Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wulan Ayodya, Sukses Kelola Pelatihan Usaha

Kompas.com - 25/09/2008, 08:03 WIB

Apa, sih, fokus UKMKU?
Karena basic saya wirausaha, saya bikin suatu wadah untuk melatih wirausaha. Sesuai namanya, saya memilih usaha skala kecil. Baik pemula sampai yang ingin mengembangkan. Saya tak ingin sekadar seminar, tapi melengkapinya dengan pelatihan usaha.

Misalnya, saya kerja sama dengan Ibu Sisca Soewitomo. Bersama Ibu Sisca, saya memberi pelatihan untuk organisasi atau perusahaan. Misalnya saja usaha membuat kue basah. Ibu Sisca tentang pembuatan kue, saya bicara soal pengembangan usaha. Yang paling baru, saya dipercaya BRI untuk memberikan pelatihan usaha kuliner dan makanan untuk analis kredit mereka. Saya mengajar mereka dengan bagi pengalaman.

Bagaimana cara Anda memperkenalkan UKMKU?
Dibantu suami, Tomy Achmad, saya membuka web www.ukmku.com. Saya tidak menyangka, peserta datang dari berbagai tempat di luar Jawa. Misalnya saja Bali, Jayapura, Ambon., Manado, Palangkaraya. Dari sekian banyak peserta kursus, yang terbanyak tentu saja dari Jakarta.

Kursus apa saja yang Anda buka?
Macam-macam. Misalnya saja usaha roti rakyat. Untuk kursus ini, saya dibantu seorang pedagang roti rakyat yang sudah belasan tahun menekuni usahanya. Bila dia bicara soal teknik membuat roti, saya menekankan kepada peluang usahanya. Mulai dari cara promosi, membuat brosur, cara menjual dst. Peserta memang saya motivasi untuk mulai usaha.

Setelah menerima materi dasar, saya juga minta mereka berinovasi. Saya katakan, bisnis sekarang ini jangan cari yang biasa. Buatlah yang yang berbeda dan punya nilai lebih. Dari situ muncul ide peserta yang unik. Misalnya saja untuk isi roti, ada yang membuat pakai telur asin.

Bagaimana dengan jumlah peserta?
Karena mereka mesti praktik langsung, pesertanya tidak terlalu banyak. Per kelas saya batasi maksimal 30 orang. Untuk roti rakyat ini, pesertanya ibu-ibu kalangan menengah ke bawah. Sebenarnya, sih, biaya kursus Rp 85 ribu - 100 ribu. Tapi, kalau saya dapat sponsor, terkadang malah gratis. Selain itu, ada kursus dekorasi kue, bakery, katering. Oh ya, terkadang saya juga minta ibu saya, Rosalien Fien untuk mengajar. Ibu, kan, pintar masak.

Bagaimana kiat Anda kepada peserta yang ingin buka usaha tapi terbentur modal?
Sebenarnya tidak ada alasan tak punya modal untuk buka usaha. Tak punya modal pun bisa mulai usaha. Contohnya seperti yang sudah saya lakukan. Untuk modal usaha, bisa modal sendiri, pinjaman, atau kerja sama. Untuk pemula mungkin sulit cari kredit di bank. Saya sarankan untuk menggadaikan barang berharga mereka yang tidak produktif. Uang itu bisa dipakai untuk modal. Bisa, kok, mulai dengan modal kecil.

Apa yang membahagiakan Anda dengan UKMKU ini?
Saya senang sekali bila mendengar peserta kursus berhasil membuka usahanya. Sudah lumayan banyak lho yang berhasil. Salah satunya peserta dari Bali. Dia menceritakan lewat telepon, usahanya berkembang. Bahkan, saya diundang ke sana.

Anda juga menulis buku tentang wirausaha?
Betul. Buku saya Kursus Singkat Usaha Rumah Makan Laris Manis tahun lalu diterbitkan oleh Elexmedia. Proses menulis buku ini hampir setahun. Ternyata, buku ini termasuk laris. Dalam waktu tujuh bulan, sudah cetak ulang tiga kali. Setelah itu, Elex minta saya kembali menulis buku. Tahun ini terbit Kursus Singkat Usaha Roti dan Kue Laris Manis. Buku terbaru ini juga sudah masuk proses cetak ulang.

Untuk judul kursus singkat ini, Elex membuat konsep seri. Rencananya, sih, sampai lima seri. Di luar buku ini, saya bersama Safir Senduk berkolaborasi menulis buku tentang Penipuan Usaha. Mungkin akhir tahun ini sudah terbit.

Kemudian di Sarosa Consulting, saya juga ada proyek menggarap buku. Sekarang, kan, di SMK atau di bangku kuliah ada pengayaan tentang materi wirausaha. Nah, saya menulis buku untuk buku sekolah ini. Dari rencana 25 seri, saya kebagian menulis sekitar 10 buku. Salah satunya usaha warung makan, tapi disesuaikan dengan kondisi anak sekolah. Seri buku pendidikan ini akan diterbitkan Penerbit Erlangga.

Anda, kan, dapat didikan keras dari orangtua untuk berbisnis. Apakah pola yang sama Anda terapkan pada anak-anak?
Saya tidak sekeras itu. Saya ingin kelak mereka menjalani profesi seperti yang mereka mau. Namun, anak sulung saya Diva yang kelas 5 SD, tampaknya senang menekuni bidang usaha. Sejak kecil dia memang sudah melihat aktivitas ibunya. Misalnya, dia saya ajak ke Tanah Abang untuk belanja kain. Dari situ jiwa bisnisnya terpupuk. Waktu kelas 3 SD, tanpa saya minta dia mencoba jualan stiker. Puasa kemarin dia juga jualan makanan kecil di depan rumah.

Suami saya juga menjalankan usaha sendiri. Dia jual beli motor second, lelang, dan pasok toko. Dia juga membantu mengelola usaha saya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com