Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tragedi Pasuruan, Niat Baik yang Berakhir Tidak Baik

Kompas.com - 16/09/2008, 08:09 WIB

PASURUAN - Haji Soikhon Fikri (55) yang tinggal di Gang Pepaya Nomor 169, Jalan dr Wahidin, Kelurahan Purutrejo, Kecamatan Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa Timur, dikenal masyarakat sebagai seorang dermawan. Juragan aneka kulit hewan ternak itu telah lama secara rutin membagi-bagikan zakat kepada warga, terutama setiap tanggal 15 Ramadhan.
    
Ketua RT 03/04 M Shaleh Riyanto yang ditemui di rumahnya, Senin (15/9) malam, mengatakan, keluaraga Soikhon dikenal warga sekitar sebagai orang yang baik. Selain secara rutin memberi zakat pada setiap Ramadhan, Shaikon juga sering berderma kepada warga di sekitarnya.
    
"Salah satu contohnya mushala yang digunakan warga sekitar untuk kegiatan pemberian zakat itu juga dibangun Haji Shaikon," kata Shaleh. Meski mushala tersebut dibangun dari dana pribadinya, tempat ibadah tersebut digunakan bagi semua umat. Shaleh juga mengatakan, hubungan Soikhon dengan tetangganya setiap harinya juga akrab dan terbuka.
    
Bapak empat anak itu sudah menempati rumah di Kelurahan Purutrejo sejak tahun 1983. Namun, kegiatan membagi-bagikan zakat kepada warga dilakukan sejak 1990-an. "Secara rutin Haji Soikhon memberi zakat kepada warga setiap 15 Ramadhan," tutur Shaleh.
    
Soikhon dikenal warga sekitar sebagai orang yang mampu karena menggeluti usaha pengepulan kulit aneka satwa ternak dari para penjagal dan usaha jual beli mobil. "Pembagian zakat yang dilakukan keluarga Soikhon selama ini aman-aman saja. Paling ada sejumlah orang yang pingsan karena saling berdesakan," kata Shaleh.
    
Namun, pembagian zakat kali ini sungguh tragis. Sebanyak 21 orang tewas dan 13 orang lainnya mengalami luka-luka dan pingsan akibat terinjak-injak.
    
Shaleh mengungkapkan, setiap membagi-bagikan zakat, warga sekitar selalu memaklumi jika Haji Soikhon menggunakan gang dengan cara menutupnya.
    
"Wajar jika ada seseorang yang mempunyai hajat terpaksa menutup jalan. Kegiatan tersebut kan tidak setiap hari," kata Shaleh. Bahkan, Shaleh menilai, persiapan Soikhon untuk membagi-bagikan zakat lebih baik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
    
Jika tahun-tahun sebelumnya para penerima zakat tersebar masuk ke gang-gang dan pematang sawah, kali ini dikumpulkan dalam satu gang. Warga yang telah masuk dalam gang juga telah dijelaskan lewat pengeras suara di mushala bahwa warga yang telah masuk dijamin akan mendapat zakat. Untuk itu para warga diminta untuk sabar dan tertib.
    
Namun, realitasnya, warga tidak serta-merta mengikuti ajakan tersebut. Warga yang datang tanpa mendapat kupon terlebih dulu tampaknya masih merasa waswas dan ingin segera mendapat bagian terlebih dulu.
    
Padahal, setiap tahunnya, tidak ada warga yang datang yang tidak kebagian zakat. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, pembagian zakat selalu diumumkan lewat radio. Warga yang akan mendapatkan zakat diminta datang tanpa syarat tertentu, baik warga Kota maupun Kabupaten Pasuruan.
    
Namun, para penerima zakat diutamakan para kaum perempuan yang telah berkeluarga. Nurul (30), seorang warga Bangil, mengetahui ada pembagian zakat lewat radio. Untuk itu ia berangkat bersama tetangga lainya sejak pukul 06.00. Namun, sesampai di lokasi, ratusan calon penerima zakat telah saling berdesakan.
    
Karena biasanya berlangsung aman, pembagian zakat itu tak pernah meminta bantuan polisi. Namun, kali ini kondisinya berbeda, jumlah calon penerima zakat tampaknya bertambah, diperkirakan mencapai ribuan orang.
    
Pada tahun-tahun sebelumnya pembagaian zakat dilakukan dengan cara membuat antrean melewati sebuah pematang selokan, kemudian Hanifah Hasan, istri Soikhon, yang duduk di sudut gang memberikan uang zakat kepada warga. Oleh karena itu, hampir setiap tahun adegan warga jatuh ke selokan selalu terjadi.
    
Kali ini pembagaian zakat dipersiapkan lebih rapi. Warga calon penerima zakat dikumpulkan dalam satu gang. Warga yang akan ikut antre juga telah diberi jadwal pada pukul 09.30 harus sudah masuk ke gang karena tepat pukul 10.00 pembagian segera dimulai dan berakhir pada pukul 12.00.
    
Sementara itu, bagi mereka yang datang terlambat tidak diperkenankan lagi memasuki gang yang telah ditutup dengan pagar bambu. Agaknya pengumpulan warga pada sebuah gang yang tertutup dengan maksud agar lebih tertib justru mengundang bencana.
    
Warga yang telah masuk gang tidak bisa lagi keluar masuk, termasuk warga yang telah jatuh pingsan akibat terlalu lama antre juga tidak diperkenankan keluar lagi.
    
Kondisi warga yang telah lelah antre semakin buruk akibat saling desak dan dorong untuk berebut ke satu pintu pembagian zakat di halaman mushala yang dibuka untuk sekadar cukup masuk satu orang.
    
Derasnya dorongan dari arah timur, barat, dan utara menuju ke pintu mushala membuat gerakan tak normal. Lautan warga yang berdesak-desakan itu akhirnya ambruk ke utara, tetapi dorongan warga dari arah timur dan barat tetap terus merangsek ke pintu mushala, akibatnya warga yang telah jatuh dan tertumpuk tidak bisa bangun dan terus terinjak-injak.
    
Kejadian tersebut berlangsung sekitar seperempat jam setelah pembagian zakat dimulai. Meski mengetahui sejumlah warga telah jatuh, warga lain dari arah timur dan barat terus merangseknya, sedangkan pintu mushala tidak juga dibuka karena panitia ketakutan kewalahan jika warga masuk dengan jumlah banyak.
    
Kondisi tersebut membuat warga yang jatuh tertumpuk dan terinjak-injak semakin kehabisan napas dan pingsan di lokasi kejadian. Sementara itu, pembagian zakat masih terus berlangsung dengan antrean hanya satu per satu orang.
    
Antrean pembagian zakat baru berhasil dibubarkan setelah dua SST polisi datang sekitar pukul 11.00. Polisi datang terlambat, sejumlah korban telah tewas, luka-luka, dan pingsan.
    
Wali Kota Pasuruan Aminurrokhman menyayangkan terjadinya tragedi pembagian zakat yang sampai menelan korban jiwa tersebut. Terlebih, pembagian zakat dilakukan tanpa sepengetahuan aparat mulai dari RT/RW hingga aparat keamanan di tingkat Muspida Kota Pasuruan.
    
Hal senada juga diungkapkan Ketua MUI Kota Pasuruan HA Dhofir. Ia menyayangkan adanya kegiatan pembagian zakat yang melibatkan ribuan orang tanpa melakukan koordinasi dengan aparat keamanan.
    
Bahkan, HA Dhofir yang juga Ketua Badan Amal Zakat (BAZ) Kota Pasuruan menyayangkan pembagian zakat yang tidak dikoordinasikan dengan BAZ Kota Pasuruan. "BAZ setiap tahun rutin menyalurkan zakat," kata Dhofir.

Aminurrokhman menghargai seseorang untuk menyalurkan zakat pribadinya secara langsung ke penerima. Namun, ia mengingatkan bahwa pemerintah juga mempunyai hak untuk mengatur demi ketertiban masyarakat umum.
    
Itu sebabnya Bupati Dade Angga yang juga kehilangan saudaranya akibat tewas berdesakan saat antre zakat mengimbau kepada semua kepala desa dan camat di wilayahnya untuk memantau dan menertibkan pembagian zakat yang melibatkan massa cukup besar.
    
Sebaliknya, bagi para dermawan yang akan menyalurkan zakat secara langsung diimbau melapor ke polisi terdekat. "Gratis. Tidak bayar," kata Kapolresta Pasuruan AKBP Harry Sitompul. Kapolresta juga menyayangkan atas tragedi pembagian zakat yang menimbulkan korban jiwa.
    
Pembagian zakat yang dilakukan keluarga Haji Soikhon, katanya, tidak dikorodinasikan dengan polisi sehingga saat kejadian tidak ada polisi seorang pun.
    
"Kami tidak tahu kalau ada kegiatan yang melibatkan massa," ujarnya. Nasi telah menjadi bubur, korban telah berjatuhan. Niat mulia Haji Soikhon membagi zakat telah berubah menjadi tragedi karena dilakukan dengan cara-cara yang kurang baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com