Salin Artikel

Saat Nasihat Orangtua Buat Mantan Pengajar Al Zaytun Bertobat...

JAKARTA, KOMPAS.com - Perbincangan tentang Pondok Pesantren Al Zaytun kembali mengemuka di tengah masyarakat.

Pondok pesantren yang disebut termegah di Asia Tenggara dan diresmikan Presiden B.J. Habibie pada 1999 itu disorot lantaran informasi yang beredar di media sosial tentang sejumlah hal yang dinilai janggal di kalangan umat Islam.

Mulai dari saf shalat sejajar antara makmum lelaki dan perempuan sampai dugaan membiarkan anggotanya melakukan tindakan kriminal buat memenuhi kewajiban menyetor sejumlah uang untuk membiayai NII.

Kejanggalan itu adalah tentang informasi pondok pesantren itu menjadi salah satu markas gerakan Negara Islam Indonesia Komandemen Wilayah 9 (NII KW 9). Diduga pimpinan lembaga pendidikan tersebut, Abu Toto atau Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang, merupakan Imam NII KW 9.

Akan tetapi, Panji sudah membantah tuduhan yang menyebutnya Imam NII KW9.

Menurut Ketua Bidang Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Utang Ranuwijaya mengatakan, dari hasil pengkajian awal ditemukan dugaan penyimpangan dan persoalan akhlak yang terjadi di pondok pesantren yang berlokasi di Indramayu, Jawa Barat itu.

Akan tetapi, lanjut Utang, temuan awal itu masih harus dikaji dan dianalisis secara mendalam. Selain itu MUI juga memerlukan klarifikasi dari pihak Al Zaytun.

Imam mengaku sebagai mantan Menteri Peningkatan Produksi NII Komandemen Wilayah 9 tahun 1997. Akan tetapi, satu dasawarsa kemudian dia memutuskan mengundurkan diri dari gerakan itu karena nasihat orangtua.

Imam mengatakan dia berkenalan dengan NII sejak 1987. Hal itu disebabkan kedua orangtuanya juga merupakan anggota gerakan itu.

"Saya masuk NII tahun 1987 saat menjadi mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Sosial Universitas Muhammadiyah, Jakarta. Metode perekrutan diawali dengan diskusi," kata Imam seperti dikutip dari surat kabar Kompas edisi 7 Mei 2011.

Akan tetapi, Imam tidak menyelesaikan kuliah karena terpengaruh salah satu doktrin NII, yaitu "mengapa harus kuliah?"

Imam tertarik berkecimpung di NII karena dijanjikan untuk mengurus pendidikan formal.

Alhasil Imam memilih berkecimpung di NII. Di sana dia mengaku mendapat berbagai tugas, salah satunya antara lain membeli tanah untuk ponpes Al Zaytun di Indramayu, Jawa Barat, dengan harga Rp 900 per meter.

Setelah mendapat akta notaris pada 1994, pondok pesantren itu resmi berdiri 4 tahun kemudian.

Panji Gumilang lantas menjadi pemimpin ponpes itu. Nama Imam juga tercatat sebagai badan pendiri dan anggota dewan pembina yayasan, serta staf pengajar di Al Zaytun.

Setelah Al Zaytun berdiri, menurut Imam, anggota NII di daerah diberi otonomi.

Meski lahan yang dimiliki sudah sekitar 1.200 hektar, lanjut Imam, sampai sekarang Al Zaytun masih terus membeli lahan milik warga. Uang pembelian lahan itu, antara lain dari iuran pengikut NII.

Menurut Imam, sebenarnya warga di sekitar itu menaruh curiga pondok pesantren Al Zaytun terus berkembang dari sisi luas lahan dan bangunannya.

"Tetapi banyak yang diam karena takut," ujar Imam.

Dia mengatakan, tidak semua santri dan pengurus di Al Zaytun terlibat di dalam NII.

Di sisi lain, Imam juga tidak memahami mengapa polemik gerakan NII berlarut-larut dan seakan pemerintah sulit mengambil tindakan.

Akan tetapi, lambat laun Imam mulai merasa janggal dengan NII. Salah satu penyebabnya adalah kewajiban menyetor sejumlah uang kepada pengurus yang nilainya terus bertambah.

Puncaknya pada 2007, Imam memutuskan keluar dari NII. Penyebabnya adalah kedua orangtuanya yang merupakan anggota NII justru berbalik arah.

"Sebab, orangtua yang awalnya anggota NII dan saat itu sakit lambung, tiba-tiba menasihati bahwa NII sudah tidak benar. Nasihat itu amat membekas karena orangtua hampir tidak pernah memberi saya nasihat," ucap Imam.

Imam lantas baru muncul ke hadapan publik pada 2011 setelah diundang oleh media massa.

Menurut Imam, dia hanya ingin berbagi pengetahuan tentang NII dan mencoba memberi pemahaman kepada orang-orang yang terlanjur mengikuti gerakan itu supaya segera keluar, dan mengingat kekhawatiran orangtua mereka.

Penyebabnya adalah orang-orang yang menjadi pengikut NII kerap berselisih paham dengan orangtua mereka, dan bahkan rela mencuri demi memenuhi kewajiban setoran.

"Saya bicara karena ingat kegelisahan dan kekecewaan orangtua yang anaknya ikut NII," ujar Imam.

Sekilas tentang NII

NII adalah gerakan yang didirikan oleh Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 7 Agustus 1949.

Kartosuwiryo merupakan salah satu sahabat Presiden pertama RI, Soekarno. Dia sempat tinggal di indekos milik Haji Oemar Said Tjokroaminoto di Gang Peneleh, Surabaya, 2 tahun setelah Soekarno pindah.

Bahkan, Kartosuwiryo sempat menjadi asisten pribadi Tjokroaminoto.

Gerakan itu merupakan tanggapannya terhadap sikap pemerintahan RI yang dipimpin Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta yang menyetujui perjanjian Renville (8 Desember 1947 sampai 17 Januari 1948).

Alhasil Kartosuwiryo memproklamirkan gerakan Darul Islam dan mendirikan NII. Langkahnya diikuti oleh Abu Daud Berueueh di Aceh, Kahar Muzakkar di Sulawesi Selatan, Ibnu Hadjar di Kalimantan Selatan, dan Amir Fatah di Jawa Tengah.

Setelah Kartosuwiryo ditangkap dan dieksekusi pada 1962, gerakan NII pecah menjadi 2 kelompok. Pertama adalah NII Fillah yang merapat kepada rezim Orde Baru dan dibina oleh tokoh intelijen Ali Moertopo.

Kelompok NII Fillah digunakan oleh Orde Baru untuk melakukan kampanye anti-komunisme dan merebut suara umat Islam buat mendukung pemerintah dalam setiap pemilihan umum.

Sedangkan kelompok NII Sabilillah masih berupaya melanjutkan pemikiran Kartosuwiryo dengan mengupayakan mendirikan negara Islam.

Kelompok NII Sabilillah kemudian berkembang menjadi 9 faksi atau komandemen wilayah (KW) yang Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Aceh, Lampung, dan Jakarta.

Di antara faksi NII Sabilillah, faksi NII KW9 yang dipimpin Panji Gumilang disebut menyimpang jauh dari misi dan falsafah awal gerakan NII.

Kelompok itu disebut memperbolehkan anggota tidak shalat, serta melakukan hal yang dilarang agama dengan membayar sejumlah uang sebagai hukuman pengganti.

Bahkan, orang-orang yang terpapar doktrin NII KW9 disebut-sebut diperbolehkan melawan orangtua, mencuri, ataupun meninggalkan shalat.

Tak hanya itu, para anggotanya pun diwajibkan membayar iuran bulanan dalam jumlah ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Akibatnya, tak jarang para anggota yang kebanyakan mahasiswa, harus berutang ke sana kemari atau bahkan mencuri demi tuntutan membayar iuran itu.

Doktrin itu juga diyakini merusak ikatan kekeluargaan dan sosial kemasyarakatan antara sesama umat Islam.

https://nasional.kompas.com/read/2023/06/26/17373321/saat-nasihat-orangtua-buat-mantan-pengajar-al-zaytun-bertobat

Terkini Lainnya

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Hasto PDI-P: Banteng Boleh Terluka, tapi Harus Tahan Banting

Nasional
PDI-P Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK: Banyak yang Kita Tak Tahu 'Track Record' Pemberantasan Korupsinya

PDI-P Sentil Penunjukan Pansel Capim KPK: Banyak yang Kita Tak Tahu "Track Record" Pemberantasan Korupsinya

Nasional
Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

Respons Putusan MA, Demokrat: Bisa Ikut Pilkada Belum Tentu Menang

Nasional
Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

Blok Rokan Jadi Penghasil Migas Terbesar Se-Indonesia, Jokowi Berikan Apresiasi

Nasional
Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

Tiru India, Pemerintah Siapkan PP Mudahkan Diaspora Balik ke Indonesia

Nasional
Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

Menpan-RB Dorong Kantor Perwakilan RI Terapkan Pelayanan Publik Terintegrasi

Nasional
Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

Putusan MA soal Usia Calon Kepala Daerah Dinilai Beri Karpet Merah Dinasti Jokowi

Nasional
Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

Kunjungi Kantor Pusat DEC di China, Puan Tekankan Pentingnya Peningkatan Kerja Sama Antarnegara 

Nasional
Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

Isnaq Rozaq, Peternak Termuda DD Farm Jateng yang Tekun Gapai Mimpi Jadi Musisi

Nasional
Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

Prabowo Bertemu PM Baru Singapura, Janji Lanjutkan Kerja Sama Bilateral

Nasional
PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

PDI-P Pertimbangkan Usung Anies di Jakarta jika Diusulkan Akar Rumput

Nasional
Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

Sempat Tidak Fit, Megawati Sapa Warga di Kantor PDI-P Ende

Nasional
Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Sentil Projo, PDI-P: Pemimpin Partai Lahir dari Kaderisasi, Bukan Berupaya Perpanjang Kekuasaan

Nasional
PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

PDI-P Ingatkan GP Ansor: Spirit NU untuk Merah Putih, Bukan Keluarga

Nasional
Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Profil Thomas Djiwandono, Ponakan Prabowo yang Dikenalkan Sri Mulyani ke Publik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke