Ia mengatakan, pertemuan keduanya dapat meredam konflik Rusia-Ukraina dan memanasnya situasi antara China-Taiwan.
“Jika hubungan bilateral kedua negara adi daya ini terjalin kembali, akan bisa makin dikurangi berbagai mispersepsi, dan asumsi yang keliru,” tutur SBY dikutip dari laman Facebook miliknya, Senin (14/11/2022).
Menurut dia, Xi Jinping dan Joe Biden bisa mengatakan secara langsung ketidaksetujuannya pada kebijakan masing-masing negara, khususnya terkait konflik China dan Taiwan.
“Misalnya, bagi Tiongkok, mungkin campur tangan Amerika Serikat yang terlalu jauh terhadap urusan Tiongkok-Taiwan adalah sebuah red line,” kata dia.
“Mungkin juga sebaliknya bagi Amerika Serikat, penggunaan instrumen militer Tiongkok dan menyelesaikan sengketa dengan Taiwan dan juga dengan sejumlah negara di kawasan dalam sengketa terirori laut Tiongkok Selatan juga dianggap red line,”ujar dia.
SBY merasa pertemuan kedua pemimpin dunia itu membawa harapan besar terciptanya perdamaian dunia.
Namun, proses itu butuh waktu dan upaya yang tak mudah.
“Tak ada jalan pintas, dan tak mungkin pula ada hasil besar yang diperoleh secara instan,” kata dia.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengaku senang Xi Jinping dan Joe Biden menghadiri KTT G20 di Bali yang bakal berlangsung 15-16 November 2022.
Ia menyampaikan, Indonesia bakal memperjuangkan perdamaian dunia dan pemulihan ekonomi global dalam perhelatan tersebut.
"Karena di masa yang sangat sulit seperti sekarang, apa lagi Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping juga akan hadir," ucap Jokowi dalam keterangannya di Bandara I Gusti Ngurah Rai pada Minggu (13/11/2022).
https://nasional.kompas.com/read/2022/11/14/12192001/xi-jinping-dan-joe-biden-bertemu-di-g20-sby-mengurangi-berbagai-mispersepsi