Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jose Rizal Manua dan Drama Musikal untuk ABG

Kompas.com - 13/03/2008, 20:47 WIB

Saya mengembalikan pada keseharian mereka. Jadi saya memotivasi mereka tanpa intervensi. Yang penting sebetulnya seorang sutradara itu tidak boleh mengintervensi pemain.

Kelemahan sutradara-sutradara kita itu mengintervensi, memberi contoh, mendikte. Itu harus dihindari, karena ekspresi di dalam kehidupan pun sangat berbeda. Misalnya ekspresi terkejut, si A B C D bisa sangat berbeda, karena apa yang mengejutkan itu sangat berperan. Belum lagi usia, pengalaman hidup. Saya senang pada keberagaman seperti itu.

Pada dasarnya akting itu ada dua macam, untuk kebutuhan praktis dan teatral. Akting untuk kebutuhan praktis itu adalah yang kita lakukan sehari-hari, seperti diskusi sekarang ini. Di dalam akting untuk kebutuhan praktis atau sehari-hari, banyak hal yang kita simpan. Misalnya saya menyimpan rasa iri, sedih atau marah saya, pada siapapun. Saya harus berusaha berlaku untuk menjaga etika, sopan santun. Itu pada dasarnya adalah akting. Pada akting untuk kebutuhan teatral, hal-hal yang anormatif justru diperlukan. Karena kita tidak memainkan diri kita sendiri, kita ‘menjadi’. Ada yang namanya justifikasi panggung, kebenaran panggung, yang berbeda dari kehidupan sehari-hari.

Saya menyampaikan ini melalui eksperimen-eksperimen di dalam latihan. Ada metode yang saya terapkan untuk mereka, agar bisa sampai sana tanpa saya intervensi.

Apakah ada hambatan yang terjadi?
Secara umum berjalan lancar. Kalau bisa dikatakan sebagai hambatan, adalah ada pemain yang tidak bisa mengekspresikan secara maksimal. Bisa jadi karena motifnya belum terisi penuh, penghayatan belum maksimal. Atau bisa juga menganggap enteng proses latihan. Dia belum menjadi tokoh yang dimainkan. Mengapa tokoh tersebut bicara begini begitu, apa yang melatarbelakanginya, di mana dia mengatakan kalimat-kalimat tersebut. Seringkali kita lihat di sinetron tidak pernah mereka menghayati lingkungan adegan. Di dalam akting ada 3 hal yang ditanggapi oleh pemain. Pertama, lawan main; siapa, latar belakang. Kedua, sifat adegan; sedih, gembira, jengkel. Ketiga, lingkungan adegan; di mana dia bicara, rumah, kamar, pinggir jalan, dalam keadaan bagaimana. Seringkali lingkungan adegan tidak dimainkan. Misalnya rumah dibuat megah, tapi pemain terlihat asing di rumahnya sendiri. Itu karena lingkungan adegan tidak dimainkan. Pemain tidak menyatu dengan lingkungan.

Apakah ada diskusi seperti ini dengan para pemain?
Ya. Sebagian dari mereka sudah lama tergabung dengan teater ini. Ada yang dari kelas 1 SD, sekarang sudah SMA. Ada juga beberapa yang baru. Pendekatan saya tetap sama, yang penting jangan intervensi. Jangan merasa bahwa apa yang kita lakukan itu paling benar. Itu yang saya hindari. Jadi saya memotivasi mereka supaya laku itu lahir dari diri mereka sendiri, sehingga ketika mereka menemukannya, itu menjadi kuat di panggung. Kalau dikasih contoh dan dia hanya melakukan contoh yang diberikan, biasanya akting tidak akan terlalu kuat. Akting yang kuat adalah yang muncul dari dalam dirinya, karena motif yang kita berikan.

Di dalam proses, pemain bisa saja belum paham tentang peran yang harus dimainkan. Tidak apa-apa, nanti akan berkembang terus. Dan saya percaya pada target. Kalau sekarang belum utuh, ya tidak apa-apa. Kita masih punya rencana langkah-langkah ke depan, agar pada target 29 Maret kita sudah bisa main maksimal.

Apakah ada metode pematangan motif selain latihan?
Ada. Misalnya ada beberapa anak yang kemarin saya ajak pentas, agar dia punya jam terbang. Saat ini saya sedang melatih pertunjukan lain juga, untuk ke Rusia. Mereka mencobakan. Apalagi sebagian yang akan berangkat itu belum pernah main samasekali. Jadi saya ceburkan ke pertunjukan-pertunjukan kecil supaya mereka punya rasa pertunjukan.

Cara lain adalah mengajak mereka menonton Discovery Channel, menemukan gerak-gerak hewan, yang tidak bisa kita ekspresikan dalam kehidupan sehari-hari. Masuk ke dalam alam. Ekspresi yang unik itu kalau ekspresi alam muncul secara natural di dalam diri tiap pemain. Atau menonton film, melihat bagian-bagian tertentu untuk mengarah pada suatu sisi artistik tertentu.

Sampai sejauh ini, bagaimana kesan Mas Jose tentang proses yang sudah terjadi?
Kita semua menuju ke arah maksimal. Saya melihat perkembangan yang menarik pada teman-teman. Tugas seorang sutradara itu mendorong dan mengarahkan, menjaga kesatuan, menjaga ensembel. Menyutradarai teater itu seperti konduktor orkestra. Bagaimana semua menjadi harmonis, semua saling mensuport, mengarah pada satu lagu yang ingin diekspresikan. Kerangka keseluruhan ada pada saya. Ketika saya mengajak kerjasama Okty, berkembangnya ke sana. Amsalan juga ternyata berkembangnya ke sana. Semua saya nikmati saja. Semua yang di luar dugaan saya, saya anggap perkembangan, selama itu berada dalam koridor naskah itu sendiri. Semua bertolak dari naskah, dengan interpretasi sendiri-sendiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com