Salin Artikel

Mengenal Lebih Dekat “Wind Tunnel” Terjun Payung Terbesar Se-Asia Tenggara Milik Brimob

JAKARTA, KOMPAS.com – Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri kini memiliki sarana wind tunnel atau terowongan angin yang terbesar se-Asia Tenggara.

Wind tunnel tersebut merupakan sarana yang dapat mempermudah jajaran Brimob untuk meningkatkan keterampilan dan melakukan pelatihan terjun payung.

Sarana pelatihan terjun payung serta gedung tersebut baru saja diresmikan Komandan Korps (Dankor) Brimob Komjen Anang Revandoko di Gedung Tan Satrisna, Cikeas, Jawa Barat, Rabu (29/3/2023).

"Kami resmikan satu tempat yang sangat membanggakan semua, kebanggan bagi anggota Polri, Bapak Kapolri telah memberikan satu kehormatan kepada Korps Brimob berupa satu tempat sarana pelatihan Wind Tunnel di Cikeas," kata Komjen Anang usai acara peresmian.

Pantauan Kompas.com di lokasi, wind tunnel tersebut berbentuk tabung yang dikelilingi kaca cukup tebal.

Di samping tabung tersebut terdapat juga ruangan kontrol untuk mengatur kencangnya udara yang dialirkan agar orang dapat melakukan simulasi terjun payung dalam terowongan angin tersebut.

Kabareskrim periode 2009-2011, Komjen (Purn) Ito Sumardi Djunisanyoto, pun mengakui bahwa wind tunnel milik Brimob Polri merupakan yang terbesar di Asia Tenggara.

“Saya bekas Dubes Myanmar, saya sudah mutar di negara-negara Asia Tenggara, tidak ada satu pun yang bisa lebih baik termasuk fasilitas pendukung. Saya jamin suatu saat warga luar pasti akan melihat fasilitas di sini. Kita perlu bangga,” tutur Ito.

Adapun tim dari Kompas.com pun berkesempatan mencoba wind tunnel tersebut dengan didampingi oleh beberapa personel Brimob yang sudah ahli dan terlatih.

Sebelum mencoba masuk ke wind tunnel, setiap orang harus mengenakan pakaian khusus yang dilengkapi helm dan penutup mata kaca yang sudah disiapkan.

Selain itu, setiap orang juga harus mengenakan sepatu olahraga dan tidak diperkenankan memakai aksesori, termasuk kacamata.

Hal tersebut dimaksudkan demi mengantisipasi dan menjaga keselamatan orang yang melakukan simulasi terjun payung.

Setelah itu, personel Brimob yang sudah ahli dan terlatih melakukan terjun payung memberikan pengarahan dan beberapa peragaan posisi tertentu yang harus dilakukan saat memasuki wind tunnel.

Harus pinjam fasilitas negara tetangga

Sebelum Brimob memiliki alat wind tunnel, menurut Ito Sumardi, jajaran Polri yang harus berlatih keahlian terjun payung harus pinjam fasilitas dari negara tetangga.

Sebab, fasilitas di Indonesia masih sangat terbatas. Ia pun turut berbangga karena wind tunnel Polri tersebut lebih maju dan sudah menggunakan teknologi terbaru dibandingkan milik Malaysia dan Singapura.

“Kalau dulu waktu saya terjun tahun 1980 kita masih menggunakan fasilitas yang sangat terbatas, sehingga kalau kita mau coba freefall kita harus berangkat ke Genting Highland (di Malaysia) dan harus bayar mahal dan mengantre,” ungkap Ito.

Senada, Kepala Sekolah Terjun Payung Polri Kompol Anjiel Fauzi juga mengaku sampai harus ke negara tetangga untuk mempelajari keahlian terjun payung sebelum Brimob memiliki wind tunnel sendiri.

Anjiel yang juga personel Brimob mulai belajar keahlian terjun payung sejak tahun 2010. Saat itu, ia bahkan harus belajar sampai ke Malaysia dan Singapura.

“Kita untuk menjadi mahir apalagi menjadi ahli dan terampil itu sangat membutuhkan biaya yang luar biasa sekali karena kita harus pergi ke luar negeri, karena fasilitas saat itu kita belum punya,” ujar Anjiel.

Harus rutin dan berkesinambungan

Kompol Anjiel mengatakan, keahlian terjun payung harus dilatih secara rutin dan berkesinambungan. Pelatihan yang dilakukan juga tidak sembarangan karena harus didampingi pelatih yang sudah ahli.

Pengawas dan Pengendali Wind Tunnel Korps Brimob itu mengatakan, pihaknya turut mengajarkan keahlian terjun payung dengan lisensi dari negara Jerman dan Rusia.

Alat wind tunnel tersebut juga, menurut dia, mampu dioperasikan secara nonstop 24 jam.

“Sudah kami coba, pada saat uji coba dan uji fungsi, selama 1 bulan full bermain 8 jam, 16 jam, dan 24 jam nonstop, untuk pada saat latihan untuk sekitar 30 orang untuk para pelatih-pelatih yang kami dididik di sini degan lisensi dari Jerman dan Rusia,” terangnya.

Wind tunnel Polri tersebut memiliki kapasitas maksimal dimasuki sekitar 10 orang. Tabung raksasa itu memiliki diameter lebih kurang 4,8 meter.

Lebih lanjut, Anjiel mengungkapkan pengalamannya selama belajar keahlian terjun payung.

Menurut dia, hal utama dalam melakukan pelatihan terjun payung adalah harus selalu mengikuti pelajaran dan arahan dari instruktur yang sudah ahli.

Untuk bisa mencapai level, bisa melakukan terjun payung juga memerlukan latihan yang rutin dan berkesinambungan.

“Kendala awalnya itu kita latihan terjun payung, ya karena kita pemula ya pasti belum memahami, kita banyak salah-salah, tapi tetap kita konsentrasi dengan bidang ini, akan menjadi hal biasa,” tambahnya.

Kegiatan terjun payung ini juga memerlukan kesiapan fisik yang memadai. Sebab, aktivitas itu juga sama seperti olahraga yang membakar banyak kalori di tubuh.

Bahkan, saat ini kegiatan terjun payung juga sudah masuk dalam salah satu katagori olahraga.

Maka dari itu, saat rutin melakukan terjun payung, perlu juga didampingi aktivitas olahraga harian seperti lari atau berenang.

“Sebenarnya kita harus olahraga, stretching secara rutin ya, renang, lari, pokoknya yang sifatnya rutin. Karena menurut pelatih kami yang dari luar, 10 menit kita di dalam tabung sama aja dengan kita melakukan olahraga di treadmill,” kata Anjiel.

“Jadi gerakan tubuh kita bergerak semua. Jadi semua topang-topang sendi-sendi kita diterpa oleh angin,” tambahnya.

https://nasional.kompas.com/read/2023/03/30/09242421/mengenal-lebih-dekat-wind-tunnel-terjun-payung-terbesar-se-asia-tenggara

Terkini Lainnya

'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke