Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Komnas HAM Isyaratkan Pangggil Try Sutrisno

Kompas.com - 03/03/2008, 20:02 WIB

JAKARTA, SENIN-Satu persatu pejabat militer yang dianggap tahu peristiwa Talangsari, dipanggil oleh Komnas HAM untuk dimintai keterangan. Setelah Rabu (27/2) lalu, mantan Pangkopkamtib Soedomo dipanggil, kemarin giliran mantan Korem, Hendropriyono yang dipanggil. Meski, Hendropriyono akhirnya tidak datang karena kabarnya masih berada di Kanada.

Komnas HAM masih akan terus melakukan panggilan. Dalam waktu dekat, mereka mengisyaratkan akan memanggil Try Soetrisno yang waktu itu menjabat sebagai Panglima ABRI untuk juga dimintai keterangan terkait peristiwa Talangsari.

"Pokoknya yang kami anggap mengetahui tentang peristiwa itu, akan kami panggil karena kami sangat butuh keterangan dari mereka. Termasuk Try Soetrisno," ujar Kabul Supriyadhie, wakil tim komisioner Komnas HAM untuk kasus Talangsari, saat ditemui di kantor KomnasHAM, Jakarta, Senin (3/3).

Sebelumnya, Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras), Usman Hamid menegaskan bahwa meski peristiwa Talangsari seolah-olah terjadi karena adanya kebijakan di tingkat lokal, tetapi harus ditelusuri kebenarannya oleh KomnasHAM. Menurutnya, KomnasHAM juga harus meminta keterangan dari pejabat yang berada di tingkat pusat waktu itu semisal Panglima ABRI, atau panglima Kodam.

"Itu kan pejabat-pejabat yang sebetulnya sangat penting dimintai keterangan oleh KomnasHAM. Karena itu, saya kira juga perlu untuk meminta keterangan dari Try Soetrisno selaku panglima ABRI waktu itu. Apakah panglima ABRI mengetahui peristiwa itu, atau juga menerima laporan tentang itu," ujar Usman Hamid, saat datang langsung ke kantor Komnas HAM, Jakarta, untuk mengikuti pemeriksaan terhadap mantan Korem, Hendropriyono yang ternyata batal karena tidak datang, Senin (3/3).

Dikatakan Usman, kemungkinannya bisa saja, peristiwa saat itu dilaporkan ke tingkat atas.  Menurutnya, kejadiannya terjadi karena kebijakan pihak lokal, tapi peristiwa setelah peristiwa semisal pemenjaraan, penanahan sampai diadili di tingkat pengadilan, bisa jadi adalah kebijakan yang diketahui pihak atas. "Tapi semua itu kan bergantung dari pemeriksaan Komnas HAM kepada pejabat-pejabat militer yang lain yang nanti akan dimintai keterangan," lanjut dia.

Karena itu, Usman menyarankan agar Komnas HAM mampu menjalin komunikasi yang positif dengan TNI, dan Badan Intelijen Negara (BIN). Selain itu juga perlu melihat pentingnya kerjasama dengan badan intelijen yang berwenang saat itu seperti Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin) Badan Intelijen ABRI (BIA), dan Badan Intelijen Strategis (Bais). "Saya berharap Komnas HAM bisa membangun hubungan komunikasi positif dengan TNI, Bais atau Bia dan BIN atau Bakin," pungkas dia.(Persda Network/Hadi Santoso)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com