Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disorientasi Ruang Yogyakarta akibat Patahnya Simbol

Kompas.com - 12/10/2008, 03:00 WIB

Selain pembentukan institusi kolektif, perlu juga dibuat kesepakatan bersama tentang tujuan tata kota yang kemudian diformalkan. Menurut Sudaryono, pengendalian kebijakan tata ruang oleh pemerintah daerah selama ini masih lemah. Hingga kini belum ada konsistensi antara perencanaan sebagai produk hukum formal dan implementasi di lapangan.

Potensi keistimewaan tata ruang di Yogyakarta masih cukup kaya. Keunikan DIY terletak, antara lain, pada tata ruang pedesaan dengan halaman rumah yang tidak berpagar. Secara garis besar, pola dasar pendirian Yogyakarta oleh Sultan Hamengku Buwono I sebenarnya mirip dengan beberapa kerajaan lain, seperti Majapahit, Demak, dan Surakarta. Tata kota terdiri dari pusat keraton, alun-alun, dan tempat ibadah.

Meski tetap mempertahankan keunikan dari sisi historis dan simbolis, tata ruang kota tetap harus memberikan ruang longgar bagi pengembangan tata sosial yang baru.

”Tata fisik lama tetap dipertahankan, tetapi fungsi baru bisa masuk dan tidak merusak yang lama. Belum terlambat untuk menyelamatkan tata ruang istimewa Yogyakarta asal ada kepedulian kolektif,” ungkap Sudaryono.

Tata ruang Yogyakarta menyimpan keunikan yang memampukan Yogyakarta untuk memiliki nilai keabadiannya. Dengan perencanaan tata ruang yang baik, Yogyakarta tidak perlu lagi mengalami degradasi sebagai suatu lintasan kolektif memori. Keterhilangan memori yang menumbuhkan rasa keterasingan terhadap kota belum terlambat untuk dicegah. Tinggal apakah ada kepedulian dan kemauan untuk bertahan atau membiarkan kota menjadi homogen setelah terseret zaman…

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com