Salin Artikel

Kesejahteraan Bersama, Titik Temu Kekatolikan dan Keindonesiaan

CIPANAS, KOMPAS.com - Perjuangan untuk mencapai kesejahteraan bersama merupakan titik temu kekatolikan dan keindonesiaan. Kesejahteraan bersama merupakan cita-cita para founding fathers Indonesia. Sementara, dalam spiritualitas katolik, ajaran Yesus tentang kasih merefleksikan cinta pada sesama yang merupakan pondasi bagi upaya mencapai kesejahteraan bersama.

Demikian benang merah yang mengemuka dalam dialog temu pastoral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) yang diikuti Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo bersama sekitar 120 pastor yang berkarya di KAJ dengan pemikir kebangsaan Sukidi di Wisma Via Renata, Cipanas, Jawa Barat, Selasa (23/5/2023).

Sukidi menyampaikan, tema acara temu pastoral, yaitu “Subsidiaritas dan Solidaritas sebagai Jalan Mewujudkan Penghormatan Martabat Manusia dan Kesejahteraan Bersama”, sejalan dengan impian para pendiri bangsa yang bercita-cita mewujudkan kesejahteraan bersama.

Ia mengutip kalimat Presiden pertama Indonesia Soekarno saat menggagas Pancasila sebagai dasar Indonesia merdeka pada pidato 1 Juni 1945.

“Apakah kita mau Indonesia merdeka, yang kaum kapitalnya merajalela, ataukah semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup memberi sandang-pangan kepadanya? Mana yang kita pilih, saudara-saudara? Rakyat ingin sejahtera. Kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya,” tutur Sukidi.

Sementara, Kardinal Suharyo dalam pertemuan itu menegaskan, kesejahteraan bersama merupakan upaya yang terus dilakukan oleh umat Katolik di Indonesia.

“Sebagai umat Kristiani, kita dipanggil untuk terlibat dalam mengusahakan kesejahteraan bersama,” kata dia.

Panggilan itu, ucap Kardinal, merupakan teladan yang diberikan Yesus yang menjadi pusat iman Katolik.

“Dalam Iman Katolik, Yesus adalah wujud compassion yang sempurna dengan bersedia menderita bersama dengan sesama yang menderita,” ujar Kardinal Suharyo.

Sukidi menambahkan, spiritualitas Katolik sarat dengan kebajikan sosial seperti belas kasih, solidaritas dan tanggung jawab bersama yang mencerminkan keutamaan dalam mewujudkan kesejahteraan bersama dan Indonesia yang sejahtera.

“Kesejahteraan bersama harus dimulai dari nilai kebajikan sosial yang mengikat satu warga dengan yang lain,” ujarnya.

Selain itu, lanjut Sukidi, spiritualitas Katolik juga mewarisi ajaran Yesus dan teladan para orang suci, santo dan santa, yang mewujudkan kasih dalam tindakan kemanusiaan dalam seluruh praktik hidup mereka. Ia menyebut Santo Paulus dan Paus Fransiskus sebagai tokoh yang layak diteladani. Keduanya menjiwai etika kemanusiaan universal yang penuh kasih sayang dan belas kasih kepada sesama, terutama kepada fakir miskin.

“Santo Paulus memprioritaskan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Paus Fransiskus berjuang untuk membebaskan umat dari penjara kemiskinan dan perdagangan manusia. Mata air keteladanan ini adalah sumber inspirasi bagi seluruh pastor dalam menunaikan pelayanan kemanusiaan yang inklusif,” kata Sukidi.

Ia juga menyebut nama almarhum Mgr Johannes Pujasumarta, mantan Uskup Agung Semarang, sebagai tokoh yang layak diteladani di Indonesia.

“Mgr Johannes Pujasumarta mewariskan keteladanan bagi para pastor untuk menempatkan solidaritas kepada kaum miskin bukan sekadar sebagai perwujudan iman Katolik dan wajah sosial gereja, melainkan juga sebagai manifestasi persaudaraan kemanusiaan yang otentik,” ujar dia.

https://nasional.kompas.com/read/2023/05/28/12264071/kesejahteraan-bersama-titik-temu-kekatolikan-dan-keindonesiaan

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke