Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cawapres Megawati Orang Muda

Kompas.com - 16/04/2008, 14:34 WIB


Laporan Wartawan Perda Netwok, Hadi Santoso
JAKARTA, RABU -- Kesuksesan duet muda, Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (HaDe) dalam Pilkada Jabar memberi pelajaran bagi sejumlah partai politik. Salah satunya adalah PDI Perjuangan. Sekretaris Jenderal (PDIP), Pramono Anung menegaskan bahwa pelajaran yang bisa diambil dari Pilkada Jabar adalah masyarakat sekarang ini lebih cenderung memilih calon yang muda dan lebih segar.

"Kalau kita lihat sekarang ini, masyarakat memang tengah membutuhkan harapan baru, dan harapan baru itu selalu ada pada generasi berikutnya," ujar Pramono Anung di sela-sela peluncuran buku Sukardi Rinakit berjudul "Tuhan Tidak Tidur" di Hotel Four Seasons, Jakarta, Rabu (16/4) siang.

Karena itu, faktor yang muda yang berjaya itu disebut Pramono akan masuk sebagai salah satu pertimbangan PDIP dalam memunculkan kandidat yang akan maju dalam Pemilihan Presiden 2009 mendatang. Namun, lanjut Pramono, pos untuk orang muda itu tentunya hanya sebagai Cawapres karena untuk posisi Capres, PDIP sudah mengusung Ketua Umum mereka, Megawati Soekarnoputri.

Lebih jelasnya, Pramono dengan tegas menyebut bahwa PDIP akan mencari orang muda untuk disandingkan dengan Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri pada Pilpres 2009. "Itu (usia muda) tentunya menjadi salah satu ukuran bahwa nantinya, ketika kita memutuskan Cawapres pendamping Bu Mega pada bulan November di Solo, maka itu juga menjadi salah satu pertimbangan, " sambung Pramono.

Terkait siapa sosok muda yang tengah diincar PDIP sebagai pendamping Mega, Pramono belum menyebut nama. Menurutnya, sosok muda itu sekarang ini belum muncul. Hanya, Pramono menyebut bisa belajar dari Pilkada Jabar.  

"Mengenai siapa figur muda, kalau kita lihat sekarang memang belum muncul. Tapi dari Pilkada Jabar, ternyata itu bisa dicreate," lanjut dia. Dan, untuk urusan menciptakan tokoh tersebut, Pramono sangat yakin dengan kemampuan mesin politik partai banteng bermoncong putih itu.

"Itu karena mesin politik PDIP termasuk mesin yang bisa melakukan itu. Sebab, kita punya basis sampai dengan akar rumput, itulah yang menjadi hal yang akan kita perhatikan," sambung pria berkacamata ini.

Lebih lanjut, Pramono setuju dengan analisis Sukardi Rinakit, pengamat politik yang juga Direktur Soegeng Sarjadi Syndicate bahwa sekarang ini, parapol-parpol besar  dihadapkan pada politik tanding. Artinya, keinginan untuk melawan partai-partai besar. Tapi saya tetap berkeyakinan bahwa modal utama dalam Pemilu adalah mesin politik partai dan yang kedua adalah citra calon yang bersangkutan, " lanjut dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

195.917 Visa Jemaah Haji Indonesia Sudah Terbit

Nasional
Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Sukseskan Perhelatan 10th World Water Forum, BNPT Adakan Asesmen dan Sosialisasi Perlindungan Objek Vital di Bali

Nasional
Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Penyidik KPK Enggan Terima Surat Ketidakhadiran Gus Muhdlor

Nasional
Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Di Puncak Hari Air Dunia Ke-32, Menteri Basuki Ajak Semua Pihak Tingkatkan Kemampuan Pengelolaan Air

Nasional
Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Ketum PGI Tagih Janji SBY dan Jokowi untuk Selesaikan Masalah Papua

Nasional
Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Gus Muhdlor Kirim Surat Absen Pemeriksaan KPK, tetapi Tak Ada Alasan Ketidakhadiran

Nasional
PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

PPP Minta MK Beri Kebijakan Khusus agar Masuk DPR meski Tak Lolos Ambang Batas 4 Persen

Nasional
Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Sidang Sengketa Pileg Kalteng Berlangsung Kilat, Pemohon Dianggap Tak Serius

Nasional
Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com