Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adik Tiri Supriyadi Kesal Harus Selalu Cek

Kompas.com - 12/08/2008, 21:47 WIB

JAKARTA, SELASA - Pengakuan Andaryoko Wisnu Prabu bahwa dirinya adalah Supriyadi, pahlawan nasional asal Blitar yang dicatat sejarah menghilang, mendapat tentangan dari adik tiri Supriyadi, Utomo Darmadi. Utomo menyebut bahwa pengakuan Andaryoko itu sama sekali tidak benar. Utomo bahkan menyindir Andaryoko sebagai orang yang hanya mengejar sensasi.

"Dia itu ngaku-ngaku, nggak bener itu," ujar Ki Utomo darmadi kepada persdanetwork di Jakarta, Selasa (12/8). Dikatakan Utomo Darmadi, dirinya langsung tahu bahwa Andaryoko itu bukanlah Supriyadi saat melihat wajahnya di televisi. Menurut Utomo, kalaupun berubah dari orang muda ke tua, bentuk wajahnya tidak akan jauh berubah. Seperti telinganya.

"Tadi saya sepintas melihat di TV, lha liat gambarnya kelihatan memang bukan. Saya adiknya kan tahu rupanya Supriyadi," lanjut dia. Utomo menyebut bahwa ini bukan kali pertama ada orang yang mengaku-ngaku sebagai Supriyadi. Ia menyebut sudah puluhan kali ada kejadian serupa. Dan yang diakui Utomo membuat dirinya kesal karena dirinya yang selalu disuruh mengecek kebenaran dari orang yang mengaku-ngaku tersebut.

Ia mencontohkan, saat Try Soetrisno masih menjabat sebagai wakil presiden, dirinya mendapat surat dari Kolonel Wiguno dari AURI di Jogjakarta. Inti surat itu kata Utomo bahwa ditemukan Supriyadi di Lampung yang kemudian dibawa ke Jogjakarta. "Saya bilang ora bener. Saya lalu ke sana dan memang bukan. Itu sudah berapa puluh kali orang ngaku. Dan yah itu yang membuat kesel, saya disuruh menyaksikan yang gak bener," kenang Utomo.

Utomo menyebut adalah urusan pemerintah untuk menangani orang-orang yang menurutnya senang membikin sensasi seperti itu. Ia menegaskan bahwa sebagai pihak keluarga Supriyadi, dirinya tidak berniat melakukan tindakan apa-apa terhadap orang-orang yang mengaku-ngaku sebagai kakaknya. "Itu urusan pemerintah. Mereka itu kan orang sekarng suka sensai, karena pelakunya sudah nggak ada," tambah dia.

Kalaupun nantinya Andaryoko tetap mengaku bahwa dirinya adalah Supriyadi, Utomo Darmadi mengaku siap dipertemukan langsung. Utomo menyebut bahwa dirinya sudah ditawari oleh sejarawan Baskara T Wardaya untuk bertemu langsung dengan Andaryoko. "Kalau seperti itu yah suruh saja hadap-hadapan sama saya. Yah saya adiknya masak nggak ngerti rupanya. Lha wong liat di TV memang bukan," sambung dia.

Lalu, bagaimana cara Utomo mengetes apakah Andaryoko adalah Supriyadi palsu atau benaran ? Utomo menyebut dulu ia pernah melakukan hal serupa dengan cara mengetes apakah yang bersangkutan bisa berbicara, mengenal istilah-istilah Belanda dan Jepang seperti Supriyadi. Namun, kata dia, itu tidak terlalu menjamin. Ia lebih percaya dengan penglihatan bentuk fisik langsung dari yang mengaku-ngaku Supriyadi tersebut. "Katanya bisa basa Jepang, coro Londo. Tapi kan dari gambarnya saya tahu itu gak bener," lanjut Utomo.

Utomo percaya bahwa secara logika, kakaknya itu memang sudah meninggal pada tahun 1945 silam. Namun, kata dia, adalah kepintaran dari pihak Jepang yang kemudian mengaburkan kematian Supriyadi dengan menyebut bahwa Supriyadi bisa ilmu menghilang. "Jepang pintar, ngerti kejiwaan orang jawa. Lalu crita bahwa Supriyadi iso ngilang. Lha opo bapakku kuwi gendruwo, duwe anak isa ngilang. Kita rasional saja lha," ujarnya.

Ia lalu mengisahkan, bahwa bapaknya dihukum di penjara Kediri. Kemudian, keluarganya, ibu, dirinya dan adik-adiknya ditahan di kertosono di rumah yang dijaga ketat dan tidak diperbolehkan keluar sampai proklamasi. "Kalo nggak ada proklamasi, September itu sudah ada rencana pembunuhan besar-besaran terhadap keluarga pemberontak itu," kenangnya.

Menurut Utomo, kalaupun sudah meninggal dan tidak ada makamnya, itu adalah hal yang wajar selama pendudukan zaman Jepang. "Saya beritahu, zaman jepang itu, orang mati yang gak ngerti makamnya gak pirang-pirang. Pahlawan nasional dr Muwardi, sampe sekarang makamnya ga ketahuan. Itu orang tanya begitu, itu nanya debat kusir," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

 Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Gerindra Sebut Indonesia Negara Besar, Wajar Kementerian Diperbanyak

Nasional
Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Satu Pejabat Pemprov Malut Jadi Tersangka Baru Kasus Gubernur Abdul Ghani Kasuba

Nasional
RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

RI Ajukan Penyesuaian Pembayaran Proyek Jet Tempur KF-21 Boramae ke Korsel, Kemenhan Jelaskan Alasannya

Nasional
 Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Prabowo Disebut Ingin Tambah Jumlah Kementerian, Jokowi Klaim Tak Beri Masukan

Nasional
Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Menag Bertolak ke Arab Saudi Cek Persiapan Ibadah Haji untuk Jemaah Indonesia

Nasional
Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang 'Toxic', Jokowi: Benar Dong

Luhut Ingatkan Prabowo Jangan Bawa Orang "Toxic", Jokowi: Benar Dong

Nasional
Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Ganjar Harap Buruknya Pilpres 2024 Tak Dikloning ke Pilkada

Nasional
Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Bea Cukai Jadi Sorotan Publik, Pengamat Intelijen: Masyarakat Harus Beri Dukungan untuk Perbaikan

Nasional
Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Hakim Agung Gazalba Saleh Didakwa Terima Rp 37 Miliar karena Kabulkan PK Eks Terpidana Megapungli di Pelabuhan Samarinda

Nasional
Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Ditanya soal Ikut Dorong Pertemuan Megawati-Prabowo, Jokowi Tersenyum lalu Tertawa

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Berhaji Tanpa Visa Haji, Risikonya Dilarang Masuk Arab Saudi Selama 10 Tahun

Nasional
Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Kuota Haji Terpenuhi, Kemenag Minta Masyarakat Tak Tertipu Tawaran Visa Non-haji

Nasional
Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Sengketa Pileg, Hakim MK Sindir MU Kalah Telak dari Crystal Palace

Nasional
Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Wakil Ketua MK Sindir Nasdem-PAN Berselisih di Pilpres, Rebutan Kursi di Pileg

Nasional
PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

PDI-P Berada di Dalam atau Luar Pemerintahan, Semua Pihak Harus Saling Menghormati

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com