Diketahui, Omar Al Faruq juga merupakan otak di balik pengeboman menara kembar World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 silam.
Andika saat itu masih menjadi prajurit di Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI. Kontroversi muncul lantaran penangkapan Omar Al Faruq juga melibatkan Kopassus, padahal itu adalah operasi Badan Intelijen Negara (BIN).
Pengakuan itu diungkapkan andika dalam program Gaspol! seperti disiarkan di kanal YouTube Kompas.com, Sabtu (12/8/2023).
"Ya, itu benar dan itu adalah sebuah operasi," ujar Andika Perkasa.
Andika menjelaskan, saat itu BIN mendeteksi jaringan Al Qaeda sudah masuk ke Indonesia.
Untuk mencari buktinya, dibentuk tim kecil. Kemudian, operasi tersebut berada di bawah kendali BIN.
Menurut Andika, dari operasi tersebut, dibentuk tim kecil yang melibatkan Kopassus.
"Kebetulan saya waktu itu di Kopassus. Kemudian, operasi di bawah kendali Badan Intelijen Negara, yang sampai sekarang juga masih terus dilakukan. Iya (sinergitas)," katanya.
Pada akhir 2001, Andika bergabung ke dalam operasi yang dilakukan oleh BIN itu. Tetapi, ia berhenti dari operasi tersebut pada pertengahan 2003.
Dalam penyelidikan secara tertutup tersebut, ditemukan fakta bahwa Omar Al Faruq memang benar terlibat.
"Keterlibatannya persisnya apa, saya lupa. Tetapi terlibat dalam salah satu plot, merupakan jaringan. Mereka ini kan juga bukan orang Indonesia. Mereka ini orang dari Timur Tengah semua ini, sehingga akhirnya kita tangkap, kemudian dideportasi," ujar Andika.
Terkait kenapa Omar Al Faruq tinggal di Bogor ketika ditangkap, Andika mengaku tidak tahu alasannya.
Lagipula, bisa saja Omar Al Faruq dan kawan-kawan sedang merencanakan sesuatu berskala dunia, sehingga mereka punya jaringan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
"Kita enggak terlalu tahu, yang penting bagian Omar Al Faruq ini memang ada keterkaitannya secara langsung," katanya.
Andika mengungkapkan, situasi ketika menangkap Omar Al Faruq berbeda dengan penangkapan terhadap penjahat lain.
Sebab, Omar Al Faruq bukan merupakan warga negara Indonesia (WNI), sehingga diperlukan kehati-hatian dalam menangkap tangan kanan Osama Bin Laden tersebut.
"Karena kebetulan mungkin dari dulu, dari dulu saya punya disiplin. Intinya bahwa kita enggak boleh melakukan apa pun selama tidak perlu. Dan enggak boleh melanggar hukum. Jadi sasarannya adalah masyarakat sipil yang kebetulan bukan warga negara Indonesia. Jadi kita harus ekstra hati-hati. Karena mereka kan pasti pintar," ujar Andika.
https://nasional.kompas.com/read/2023/08/13/07254661/cerita-andika-perkasa-ikut-operasi-bin-terlibat-tangkap-tangan-kanan-osama