Salin Artikel

Tanggal 7 Januari 2024 Memperingati Hari Apa?

KOMPAS.com - Tanggal 7 Januari 2024 jatuh pada hari Sabtu. Tanggal ini diperingati sebagai Hari Peringatan Keluarnya Indonesia dari PBB Tahun 1965.

Selain itu, terdapat pula peringatan dan perayaan lain pada hari ini. Berikut beberapa peringatan yang jatuh pada 7 Januari 2024.

Peringatan Keluarnya Indonesia dari PBB 

Tahukah Anda bahwa Indonesia pernah keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1965. 

Kala itu Presiden Soekarno menyampaikan ketidakpuasannya terhadap PBB. Salah satunya karena menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. 

Hubungan Indonesia dengan Malaysia saat itu sedang tidak harmonis. Presiden Soekarno pun mengancam keluar dari PBB jika Malaysia masuk. 

Pada tanggal 7 Januari 1965, Malaysia diterima sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Keputusan PBB ini akhirnya membuat Indonesia menyatakan diri keluar dari PBB pada saat itu juga. 

Secara resminya Indonesia keluar dari PBB sejak 1 Januari 1965 melalui surat yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri, Dr. Subandrio. 

Meski begitu setahun tahun kemudian Indonesia masuk kembali ke PBB. Hal ini setelah politik luar negeri bebas aktif telah diterapkan secara konkret di PBB. Indonesia kembali aktif di PBB pada tanggal 28 September 1966. 

Hari Pembebasan Kamboja

Tanggal 7 Januari 2024, Kamboja merayakan peringatan Hari Pembebasannya.

Mereka menang atas rezim Khmer Merah, yang digulingkan pada tahun 1979 oleh tentara Vietnam. Merujuk pada The Diplomat, pembebasan Kamboja memakan banyak korban. Tercatat menewaskan sekitar 1,7 juta warga Kamboja.

Bagi Partai Rakyat Kamboja (CPP) yang dipimpin oleh Perdana Menteri Hun Sen, tanggal 7 Januari tidak hanya dianggap sebagai “Hari Pembebasan” atau “Hari Kemenangan” tetapi juga sebagai “ ulang tahun kedua ” bagi rakyat Kamboja. 

Diketahui bahwa daerah Kamboja dikuasai Kerajaan Khmer hingga abad ke-15. Setelah itu posisi Khmer dikuasai oleh Raja-raja dari Thai dan Vietnam secara bergilir.

Hingga pada saat Perang Vietnam tahun 1960-an, Kerajaan Kamboja memilih untuk netral. Namun hal itu tidak dibenarkan oleh petinggi militer, yaitu Jendral Lon Nol dan Pangeran Sirik Matak.

Dari Beijing, Norodom Sihanouk memutuskan untuk beraliansi dengan gerombolan Khmer Merah, yang bertujuan untuk menguasai kembali tahtanya yang direbut oleh Lon Nol. Hal inilah yang memicu perang saudara timbul di Kamboja.

Khmer Merah akhirnya menguasai daerah ini pada tahun 1975. Mereka secara paksa memindahkan masyarakat perkotaan ke wilayah pedesaan untuk dipekerjakan di pertanian.

Mereka menolak pengobatan Barat yang berakibat rakyat Kamboja kelaparan dan tidak ada obat sama sekali di Kamboja. Kejadian ini berdampak pada tewasnya banyak orang di Kamboja.

Pada November 1978, Vietnam menyerbu RD Kamboja untuk menghentikan genosida besar-besaran yang terjadi di Kamboja. Perdamaian baru tercipta pada tahun 1989, ketika PBB memberi mandat untuk mengadakan gencatan senjata antara pihak Norodom Sihanouk dan Lon Nol.

Referensi: 

  • Sukmayani, Ratna. Dkk. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial 3. Jakarta: Grasindo

https://nasional.kompas.com/read/2024/01/05/04190091/tanggal-7-januari-2024-memperingati-hari-apa-

Terkini Lainnya

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Pertamina Gandeng JCCP untuk Hadapi Tantangan Transisi Energi

Nasional
Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Imbas Kecelakaan di Subang, Muhadjir: Jangan Menyewa Bus Kecuali Betul-betul Bisa Dipercaya

Nasional
Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Antisipasi Rumor, Fahira Idris Minta Penyelenggara dan Legislator Klarifikasi Penerapan KRIS secara Komprehensif

Nasional
Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Kenaikan Beras Tak Setinggi Negara Lain, Jokowi: Patut Disyukuri Lho...

Nasional
3 Kriteria Jemaah Haji yang Bisa Dibadalhajikan: Wafat, Sakit dan Gangguan Jiwa

3 Kriteria Jemaah Haji yang Bisa Dibadalhajikan: Wafat, Sakit dan Gangguan Jiwa

Nasional
Nurul Ghufron Beri Sinyal Kembali Ikut Seleksi Capim KPK 2024-2029

Nurul Ghufron Beri Sinyal Kembali Ikut Seleksi Capim KPK 2024-2029

Nasional
Kecelakaan Bus 'Studi Tour', Muhadjir: Saya Kaget, Setelah Berakhir Mudik Malah Ada Kejadian

Kecelakaan Bus "Studi Tour", Muhadjir: Saya Kaget, Setelah Berakhir Mudik Malah Ada Kejadian

Nasional
Minta Polri Adaptif, Menko Polhukam: Kejahatan Dunia Maya Berkembang Pesat

Minta Polri Adaptif, Menko Polhukam: Kejahatan Dunia Maya Berkembang Pesat

Nasional
KSAL Berharap TKDN Kapal Selam Scorpene Lebih dari 50 Persen

KSAL Berharap TKDN Kapal Selam Scorpene Lebih dari 50 Persen

Nasional
Segera Kunjungi Lokasi Banjir Sumbar, Menko PMK: Kita Carikan Solusi Permanen Agar Tak Berulang

Segera Kunjungi Lokasi Banjir Sumbar, Menko PMK: Kita Carikan Solusi Permanen Agar Tak Berulang

Nasional
Baleg Ajukan Revisi UU Kementerian Negara sebagai RUU Kumulatif Terbuka

Baleg Ajukan Revisi UU Kementerian Negara sebagai RUU Kumulatif Terbuka

Nasional
Buka Opsi Sebar Satkalsel, KSAL: Tunggu Kapal Selamnya Banyak Dulu

Buka Opsi Sebar Satkalsel, KSAL: Tunggu Kapal Selamnya Banyak Dulu

Nasional
Khofifah: Guru Besar Usul Pembentukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Inovasi

Khofifah: Guru Besar Usul Pembentukan Kementerian Pendidikan Tinggi, Teknologi, dan Inovasi

Nasional
Dewas KPK: Nurul Ghufron Teman dari Mertua Pegawai Kementan yang Dimutasi

Dewas KPK: Nurul Ghufron Teman dari Mertua Pegawai Kementan yang Dimutasi

Nasional
PKS Sebut Presidensialisme Hilang jika Jumlah Menteri Diatur UU

PKS Sebut Presidensialisme Hilang jika Jumlah Menteri Diatur UU

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke