Salin Artikel

Kesaksian Habibie tentang Detik-detik Soeharto Akhiri 32 Tahun Kekuasaan...

JAKARTA, KOMPAS.com - Bacharuddin Jusuf Habibie baru memimpin pemerintahan selama 17 hari ketika bercerita tentang detik-detik Soeharto melepaskan jabatan sebagai presiden RI.

Kisah itu diungkap Habibie saat berbincang dengan para pemimpin redaksi surat kabar dan media elektronik di Wisma Negara di kompleks Istana Kepresidenan RI, Jakarta, 25 tahun silam, tepatnya 6 Juni 1998.

Cerita dimulai pada Rabu malam, 20 Mei 1998. Saat itu, sekitar pukul 20.00 WIB, Habibie berada di kediaman Soeharto di Jalan Cendana, Menteng, Jakarta Pusat.

Situasi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya masih keos. Beberapa hari sebelumnya, terjadi demonstrasi besar-besaran oleh mahasiswa dari berbagai kampus.

Mereka menentang pemerintahan Orde Baru dan menuntut Presiden Soeharto mundur. Sebabnya, pemerintahan Orde Baru dinilai melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) hingga menyeret negara ke pusaran krisis moneter.

Demonstrasi yang berlangsung pada 12 Mei 1998 bahkan menyebabkan tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti karena penembakan oleh aparat. Peristiwa ini kian memicu amarah publik yang berujung pecahnya kerusuhan di berbagai titik di Ibu Kota Negara.

Kerusuhan melebar hingga terjadi aksi perusakan, penjarahan, dan pembakaran oleh perusuh. Massa menyasar pusat perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, perbankan, hingga fasilitas publik.

Merespons kekacauan tersebut, Soeharto memutuskan untuk memenuhi tuntutan massa. Kepada wakil presidennya, Habibie, Rabu malam itu, Soeharto mengaku akan mengumumkan Kabinet Reformasi dan Komite Reformasi pada Kamis, 21 Mei 1998.

Kabinet dan komite reformasi lantas akan dilantik pada Jumat 22 Mei 1998. Kemudian, pada Sabtu, 23 Mei 1998, Pak Harto berencana meletakkan jabatannya sebagai orang nomor satu di RI.

"Saya di-consult oleh presiden, dan hari Sabtu (23/5/1998) beliau akan mengundurkan diri dan saya dipersilakan meneruskan sesuai konstitusi dengan kabinet yang sudah dilantik sebelumnya," kata Habibie kepada awak media saat itu, sebagaimana dituliskan Harian Kompas, 7 Juni 1998.

Pikirannya penuh. Dalam perjalanan, ia banyak berdoa dalam hati, bukan komat-kamit seperti biasanya.

Sesampainya di rumah, Habibie meminta ajudannya memanggil empat menteri koordinator Kabinet Pembangunan VII yakni Feisal Tanjung, Ginandjar Kartasasmita, Hartarto, dan Haryono Suyono, serta 14 menteri lainnya, untuk berkumpul di kediamannya.

Pertemuan antara wakil presiden ke-7 RI itu dengan para menteri berlangsung selama satu jam sekitar pukul 22.00 sampai 23.00 WIB.

Segera setelah pertemuan, Habibie menghubungi kediaman Soeharto. Dari kejauhan, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) saat itu, Saadilah Mursjid, berbicara.

Habibie sedianya ingin melaporkan hasil pertemuannya dengan para menteri langsung ke Soeharto. Namun, Saadilah Mursjid buru-buru mengatakan bahwa ada perubahan rencana.

Saadilah bilang, Soeharto bakal mempercepat pengunduran dirinya sebagai presiden RI.

"Ternyata ada perubahan. Besok Pak Harto akan berhenti dan semuanya secara konstitusional diserahkan kepada wakil presiden, termasuk kabinet dan seluruhnya, dalam waktu hanya 10 menit," kata Habibie menirukan ucapan Saadillah Mursjid.

"Saya tidak tahu apakah itu atas doa saya dari Cendana sampai ke rumah…,” ucap Habibie.

Habibie seketika kembali ke ruangan di mana ia mengumpulkan empat menteri koordinator dan 14 menteri. Dia menyampaikan keputusan Soeharto yang tiba-tiba berubah itu.

“Saya sampaikan. Langsung berdiri semua. Langsung kita doa. Doanya adalah, berilah kekuatan kepada seluruh bangsa Indonesia," kisah Habibie.

Benar saja, sehari setelah peristiwa dramatis itu atau Kamis, 21 Mei 1998, Habibie mengundurkan diri dari jabatannya sebagai presiden RI.

Di hadapan para pejabat negara, Habibie membacakan pidato pengunduran dirinya di Istana Negara. Momen itu menandai berakhirnya rezim Soeharto di Indonesia setelah 32 tahun lamanya berkuasa.

Dengan lengsernya Soeharto, Habibie yang semula duduk di kursi RI-2 pun naik tahta menjadi presiden ke-3 RI. Saat itu juga, Habibie dilantik sebagai kepala negara.

Kamis, 21 Mei 1998 malam, Habibie membentuk kabinetnya, Kabinet Reformasi Pembangunan. Ia menelepon sendiri para calon menterinya.

Keesokan harinya, Jumat, 22 Mei 1998, Habibie terlambat satu setengah jam mengumumkan kabinetnya ke publik.

Katanya, karena ia lebih dulu berdialog dulu dengan Menteri Pertahanan dan Keamanan (Menhankam)/Panglima ABRI (Pangab) Jenderal TNI Wiranto mengenai ABRI dan keamanan.

Sebelum menutup pembicaraannya dengan para awak media, Habibie sempat mengungkap ramalan Soeharto tentangnya kala itu. Tanpa mengungkap maknanya, Soeharto bilang, Habibie bakal menjadi orang yang paling kesepian.

"Nanti banyak yang akan mengagumi kamu, banyak kawanmu, banyak pengalamanmu, tapi satu yang jelas, Habibie akan menjadi orang yang paling kesepian di dunia ini,” kata Habibie menirukan ucapan Soeharto.

https://nasional.kompas.com/read/2023/06/30/12121691/kesaksian-habibie-tentang-detik-detik-soeharto-akhiri-32-tahun-kekuasaan

Terkini Lainnya

Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Anies Dinilai Sulit Cari Partai yang Mau Mengusungnya Sebagai Cagub DKI Jakarta

Nasional
PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

PAN Klaim Dapat Jatah 4 Menteri, Zulkifli hingga Viva Yoga Mauladi

Nasional
SYL Klaim Tak Pernah 'Cawe-cawe' soal Teknis Perjalanan Dinas

SYL Klaim Tak Pernah "Cawe-cawe" soal Teknis Perjalanan Dinas

Nasional
Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Ribut dengan Dewas KPK, Nurul Ghufron: Konflik Itu Bukan Saya yang Menghendaki

Nasional
Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Kemenag Kecewa 47,5 Persen Penerbangan Haji yang Gunakan Garuda Indonesia Alami Keterlambatan

Nasional
Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Klarifikasi Korps Marinir soal Kematian Lettu Eko, Akui Awalnya Tak Jujur demi Jaga Marwah

Nasional
Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Anies dan Sudirman Said Sama-sama Ingin Maju Pilkada DKI, Siapa yang Mengalah?

Nasional
Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Bertolak ke Sumbar, Jokowi dan Iriana Akan Tinjau Lokasi Banjir Bandang

Nasional
Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Dititip Kerja di Kementan dengan Gaji Rp 4,3 Juta, Nayunda Nabila Cuma Masuk 2 Kali

Nasional
Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Jabat Tangan Puan dan Jokowi di Tengah Isu Tak Solidnya Internal PDI-P

Nasional
Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis 'Mercy'

Saat Anak Buah Biayai Keperluan Pribadi SYL, Umrah hingga Servis "Mercy"

Nasional
26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

26 Tahun Reformasi: Robohnya Etika Bernegara

Nasional
Soal Perintah 'Tak Sejalan Silakan Mundur', SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Soal Perintah "Tak Sejalan Silakan Mundur", SYL: Bukan soal Uang, tapi Program

Nasional
Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Rosan Ikut di Pertemuan Prabowo-Elon Musk, Bahas Apa?

Nasional
[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

[POPULER NASIONAL] MPR Bakal Temui Amien Rais | Anies Pertimbangkan Maju Pilkada Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke