Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Eksportir Kopi Sumut Terancam Gulung Tikar

Kompas.com - 21/10/2008, 15:21 WIB

MEDAN, SELASA - Turunnya harga komoditas perkebunan di pasar internasional seiring dengan terjadinya krisis keuangan global membuat puluhan eksportir kopi di Sumatera Utara terancam gulung tikar. Harga kopi jenis arabica yang selama ini menjadi andalan ekspor Sumatera Utara sejak sebulan terakhir turun drastis.

Menurut Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumatera Utara (Sumut) Suyanto Husein, harga kopi jenis arabica di pasar internasional dalam sebulan terakhir turun dari 3.800 dollar Amerika Serikat (AS) per ton menjadi 3.200 dolar AS per ton. "Penurunan ini masih belum yang terakhir. Kemungkinan besar harganya di pasar internasional akan kembali turun mengingat perekonomian global masih belum pulih," ujar Suyanto di Medan, Selasa (21/10).

Dia mengungkapkan, kerugian eksportir kopi Sumut terutama dipicu karena pembelian kopi dari petani sudah dilakukan jauh hari sebelum krisis keuangan terjadi. "Kami kan membeli kopi dari petani jauh sebelum krisis. Kalau yang sudah terjual mungkin enggak masalah. Tetapi kan masih banyak juga kopi yang belum terjual. Harga pembelian dari petani saat itu cukup tinggi, sementara sekarang harga jual kami ke pasar ekspor sudah turun drastis," katanya.

Kerugian ini lanjut Suyanto karena eksportir tidak mampu menutupi selisih harga beli dari petani dengan harga jual ke pasar ekspor. Apalagi mengingat pasar utama kopi arabica Sumut adalah AS, Eropa dan Jepang, negara-negara yang terkena imbas krisis keuangan global terparah.

"Dalam tiga tahun terakhir lebih dari dua pertiga ekspor kopi arabica Sumut ditujukan ke pasar Amerika Serikat dan Eropa. Pembeli terbesar kopi arabica Sumut kan gerai internasional seperti Starbucks. Ada juga memang ekspor yang ke Jepang, tetapi Jepang kan juga ikut terpengaruh krisis global," kata Suyanto.

Suyanto menuturkan, dari 400 eksportir kopi Sumut yang terdaftar di AEKI, saat ini hanya 60-an eksportir yang masih aktif. "Itu pun dari jumlah yang aktif tersebut, sekarang mereka terancam gulung tikar karena krisis ini," ujarnya.

Terjadinya krisis di negara-negara pasar kopi arabica Sumut menurut Suyanto telah membuat konsumen di negara tersebut mengubah gaya mengkonsumsi kopi. "Kalau dulu orang lebih suka menikmati kopi di gerai macam Starbucks, sekarang mereka lebih suka membeli kopi dalam kemasan. Jauh lebih menghemat pengeluaran, apalagi kopi ini kan bukan kebutuhan utama," katanya.

AEKI Sumut kata Suyanto berharap pemerintah memperhatikan nasib eksportir kopi yang terancam gulung tikar. "Bagaimana pun kalau eksportir yang kena imbas krisis ini, ujung-ujungnya petani kopi juga yang kena, karena kami membeli dari mereka," ujarnya.

Pemerintah diminta membuat semacam badan penyangga untuk komoditas perkebunan yang telah menjadi andalan Indonesia menghasilkan devisa seperti kopi, karet hingga kelapa sawit. "Memang harus ada tata niaga agar petani tidak dirugikan dalam kondisi harga yang terus menerus turun seperti sekarang. Ada patokan harga dimana pemerintah bisa mengamankan komoditas tertentu ketika di pasar internasional harga turun. Tidak mungkin kita bisa menyerahkan sepenuhnya mekanisme harga ke pasar bebas yang dipenuhi spekulan. Apalagi spekulan inilah yang sekarang membuat krisis terjadi," katanya.

Data AEKI mencatat, per September 2008 nilai ekspor kopi Sumut mencapai 10,4 juta dollar AS, dengan rincian volume, ekspor kopi arabica mencapai 2.575 ton, kopi robusta 341,44 ton, dan kopi dalam bentuk kemasan mencapai 138,9 ton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com