Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sultan HB X: Bangsa Ini Butuh "Leader", Bukan Manajer

Kompas.com - 28/04/2008, 15:06 WIB

GUBERNUR DI Yogyakarta Sultan Hemengku Buwono X hingga kini masih enggan memproklamasikan diri sebagai salah satu calon presiden tahun 2009. Sultan mengaku belum pantas melakukan perang terbuka dengan Presiden SBY yang disebutnya "bos" itu.  Dengan memegang teguh adat Jawa, pencalonannya secara resmi (sebagai capres) yang belum dilakukan secara tersirat dijelaskan lantaran dirinya masih menjadi gubernur Yogyakarta.

Saat menyambangi redaksi Persda, Senin ( 28/4), Sultan lugas menjawab berbagai pertanyaan terkait rencana pertarungan dirinya dalam pemilihan presiden 2009.  Wacana pencalonan dirinya  dianggap hanya  'pancingan' para kuli tinta saja yang setiap saat bertanya soal rencana itu.  

"Sampai sekarang saya tidak pernah mengatakan saya ini capres. Saya ini hanya dikejar-kejar teman-teman dari surat kabar maupun televisi, kapan mau mendeklarasikan. Bagi saya, untuk itu (capres) terlalu pagi. Dalam arti, UU yang menyangkut pilpres 2009, dari 5, masih 3 yang sudah selesai. Dan sekarang juga belum dibuka pendaftaran untuk capres karena mereka (partai politik) baru akan berbicara setelah hasil (pemilu) legislatif nanti," ujarnya.

Selain permasalahan itu, Sultan ternyata juga mengungkapkan keraguannya bila ia resmi melamar ke salah satu partai politik. Parpol itu belum tentu akan bersungguh-sungguh mau mencalonkan dirinya bila partai yang dimaksud bisa mendapatkan 15 persen suara dalam pemilu legislatif nanti. Sultan punya argumentasi soal ini. Atas dasar inilah Sultan kemudian mengaku selalu menolak  memenuhi undangan bila harus berdialog dengan sesama kandidat capres lain atau dengan kandidat presiden.

"Begitu partai itu  mendapatkan minimal (suara) 15 persen, ngapain mencalonkan orang lain. Wong mencalonkan kadernya sendiri saja bisa.  Kecuali tidak dapat 15 persen, baru koalisi.  Jadi, mendeklarasikan, mendaftarkan diri ke partai politik, ya  percuma karena saya juga belum kandidat kok. Dan enggak mungkin ada partai yang mau melamar. Kalaupun saya mendeklarasikan, tidak ada rakyat yang mau mendukung  untuk apa," tukasnya.

Dalam perbincangan panjang lebar, Sultan tidak sepakat bila pertarungan dalam pilpres 2009 sebagai ajang perebutan kekuasaan.  Kekuasaan itu diibaratkan amanah yang diberikan oleh rakyat yang memberikan amanah, diabdikan dengan penuh kejujuran dan keikhlasan.

"Kalau diperebutkan, saya khawatir hanya ingin berkuasa saja. Kekuasaan itu bila  diperebutkan, yang timbul nanti bukan seorang leader, tapi manajer. Kalau manajer, ya jangan harap berubah karena manajer itu tidak berhak melakukan perubahan. Yang bisa melakukan perubahan adalah leader," urainya.

"Seorang pemimpin itu harus berani untuk tidak populer. Contoh sederhana saja dengan harga BBM sekarang ini. Jelas, kalau tidak naik BBM-nya itu jebol. Nah, sekarang pertanyaan saya, aspek politik untuk 2009 lebih dominan atau bagaimana?  Secara realitas, bangsa ini punya kelangsungan. Nah, bagaimana harus menjelaskan kalau naik bagaimana dengan segala argumentasi yang proporsional sehingga rakyat paham. Kita selama ini tidak pernah transparan, kalau dikatakan harga besar di luar negeri tinggi itu bukan penjelasan," kata Sultan dengan nada merendah.
 
Tergantung hasil survey

Apakah Sultan akan bersedia  menjadi salah satu kandidat capres?  Ternyata, Sultan menunggu hasil survei terkini. Dengan argumentasinya, bila rakyat menginginkan dirinya, maka sesuatu yang tak mungkin akan bisa terjadi (sebagai capres 2009). Dirinya juga tidak berharap banyak kepada Golkar dalam perncalonannya ini.

"Kalau LSI, LSN yang secara periodik ada survey, polling, kecenderungannya saya naik apa ndak. Kalaupun naik, signifikan ndak? Kalau naik hanya 7 sampai 5 persen saja untuk apa? Kalau 15 persen (naiknya) memungkinkan satu partai untuk mencalonkan.  Lalu, kenapa harus di Golkar? tidak di Golkar saja saya bisa kok. Dan kalau surveynya kecil, ngapain saya juga harus maju," katanya diplomatis. (persda network/rachmat hidayat)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com