Salin Artikel

Ketika Megawati, SBY, dan JK Turun Gunung di Pemilu 2024

Ketiganya tidak hanya mendukung kandidat tertentu, tetapi juga membawa pengaruh sejarah mereka ke dalam persaingan politik saat ini, mencerminkan gabungan antara masa lalu dan masa depan dalam demokrasi Indonesia.

Tokoh-tokoh ini memiliki peran penting dalam sejarah politik Indonesia. Megawati, Ketua Umum PDI-P, mendukung Ganjar Pranowo-Mahfud MD; SBY, dari Partai Demokrat, mendukung Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka; dan JK, tokoh senior Partai Golongan Karya (Golkar) dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), mendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Keterlibatan politisi senior seperti Megawati, SBY, dan JK dalam pemilu 2024 menimbulkan pertanyaan penting tentang kondisi demokrasi di Indonesia.

Apakah ini menandakan demokrasi yang sudah matang dengan kekuasaan yang dinamis dan dipimpin oleh kehendak rakyat? Atau, apakah ini menunjukkan Indonesia masih membutuhkan pengaruh tokoh lama untuk keberhasilan politik?

Teori politik Samuel P. Huntington mengatakan, politik seringkali berkembang melalui gabungan unsur lama dan baru, dengan perubahan yang berlangsung secara bertahap. Kehadiran tokoh-tokoh senior ini dalam pemilu bisa jadi cerminan dari teori tersebut.

SBY, dengan dukungannya untuk Prabowo-Gibran, juga berperan penting, terutama di kalangan pemilih tua yang menghargai pendekatannya yang moderat. Ini adalah strategi untuk menggabungkan kepemimpinan kuat dengan ide-ide baru.

Dukungan JK untuk Anies-Muhaimin juga menarik. Sebagai mantan wakil presiden yang dihormati, dukungannya menunjukkan kepercayaan pada kepemimpinan Anies Baswedan dan berpotensi memengaruhi pemilih yang belum yakin.

Kebangkitan tokoh senior ini mencerminkan keseimbangan antara tradisi dan inovasi dalam politik Indonesia.

Ini adalah hal yang umum di negara-negara dengan demokrasi yang sedang berkembang, di mana konsolidasi demokrasi seringkali memerlukan gabungan antara unsur lama dan baru.

Di Indonesia, peran aktif tokoh lama bisa menstabilkan, namun juga menjadi penghalang untuk demokrasi yang lebih maju dan inklusif.

Dukungannya kepada Prabowo, seorang mantan rival, dan putranya, Gibran, mencerminkan gabungan antara pragmatisme politik dan kesetiaan keluarga, menimbulkan pertanyaan tentang peran dinasti politik di Indonesia.

Megawati, muncul kembali di kancah kampanye, tidak hanya memberi dukungan politik, tetapi juga menandakan kontinuitas sejarah dan nilai-nilai demokrasi Indonesia.

Keberadaannya di kampanye mengingatkan pada nilai-nilai perjuangan partai dan juga menguatkan konsolidasi anggota partai yang masih ragu untuk mendukung Ganjar atau Jokowi.

SBY mendukung Prabowo-Gibran dengan pendekatan diplomatis, mengakui pentingnya menggabungkan pengalaman dengan pandangan baru.

Keterlibatannya berusaha menjembatani kesenjangan antara politikus tradisional dan harapan pemilih muda yang lebih dinamis.

Hal ini menunjukkan bagaimana politik di Indonesia sering kali menyatukan mantan rival, memperumit batasan antara oposisi dan kerja sama.

Dukungan JK untuk Anies-Muhaimin adalah langkah strategis, memosisikan Anies sebagai pilihan alternatif yang kuat.

Keterlibatan JK menunjukkan usaha untuk membawa keragaman dalam lanskap politik Indonesia, memperkenalkan ide-ide baru dalam pemilihan.

Selain itu, juga dapat mengonsolidasikan jaringan pengusaha dan para kader HMI untuk mendukung Anies.

Keterlibatan tokoh senior dalam pemilu Indonesia memberi perspektif sejarah, tapi juga berisiko.

Ketergantungan yang berlebihan pada mereka bisa menghalangi pemimpin dan ide-ide baru, menghambat inovasi dan perkembangan demokrasi yang lebih terbuka dan responsif.

Pilihan pemilih akan menunjukkan seberapa matang demokrasi Indonesia. Apakah mereka lebih condong ke arah pengaruh dan warisan tokoh lama, atau mencari ide-ide baru untuk tantangan masa kini dan masa depan?

Pemilu 2024 menyoroti dinamika kompleks politik Indonesia. Interaksi antara politisi veteran seperti Megawati, SBY, dan JK, serta peran aktif Jokowi dalam mendukung karier politik putranya, Gibran, menunjukkan perpaduan antara hubungan keluarga dan strategi politik.

Ini bukan hanya tentang persaingan politik, melainkan tentang arah demokrasi Indonesia: bertahan dengan cara lama atau bergerak menuju pendekatan baru.

Keputusan pemilih akan berdampak pada masa depan demokrasi Indonesia, menentukan bagaimana kekuasaan dan pemerintahan dilihat dan diterapkan, serta sejauh mana prinsip egalitarianisme dan pemerintahan perwakilan dihormati.

Pertanyaan utama yang dihadapi demokrasi Indonesia saat ini adalah apakah kekuasaan elite politik semakin kuat, dengan dinasti-dinasti yang mengaburkan prinsip egalitarianisme demokrasi, dan membawa negara ke arah masa depan oligarkis.

Ada kekhawatiran bahwa ketergantungan pada politisi senior bisa memperkuat siklus elitisme, di mana kekuasaan hanya berputar di antara beberapa orang, menghalangi kemunculan pemimpin baru dengan ide-ide segar dan inovatif.

Tantangan bagi pemilih Indonesia adalah, apakah mereka akan tetap mengikuti pemimpin lama atau memilih suara baru yang sesuai dengan tantangan zaman sekarang.

Pemilu kali ini lebih dari sekadar pemilihan presiden; ini adalah penilaian kritis tentang arah demokrasi Indonesia.

Pemilih dihadapkan pada pilihan: mendukung sistem politik yang didominasi oleh tokoh-tokoh lama dan dinasti keluarga, atau memilih untuk meredefinisi masa depan politik Indonesia menjadi lebih inklusif dan berdasarkan meritokrasi.

Keputusan di tempat pemungutan suara akan menentukan bukan hanya pemimpin Indonesia berikutnya, melainkan juga masa depan demokrasinya.

Hasil pemilu 2024 akan sangat menentukan bagaimana kekuasaan dan pemerintahan di Indonesia dilihat dan dilaksanakan untuk beberapa generasi yang akan datang.

https://nasional.kompas.com/read/2024/01/26/08494961/ketika-megawati-sby-dan-jk-turun-gunung-di-pemilu-2024

Terkini Lainnya

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Nasional
Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Nasional
Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Nasional
Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Nasional
Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Nasional
Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Nasional
Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

PKB Akui Pertimbangkan Airin Jadi Bacagub di Pilkada Banten 2024

Nasional
Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Bantah Dapat Jatah 4 Menteri dari Prabowo, PAN: Jangan Tanggung-tanggung, 6 Lebih Masuk Akal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke