Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Kejut Hancurkan Batu Ginjal

Kompas.com - 11/01/2008, 00:10 WIB

"Setidaknya dalam sekali tindakan hanya dibatasi 3.000 sampai 3.500 tembakan atau memakan waktu kurang lebih satu hingga 1,5 jam. Selain itu, diperlukan rentang waktu dua minggu bagi pasien untuk menerima terapi dengan ESWL kembali," ungkapnya.

Spesialis bedah umum dari RS Pluit ini menegaskan, meski tawaran ini memiliki tingkat efektifitas tinggi, akan tidak berarti jika batu ginjal sudah berukuran lebih dari 2 cm. Untuk kasus batu ginjal yang besar, tetap harus dilakukan operasi. 

Pilihan pertama adalah percutaneus nephrolithotripsy (PCNL), yaitu membuat lubang kecil di pinggang dan batu dipecahkan lalu diambil melalui lubang tersebut. Pilihan kedua, operasi terbuka dengan luka juga lebih besar. Keduanya memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar operasi. Pasien juga harus dirawat selama beberapa waktu.

Meski tidak ada batasan terapi dengan ESWL, untuk sekali tindakan diperlukan biaya sekitar 4,5 juta. Parahnya, terapi penghancur batu ginjal ini biasanya tidak cukup sekali. Tawaran ini tentu lumayan mahal. Apalagi, meski telah dilakukan penembakan dengan gelombang kejut, risiko batu ginjal muncul lagi tetap saja ada. 

"Selanjutnya memang sangat tergantung masing-masing individu, terutama menyangkut gaya hidup dan pola makan. Perlu kesadaran sejak dini untuk memenuhi konsumsi air setidaknya 8 gelas sehari," kata Dr. Ali Suyono Purwito, Sp.BU. Jadi, bila ingin terhindar dari gangguan batu ginjal, pilihlah gaya hidup dan pola makan sehat seimbang. 

Pria Lebih Berisiko
Tidak tahu apa penyebab pastinya, kebiasaan makan dan gaya hidup pria cenderung lebih tidak sehat daripada wanita. Fakta itu mendorong risiko batu ginjal pada pria jauh lebih tinggi. Mengonsumsi makanan tinggi purin (hati, usus, otak, dan udang) dalam jumlah berlebih dapat mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam urin. Begitu pula jika kita mengonsumsi makanan kaya kalsium dan oksalat secara berlebihan.

Dalam kaitannya dengan komponen makanan, dikenal ada dua jenis batu ginjal, yaitu berkalsium dan nonkalsium. Batu yang mengandung kalsium terdapat tiga jenis, yaitu kalsium oksalat, kalsium oksalat dan urat, serta batu kalsium fosfat. Yang termasuk batu nonkalsium adalah asam urat, struvit, dan batu sistin.

Berdasarkan berbagai hasil penelitian medis, diketahui bahwa pasien batu ginjal terbanyak adalah penderita batu ginjal kalsium (70-76 persen). Laki-laki lebih banyak daripada wanita, dengan perbandingan 2-3:1. Makanan kaya kalsium, oksalat, protein hewani, purin, dan garam perlu dikurangi. Sebaliknya, konsumsi air putih mesti diperbanyak. 

Guna mencegah terbentuknya batu ginjal biasakan:
- Membatasi asupan kalsium, terutama makanan kaya kalsium seperti ikan salmon, sarden, keju, susu, es krim, kol, serta lobak. Dianjurkan membatasi asupan makanan seperti tepung kentang yang dicampur susu, sup memakai krim, dan makanan yang diolah dengan susu, keju, atau cokelat (kakao).
- Membatasi oksalat. Oksalat dalam air kemih yang terbanyak berasal dari dalam tubuh (endogen), makanan, serta dari hasil metabolisme vitamin C. Dari makanan porsinya hanya 10 persen, tetapi angka ini sudah cukup menuntut kewaspadaan kita untuk tidak asal santap makanan kaya oksalat. Makanan tinggi oksalat misalnya teh, bayam, cokelat, atau kacang-kacangan.
- Mengurangi konsumsi protein hewani.
- Membatasi asupan garam, terutama bagi penderita batu kalsium dan urat. Jangan mengonsumsi garam lebih dari 6 gram per hari.
- Minumlah banyak air putih. Makin kurang minum air putih, makin kurang pula air kemih yang terbentuk. Jumlah yang dianjurkan adalah yang dapat menghasilkan minimal 2 liter air per 24 jam. Untuk ini diperlukan sedikitnya 2-3 liter per hari dan terbagi rata selama sehari. Sekitar 35 persen penderita batu ginjal minum air kurang dari 1 liter per hari. Semua jenis minuman pada dasarnya diperbolehkan kecuali susu, teh, dan yang dapat menyebabkan ekskresi oksalat tinggi. Yang paling bagus tentu air putih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com