Salin Artikel

Survei Indikator Politik: Tren Elektabilitas PDIP Turun Terus, Gerindra Naik

JAKARTA, KOMPAS.com - Survei Indikator Politik pada akhir Desember 2023 menunjukkan, tren elektabilitas PDIP terus menurun hingga akhir tahun, usai sempat meninggi ketika Ketua Umumnya, Megawati Soekarnoputri, mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden.

Berdasarkan survei tersebut, tingkat keterpilihan PDIP pada Januari 2023 meninggi hingga 21,9 persen. Namun pada April 2023 pasca masalah Piala Dunia gagal diadakan di Indonesia, angkanya menyusut menjadi 16,5 persen.

Kemudian, tingkat keterpilihan kembali meningkat menjadi 20,4 persen ketika Megawati mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden. Angka ini terus meningkat hingga puncaknya mencapai 23,7 persen di bulan Juli 2023.

Lalu menyusut menjadi 19,1 persen ketika survei dilakukan pada 23-24 Desember 2023. Penurunan elektabilitas partai berlambang banteng moncong putih ini berbanding terbalik dengan Partai Gerindra.

"Recover elektabilitas PDIP terutama setelah deklarasi Ganjar sebagai calon presiden, tapi trennya turun terus. Sementara Gerindra kebalikannya. Kalau kita tarik (data) sejak tahun lalu, tren Gerindra naik, konsisten naik," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam konferensi pers secara daring, Selasa (26/12/2023).

Berdasarkan survei yang sama, elektabilitas Gerindra sempat berada di posisi 10,3 persen pada September 2022. Kemudian naik mencapai 17,3 persen sekitar Juli-Juli 2023, dan kembali naik 18,2 persen ketika survei dilakukan.

Adapun Partai Golkar, menunjukkan tren yang naik turun. Pada September 2022 misalnya, tingkat keterpilihan partai berlambang pohon beringin ini mencapai 10 persen, lalu anjlok menjadi 6,7 persen di Januari 2023.

Perolehan elektabilitas tertinggi diraih partai ini sekitar 3-5 Desember 2023 mencapai 10,5 persen, sebelum akhirnya menyusut menjadi 9,3 persen saat survei survei dilakukan.

"Golkar naik turun. Sempat naik beberapa waktu lalu, dan data terakhir di kisaran 9,3 persen untuk Golkar. Untuk partai-partai lain, selisihnya tipis-tipis," ucap dia.

Lebih lanjut Burhanuddin menyampaikan, alasan kebanyakan orang atau 43,4 persen dari total responden memilih Gerindra karena suka dengan Ketua Umumnya, Prabowo Subianto.

Sedangkan, alasan masyarakat memilih PDIP karena suka dengan Presiden Jokowi. Namun ia melihat, basis pemilih PDIP cenderung menurun dan beralih ke Partai Gerindra.

"Mereka yang suka Pak Jokowi yang memilih PDIP turun tinggal 7,4 persen. Salah satu yang membuat penurunan suara PDIP adalah yang sebelumnya pilih PDIP mulai pindah ke partai lain, di antaranya ada yang suka Jokowi tapi milihnya Gerindra," sebutnya.

Secara keseluruhan, survei menunjukkan elektabilitas PDI-P tetap berada di posisi teratas dengan tingkat keterpilihan 19,1 persen. Posisi kedua ditempati oleh Partai Gerindra dengan tingkat keterpilihan 18,2 persen.

Namun, keunggulan PDIP belum bisa dinyatakan absolut lantaran survei memiliki margin of error 2,9 persen.

Sebagai informasi, survei dilakukan pada 23-24 Desember 2023 melalui telepon. Target survei adalah populasi Indonesia yang berusia 17 tahun, memiliki telepon seluler.

Total sampel sebanyak 1.217 responden yang dipilih melalui metode random digit dialing (RDD) dan double sampling. Margin of error survei diperkirakan 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

https://nasional.kompas.com/read/2023/12/26/17581851/survei-indikator-politik-tren-elektabilitas-pdip-turun-terus-gerindra-naik

Terkini Lainnya

Soal Putusan Sela Gazalba, Kejagung: Perkara Belum Inkrah, Lihat Perkembangannya

Soal Putusan Sela Gazalba, Kejagung: Perkara Belum Inkrah, Lihat Perkembangannya

Nasional
Berhaji Tanpa Visa Haji, 24 WNI Diamankan Polisi Arab Saudi

Berhaji Tanpa Visa Haji, 24 WNI Diamankan Polisi Arab Saudi

Nasional
Enggan Beberkan Motif Anggota Densus Kuntit Jampidsus, Kejagung: Intinya Itu Terjadi

Enggan Beberkan Motif Anggota Densus Kuntit Jampidsus, Kejagung: Intinya Itu Terjadi

Nasional
Pengusaha RBS Pernah Jadi Saksi Kasus Timah, Akan Jadi Tersangka?

Pengusaha RBS Pernah Jadi Saksi Kasus Timah, Akan Jadi Tersangka?

Nasional
Tolak Konsep Panti Jompo, Risma: Tidak Sesuai Budaya Kita

Tolak Konsep Panti Jompo, Risma: Tidak Sesuai Budaya Kita

Nasional
MNEK 2025 Bali, TNI AL Akan Ajak Negara Peserta Lakukan Penghormatan ke KRI Nanggala

MNEK 2025 Bali, TNI AL Akan Ajak Negara Peserta Lakukan Penghormatan ke KRI Nanggala

Nasional
Draf RUU TNI: Prajurit Bisa Duduki Jabatan Sipil Sesuai Kebijakan Presiden

Draf RUU TNI: Prajurit Bisa Duduki Jabatan Sipil Sesuai Kebijakan Presiden

Nasional
Biduan Nayunda Minta SYL Bayar Cicilan Apartemennya, Diberi Pakai Uang Pribadi

Biduan Nayunda Minta SYL Bayar Cicilan Apartemennya, Diberi Pakai Uang Pribadi

Nasional
Draf RUU TNI: Pensiun Perwira 60 Tahun, Khusus Jabatan Fungsional Bisa sampai 65 Tahun

Draf RUU TNI: Pensiun Perwira 60 Tahun, Khusus Jabatan Fungsional Bisa sampai 65 Tahun

Nasional
Survei PPI: Dico Ganinduto-Raffi Ahmad Paling Kuat di Pilkada Jateng

Survei PPI: Dico Ganinduto-Raffi Ahmad Paling Kuat di Pilkada Jateng

Nasional
SYL Beli Parfum Rp 5 Juta, Bayar Pakai ATM Biro Umum Kementan

SYL Beli Parfum Rp 5 Juta, Bayar Pakai ATM Biro Umum Kementan

Nasional
Demokrat Tuding Suara PAN Meroket di Kalsel, Ricuh soal Saksi Pecah di MK

Demokrat Tuding Suara PAN Meroket di Kalsel, Ricuh soal Saksi Pecah di MK

Nasional
TNI AL Ajak 56 Negara Latihan Non-perang di Perairan Bali

TNI AL Ajak 56 Negara Latihan Non-perang di Perairan Bali

Nasional
Taksi Terbang Sudah Tiba di IKN, Diuji coba Juli Mendatang

Taksi Terbang Sudah Tiba di IKN, Diuji coba Juli Mendatang

Nasional
Bamsoet Akan Rekomendasikan MPR 2024-2029 Kembali Kaji Amandemen UUD 1945

Bamsoet Akan Rekomendasikan MPR 2024-2029 Kembali Kaji Amandemen UUD 1945

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke