Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla Tak Gentar Hak Angket DPR

Kompas.com - 28/06/2008, 18:11 WIB

Laporan wartawan Persda Network Ade Mayasanto

JAKARTA, SABTU - Wakil Presiden Jusuf Kalla yang juga Ketua Umum DPP Partai Golkar tak gentar dengan golnya hak angket dalam Sidang Paripurna DPR RI. Dengan mimik serius, Kalla justru mengajak semua pihak membuka lembaran permasalahan energi di Tanah Air dengan penggunaan hak angket DPR RI.

"Kalau soal hak angket bagi kita, bagi Golkar itu adalah masalah yang kita bawa ke sisi positif. Segala sesuatu yang dirasa akan diperbaiki, mari kita perbaiki bersama-sama kalau itu masalahnya bagaimana meningkatkan produksi, kebijakan cost recovery atau pemenuhan kebutuhan dalam negeri karena itu penting," kata Jusuf Kalla usai memimpin Rapat Harian Partai Golkar di kantor DPP Partai Golkar, Jakarta, Sabtu (28/6).

Tak kalah garang, Kalla dengan santai menyatakan, kebijakan kenaikan harga BBM senilai 28,7 persen seiring lonjakan harga minyak mentah dunia merupakan kebijakan yang didasarkan pada ketentuan yang tercantum dalam UU. "Kalau menyangkut kenaikan harga, pandangan kita sudah jelas karena itu sangat sesuai dengan UU. Jadi tidak ada masalah yang sebenarnya menjadi bahan perdebatan yang panjang," ungkapnya.

Meski demikian, Kalla memberikan penghormatan atas keputusan akhir Sidang Paripurna DPR RI yang menggolkan hak angket dewan atas kebijakan pemerintah terkait kenaikan harga BBM ini. "Soal perbaikan kebijakan, atau mempertanyakan itu hak dewan. Dan Golkar saya minta membahas itu untuk masa depan bangsa," tandasnya.

Ketidakgentaran Kalla atas lahirnya hak angket DPR RI ternyata berbeda di mata punggawa Partai Golkar di parlemen. Ketua Fraksi Partai Golkar, Priyo Budi Santoso  yang ditemui dalam kesempatan yang sama, justru ketar-ketir dengan hak angket tersebut. "Hak angket merupakan hak pamungkas yang dimiliki dewan, yang jika ada naluri kenakalan bisa dipolitisir, dan bisa menyodok ke sana kemari seperti layaknya bola liar," ungkapnya.

Lebih lanjut Priyo menegaskan, hak angket yang lahir dalam Sidang Paripurna DPR RI semestinya digunakan untuk menguak takbir politik energi secara keseluruhan yang selama ini menjadi pertanyaan besar anggota dewan. "Dalam pandangan Partai Golkar tidak fair kalau ini ditujukan ke arah pemakzulan presiden. Apalagi kami juga dalam posisi belum menyetujui kemungkinan alasan-alasan dewan memanggil presiden dan wakil presiden," jelasnya.

Untuk tidak mengarah pada pemakzulan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan tersebut, Priyo mengemukakan, Partai Golongan Karya akan mengirim duta-duta terbaik yang duduk dalam Pansus DPR hak angket atas kebijakan kenaikan harga BBM. "Kami akan mengirim orang terbaik di pansus. Tapi kita sendiri tidak tahu sejauh mana situasi kebatinan nanti," sergahnya seraya mendorong agar hak angket ini mempunyai batas waktu. "Partai Golkar berharap ada timing limit agar sebelum Pilpres, hak angket ini sudah tutup," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com