Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BBM Dibatasi, Puluhan Angkot Tak Beroperasi

Kompas.com - 16/05/2008, 18:35 WIB

KEDIRI, JUMAT - Puluhan angkutan kota dan angkutan pedesaan di Kediri, Jawa Timur, Jumat (16/5) tidak bisa beroperasi karena kehabisan bahan bakar jenis solar dan premium. Hal itu terjadi karena pembelian di sta siun pengisian bahan bakar umum dibatasi Rp 50.000 atau 11 liter per mobil per hari.

Puluhan sopir yang tidak bisa bekerja itu adalah angkutan pedesaan jurusan Kecamatan Pare- Kecamatan Wates, angkutan pedesaan jurusan Badas-Kunjang-Pare, angkutan pedesaan jurusan Gudo-Kunjang-Pare, dan jurusan Purwoasri-Kunjang-Pare.

Sopir dan kernet akhirnya memarkir mobilnya di rumah atau di terminal sementara mereka hanya duduk-duduk di warung. Aktivitas bekerja tidak optimal akibat pembatasan bahan bakar minyak.

"Premium Rp 50.000 itu hanya cukup untuk narik satu kali trayek jurusan Pare-Wates. Kalau nganter anak sekolah hanya cukup untuk pergi saja tidak bisa jemput pulangnya," kata Supriyono, sopir angkutan pedesaaan jurusan Pare-Wates saat ditemui di terminal bayangan di Plosoklaten, Jumat (16/5).

Padahal satu hari biasanya ia bisa menempuh trayek Pare-Wates sebanyak lima kali (pulang-pergi). Rata-rata kebutuhan premium sebanyak 22 liter atau Rp 100.000 per hari. Sebenarnya Supriyono bisa saja membeli BBM di SPBU di luar jalur trayeknya untuk mendapatkan tambahan.

Akan tetapi jaraknya sangat jauh, butuh biaya lebih besar lagi. Selain itu, jika ia mengambil penumpang, pasti akan dimarahi oleh pemilik trayek yang dilewati.

Di Kediri sudah banyak angkutan pedesaan yang tidak beroperasi akibat kenaikan harga BBM tahun 2005. Sedikitnya tercatat 40 unit dari sekitar 100 unit yang ada. Saat ini unit yang beroperasi pun sudah berkurang lagi sekitar 50 persennya menyusul pem batasan pembelian BBM di SPBU.

Sementara itu Kepala Operasional Pertamina Unit Pemasaran v Depot Kediri, Robinson MW Situmorang mengatakan pihaknya tidak pernah melakukan pengurangan apalagi pembatasan pasokan BBM ke SPBU. Menurutnya, pengiriman pasokan selalu di dasarkan pada omset rata-rata masing-masing SPBU pada kondisi normal atau sebelum munculnya wacana kenaikan harga BBM.

"Yang dilakukan Pertamina saat ini adalah pengendalian konsumsi BBM di SPBU untuk menjaga stok menjelang kenaikan harga nanti. Selain itu juga untuk menghindari penimbunan BBM oleh masyarakat," katanya.

Setiap hari Depot Kediri rata-rata menyalurkan 800 - 1.000 kiloliter premium ke seluruh SPBU di wilayah eks Karesidenan Kediri yang meliputi Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Blitar, dan Trenggalek.

Akan tetapi diakuinya bahwa sejak beberapa hari terakhir, permintaan premium melonjak drastis menjadi 2.000 3.000 KL per hari. Solar yang sebelumnya permintaan rata-rata per hari hanya 400 KL, tiba-tiba melonjak menjadi 1.600 KL.

Jika permintaan itu terus dipenuhi, ia khawatir beban subsidi BBM akan kian membengkak dan stok BBM cepat habis. Padahal stok yang ada tinggal 2.000 2.500 KL atau cukup untuk kebutuhan selama tiga hari ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com