Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tetap Muda Meski Lansia

Kompas.com - 23/01/2008, 22:43 WIB

Menurut WHO, seseorang yang telah berumur 40 tahun sebaiknya menurunkan konsumsi energi sebanyak 5 persen dari kebutuhan sebelumnya, kemudian pada usia 50 tahun dikurangi lagi sebanyak 5 persen. Selanjutnya pada usia 60-70 tahun, dikurangi lagi 10 persen, setelah di atas usia 70 tahun sekali lagi dikurangi 10 persen. Kebutuhan energi pria dan wanita Indonesia yang berusia 40 tahun ke atas dapat dilihat pada tabel. 

Kurangi Lemak Turunkan Risiko Kematian
Lemak adalah penyumbang energi terbesar per gramnya dibandingkan penghasil energi yang lain, yaitu karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan satu gram protein dan karbohidrat masing-masing menghasilkan 4 kilokalori. Fungsi lain dari lemak adalah sebagai pelarut vitamin A, D, E, dan K untuk keperluan tubuh.

Karena total kebutuhan energi telah menurun di atas usia 40 tahun, dianjurkan untuk mengurangi konsumsi makanan berlemak, terutama lemak hewani yang kaya akan asam lemak jenuh dan kolesterol. Lemak nabati umumnya tidak berbahaya karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh dan tidak mengandung kolesterol.

Sumbangan energi dari lemak sebaiknya tidak melebihi 30 persen dari total kebutuhan energi per hari. Akan lebih baik lagi jika kontribusi dari asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh majemuk, masing-masing dapat berkontribusi sebesar 10 persen.
 
Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar 150-190 mg/100 ml darah. Namun, ada pula yang menyatakan bahwa 220 mg/100 ml darah masih termasuk normal. Bila kadar kolesterol melebihi 220 mg dan mencapai 270 mg/100 ml darah, kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua kali lipat. Bila kadarnya mencapai 300 mg/100 ml darah, risiko serangan jantung menjadi lima kali lipat.

Dalam menu masyarakat Amerika Utara, 45–50 persen energi berasal dari lemak. Konsumsi lemak jenuh yang tinggi menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, seperti aterosklerosis (penyumbatan dinding arteri), penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah, kelumpuhan, dan berbagai kanker (rahim, prostat, payudara, dan usus besar).
Konsumsi lemak yang tinggi disertai dengan gaya hidup yang banyak duduk, dapat menyebabkan obesitas. Hal tersebut pada gilirannya akan mencetuskan penyakit diabetes, tekanan darah tinggi, dan jantung koroner.

Penduduk Amerika Serikat yang dikenal suka makanan mewah, banyak yang menderita obesitas pada usia relatif muda. Sekitar 10-20 persen dari seluruh anak-anak dan 35-50 persen dari penduduk setengah baya mempunyai berat badan berlebih.

Selain kurang sedap dipandang, kegemukan juga mempercepat proses kematian. Pria yang berat badannya 10 persen di atas ideal akan mempunyai peluang kematian 30 persen lebih tinggi daripada yang ideal, sedangkan yang mempunyai berat badan di atas 20 persen dari berat idealnya mempunyai risiko kematian 50 persen lebih tinggi.

Konsumsi garam tinggi juga merupakan ciri khas menu mewah. Konsumsi garam yang tinggi ini menyebabkan timbulnya penyakit hipertensi (darah tinggi). Seorang pria AS yang berusia 35 tahun dengan tekanan darah 14 persen di atas normal akan kehilangan harapan hidup sebesar 9 tahun. Sementara pria usia 45 tahun dengan tekanan darah 17 persen di atas normal, akan menghadapi risiko serangan jantung dua kali lipat dan kelumpuhan empat kali lipat dibandingkan pria seusianya dengan tekanan darah normal.

Pilih Protein Bermutu dan Mudah Dicerna
Kebutuhan protein untuk usia 40 tahun, tetap sama seperti pada usia sebelumnya. Namun, karena sintesis protein di dalam tubuh tidak sebaik waktu masih muda dan banyak terjadi kerusakan sel yang harus segera diganti, perlu dipilih makanan yang kandungan proteinnya bermutu tinggi dan mudah dicerna.

Beberapa sumber protein hewani yang umum dikonsumsi adalah susu, telur, daging, dan ikan. Protein nabati, seperti tahu, tempe, kacang-kacangan, dan lain-lain, juga baik dikonsumsi, terutama bila ingin menghindari naiknya kadar kolesterol di dalam darah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com