Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makam Souw Beng Kong, Situs Sejarah yang Dilupakan

Kompas.com - 08/10/2008, 06:56 WIB

Makam Souw Beng Kong sangat menarik karena selain dia Kapiten I, hingga kini belum ditemukan lagi makam kapiten atau mayor Tionghoa lainnya.

Kondisi makam yang nyaris hilang itu perlahan dipugar. Yayasan Souw Beng Kong yang didirikan untuk merawat makam ini kemudian membebaskan tanah di sekitar makam. Kini makam ini memiliki areal seluas 200 meter persegi. Namun, letaknya masih di tengah permukiman kumuh warga.

Makam ini hanya dibatasi dengan pagar kawat BRC yang nyaris menempel dengan rumah warga. Beberapa pakaian yang sedang dijemur terlihat dicantolkan di pagar ini. ”Sangat sulit membebaskan tanah di sekitar sini. Untuk membebaskan tanah seluas 25 meter persegi saja, kami harus mengeluarkan uang Rp 100 juta. Sangat mahal,” aku Hendarmin.

Wisata sejarah

Yayasan Souw Beng Kong tidak bermimpi menjadikan makam sejarah itu sebagai taman yang luas. Namun, yayasan itu menginginkan jalan masuk ke makam diperlebar sehingga memudahkan orang yang ingin berkunjung atau bersembahyang ke makam ini.

Selama tahun 2008, telah dua kali yayasan ini menyelenggarakan sembahyang di makam ini, yakni pada hari sembahyang musim semi (April) dan hari sembahyang musim gugur (September). ”Jika tempatnya nyaman, pemerintah bisa mempromosikan tempat ini sebagai situs sejarah,” kata Hendarmin.

Dia mengatakan, sudah banyak orang Belanda yang datang ke makam ini untuk mengetahui Souw Beng Kong lebih jauh. ”Jika banyak turis datang, warga sekitar bisa mendapatkan manfaat ekonomi dengan adanya situs sejarah ini,” tambahnya.

Keberadaan makam Souw Beng Kong agaknya jangan hanya menjadi kerja keras yayasan ini saja. Mengutip mantan Kepala Humas DKI Jakarta Syariful Alam, ”Kalau Jawa Tengah dan Jawa Timur punya candi, Jawa Barat punya alam yang indah, Bali dengan kehidupan masyarakatnya. Jakarta punya apa?

Mengapa situs-situs sejarah di Jakarta dibiarkan terbengkalai?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com