Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Periset Pilih Hengkang

Kompas.com - 11/09/2008, 00:50 WIB

Jakarta, Kompas - Sejumlah periset bidang unggulan pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI memilih hengkang ke luar negeri. Alasannya, mereka menilai perhatian pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana penelitian sangat kurang sehingga penelitian tidak bisa berjalan optimal.

”Nyaris tidak ada iklim yang bisa mendorong lembaga-lembaga riset di Indonesia menjadi optimal. Keterbatasan dana riset tidak diatasi dengan mengoptimalkan kerja sama lintas lembaga riset yang ada,” kata Ines Irene Atmosukarto, yang sebelumnya menjadi periset pada Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI. Dia sebelumnya mengembangkan riset unggulan untuk pembuatan vaksin flu burung.

Sejak awal 2007, Ines hengkang ke Australia. Ia bekerja di sebuah perusahaan bioteknologi di Canberra yang bergerak di bidang penelitian pembuatan vaksin.

Selama riset tiga tahun antara 2003 dan 2006, Ines menemukan cara membuat protein M2 yang terdapat pada virus flu burung dengan bahan dari keanekaragaman hayati lokal. Menurut dia, ketika dihubungi awal pekan ini, hasil risetnya itu berpeluang untuk dijadikan vaksin sintetis flu burung (H5N1).

”Tetapi, penelitian sampai ke pembuatan vaksin tidak bisa berlanjut di LIPI karena keterbatasan sarana dan prasarananya,” ujarnya.

Inez Slamet-Loedin, periset bidang unggulan di bidang tanaman pangan padi dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI, juga pindah ke Filipina dan bekerja pada International Rice Research Institute (IRRI) sejak 1 Agustus 2008. Inez sebelumnya mengembangkan riset unggulan LIPI berupa rekayasa genetika tanaman pangan padi untuk menghasilkan varietas tahan kekeringan dan banjir.

Kedua periset itu mengungkapkan, hambatan riset dialami di Indonesia juga karena periset lebih disibukkan pada urusan administratif. ”Urusan administratif membuat riset di Indonesia lebih lama. Misalnya, untuk riset pembuatan vaksin di Australia memakan waktu 10 tahun, kalau di Indonesia bisa tiga kali lipatnya,” ujar Ines Irene Atmosukarto.

Kepala LIPI Umar Anggara Jenie menanggapi, pindahnya para periset LIPI itu memang disebabkan sarana dan prasarana penelitian yang dimiliki pemerintah kurang memadai. Namun, ke depan, diharapkan ada perbaikan.

”Pada waktunya diharapkan mereka kembali ke LIPI dan mengembangkan riset di Tanah Air,” kata Umar.

622 satker riset

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com