Sandiaga mengungkapkan, ada ajang lomba lari maraton internasional yang memberi catatan atas kondisi polusi udara yang terjadi di Jabodetabek.
"Dari segi pariwisata sudah ada beberapa kegiatan yang mendapatkan catatan, seperti misalnya ada lomba lari maraton internasional yang di sekitar Jabodetabek ini ada catatan mengenai kualitas udara yang tidak sehat," kata Sandiaga di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (14/8/2023).
Sandiaga bahkan mengatakan, sudah banyak calon peserta sport tourism yang mulai mempertimbangkan kualitas udara di Jabodetabek sebelum mengikuti kegiatan tersebut.
Ia kemudian mengingatkan, jika hal ini tidak ditangani dengan baik, reputasi maupun penyelenggaraan event tersebut akan menjadi buruk.
"Dan akhirnya berdampak juga pada penurunan minat untuk berwisata terutama di wilayah Jakarta," kata mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu.
Sandiaga pun mendukung penuh langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi masalah polusi udara di Jabodetabek.
"Saya sangat yakin dengan kolaborasi pemerintah daerah, dunia usaha, kita bisa juga memperbaiki kualitas udara di Jakarta karena sangat berdampak secara jangka panjang terhadap kesehatan masyarakat kita," ujarnya.
Untuk diketahui, buruknya kualitas udara di Jabodetabek menjadi sorotan dalam beberapa waktu terakhir.
Pada Sabtu (12/8/2023), DKI Jakarta masih masuk tiga besar kota dengan kualitas udara terburuk di dunia, tepatnya di urutan kedua.
Indeks Kualitas Udara Jakarta berdasarkan data IQAir sebesar 172 atau termasuk ke dalam kategori tidak sehat.
Padahal, pedoman WHO mulai 2021 menyebutkan bahwa udara berkualitas baik bagi kesehatan adalah udara yang memiliki paparan tahunan PM2.5 kurang dari 5 ug/m3 atau memiliki AQI 0-50.
https://nasional.kompas.com/read/2023/08/14/18260441/sandiaga-sebut-polusi-udara-berdampak-pada-sport-tourism-di-jabodetabek