Eropa yang selama ini banyak menyalurkan kredit ke emerging markets, seperti terjadi pada krisis finansial Asia dan Amerika Latin tahun 1990-an.

Hans Redeker, pakar valas di BNP Paribas, mengingatkan, krisis nilai tukar Eropa Timur juga bisa mengancam runtuhnya sistem nilai tukar mata uang di Uni Eropa serta memicu krisis di Uni Ekonomi dan Moneter Eropa (EMU). ”Sistem bisa lumpuh dan kejadiannya bisa seperti Black Wednesday 1992,” ujarnya.(sri hartati samhadi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com