Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TAJUK RENCANA

Kompas.com - 20/09/2008, 00:33 WIB

Prospek Kepemimpinan Livni

Dalam pemilihan pemimpin Partai Kadima, Israel, Menteri Luar Negeri Tzipi Livni berhasil mengungguli lawannya, Menteri Transportasi Shaul Mofaz.

Namun, kemenangan itu hanya tipis, dengan beda suara sekitar satu persen. Jadi, meski punya kans untuk menggantikan Ehud Olmert sebagai Perdana Menteri Israel, jalan Livni menuju ke sana masih berliku.

Sebagai langkah awal, Livni harus berunding dengan berbagai pihak, mulai dari mitra koalisi, seperti pemimpin Partai Buruh yang kini Menteri Pertahanan Ehud Barak, hingga calon pemimpin Partai Kadima yang ia kalahkan.

Khususnya dengan kandidat yang ia kalahkan, perbedaan memang besar. Livni, pengacara berusia 50 tahun, sudah memimpin perundingan damai dengan Palestina, sementara Mofaz adalah mantan jenderal berusia 59 tahun yang dikenal menganut garis keras dan memandang remeh perundingan.

Akan tetapi, katakan saja Livni berhasil menggalang kemitraan dengan pihak lain hingga terbentuk koalisi mayoritas di parlemen yang beranggotakan 120 orang, maka ia akan menjadi perempuan pertama yang memimpin negara Yahudi ini semenjak Golda Meir di tahun 1974. Namun, kalau itu tak terjadi, Israel akan menyelenggarakan pemilu dalam tiga bulan mendatang. Kalau ini yang terjadi, jajak pendapat memperlihatkan, Partai Likud yang menganut garis kanan pimpinan Benjamin Netanyahu akan menjadi pesaing kuat.

Perkembangan terakhir di Israel ini tidak bisa dilepaskan dari merosotnya dukungan terhadap Olmert yang diduga melakukan korupsi selama menjadi Wali Kota Jerusalem dan Menteri Perindustrian. Jadi, meski sekarang Livni memenangi pemilihan Ketua Partai Kadima, selisih suara tipis menyiratkan menyurutnya mandat bagi partai ini untuk membentuk pemerintahan tanpa pemilu. Pembentukan koalisi pun tak kalah rumit karena partai yang bergabung dalam pemerintahan sekarang punya pandangan berlainan, khususnya menyangkut perundingan dengan Palestina, juga dengan Suriah.

Problem yang dihadapi Livni mencakup dua hal. Pertama, ketika membentuk koalisi, dan kedua ketika harus menangani urusan pokok Israel, yakni penyelesaian konflik dengan Palestina dan Suriah. Peluang kerja sama masih tetap mungkin ditempa dengan Mofaz yang, meskipun punya citra garis keras, masih punya keinginan berdamai dengan Palestina. Dengan latar belakang militer yang dimilikinya, Mofaz yakin bisa menangani tantangan strategis dan geopolitik yang kini dihadapi Israel. Akan tetapi, sekali lagi, apakah akan ada pemerintahan baru tanpa pemilu, atau apakah akan ada pemerintahan yang properdamaian, semua terpulang pada keahlian Livni menggalang koalisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com