Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua Presidium ICMI: Maafkanlah Soeharto

Kompas.com - 12/01/2008, 19:13 WIB

PEKANBARU, KOMPAS - Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) meminta bangsa Indonesia mau memaafkan kesalahan masa lalu yang dilakukan mantan Presiden Soeharto. Meski belum menjadi sikap resmi ICMI, dalam silaturahmi kerja nasional ICMI di Pekanbaru, Sabtu (12/1) hampir semua peserta tak ada yang protes ketika Ketua Presidium ICMI Pusat Prof DR Nanat Fatah Natsir meminta doa untuk kesembuhan Soeharto.

Nanat mengatakan, sebaiknya bangsa Indonesia memaafkan kesalahan masa lalu mantan Presiden Soeharto. “ICMI memang belum mengeluarkan sikap resmi, tetapi sudah ada kecenderungan kalau kami ingin agar kasus Soeharto ini dideponir (dihapuskan perkaranya). Soeharto juga manusia yang tak luput dari salah. Beliau juga banyak berjasa bagi bangsa ini. Mudah-mudahan Allah memberi jalan yang terbaik untuk beliau,” ujar Nanat.

Saat disinggung bahwa masih ada kalangan seperti korban pelanggaran HAM, korban tragedi kemanusiaan pasca peristiwa G-30-S hingga korban penculikan, yang menghendaki Soeharto tetap diadili terkait dengan kepemimpinannya selama rezim Orde Baru, Nanat mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar.

“Kan mesti ada yang memandang persoalan ini berbeda-beda. Sebagai umat Islam, melihat kondisi beliau yang seperti sekarang, saya memilih memaafkan beliau,” katanya.

Menurut Nanat, persoalan hukum mantan Presiden Soeharto sebaiknya tak lagi diungkit. “Kita serahkan kepada Allah saja,” ujarnya.
Namun saat ditanya, bagaimana ICMI bersikap agar di masa depan tidak ada lagi pemimpin bangsa yang mengulangi kesalahan Soeharto, Nanat hanya mengatakan, “Sebaiknya pemimpin itu mengedepankan akhlakul karimah.”

Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Irman Gusman mengatakan, keinginan agar bangsa Indonesia memaafkan kesalahan masa lalu Soeharto tidak berarti kasus hukum terkait dugaan korupsi yang melibatkan kerabat dan kroninya tak dilanjutkan.

“Harus ada pengecualian, Soeharto mengingat kondisinya boleh dimaafkan, tetapi tidak untuk kerabat dan kroninya yang masih tersangkut masalah hukum,” ujar Irman.

Irman mengungkapkan, energi bangsa Indonesia bisa tersedot habis hanya karena pertentangan soal penanganan mantan Presiden Soeharto. “Masih ada banyak hal lain yang bisa kita kerjakan di masa datang. Kita harus berani memaafkan Soeharto, justru agar pemimpin bangsa ini di masa depan tak lagi mengulangi kesalahan yang sama,” ujarnya.

Anggota Presidium ICMI Pusat Prof DR Azyumardi Azra mengatakan, masyarakat juga harus bijak untuk tidak menumpahkan semua kesalahan rezim otoriter Orde Baru hanya pada Soeharto seorang. “Seribu orang anggota MPR saat itu juga ikut bertanggung jawab atas semua kesalahan Soeharto. Masyarakat juga harus fair melihatnya. Seperti korban tragedi kemanusiaan pascaperistiwa G 30 S harus melihat apa yang dilakukan PKI sebelum peristiwa itu terjadi,” katanya.

Menurut dia, Islam memang mengajarkan untuk memberi maaf terhadap orang yang tengah berada dalam kondisi seperti Soeharto sekarang ini. “Kalau seseorang mendekati ajal, Islam memang mengajarkan agar memberi maaf dan mendoakan. Kalau memang jalan terbaik menurut Allah sembuh, ya kita doakan agar sembuh, tetapi kalau memang kematian yang diinginkan Allah, maka kita doakan agar lapang jalannya,” kata Azyumardi.

Namun Azyumardi pun menekankan, pengampunan atau pun deponir yang diberikan pemerintah, tidak berarti kasus hukum terhadap kerabat maupun kroni Soeharto ikut dihentikan. “Apalagi banyak dari mereka yang masih bergentayangan,” katanya. (BIL)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com