Salin Artikel

Wiweko, Pahlawan Dirgantara

Dia adalah putra dari keluarga “ambtenaar”, pasangan Soepono yang asli Banyumas dengan Boentarmi, seorang wanita asal Solo.

Sejak kecil Wiweko gemar membaca dan menyukai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dia kemudian diketahui sebagai seorang pekerja keras yang tidak pernah kenal kata menyerah.

Di luar waktu sekolah, dia banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang menjadi hobi beratnya, yaitu aeromodelling. Upayanya termasuk merancang sekaligus mencoba menerbangkannya.

Bersama sejumlah teman, termasuk sinyo Belanda, Wiweko membentuk dan memimpin Aeroclub.

Dia juga berlangganan dan sering berdiskusi dengan wartawan majalah Vliegwereld, satu-satunya majalah kedirgantaraan yang terbit dan beredar di Indonesia kala itu.

Semenjak masih bocah, dia telah banyak mendengar dan ikut serta dalam banyak diskusi dengan ayahnya, seorang nasionalis tulen bersama dengan rekan-rekan dalam pergerakan nasional.

Dia telah mengenal sejak usia dini mengenai paham nasionalistis yang mencakup tentang Self Help dan Self determination.

Dia juga sering mendengar dan mengikuti banyak cerita dan pidato dari Ir. Soekarno, yang juga berasal dari Blitar, terutama dalam hal membangun semangat persatuan dan kemerdekaan kepada seluruh rakyat yang tengah terjajah.

Di luar waktu sekolah, Wiweko sering memperhatikan sekelompok remaja berseragam KBI, Kepanduan Bangsa Indonesia yang berdasi merah putih, giat berlatih.

Setelah tumbuh menjadi pemuda dan mendengar berita proklamasi kemerdekaan Indonesia, dia langsung bergabung dengan kelompok pemuda pejuang Priangan.

Bersama dengan pemuda Suryadarma, Mashudi, Sarbini Somawinata, Abdul Haris Nasution, Sutoyo dan lain-lain, Wiweko mengadakan musyawarah dan memutuskan untuk segera merebut pangkalan udara dari tangan Jepang yang baru kalah perang melawan sekutu.

Mereka sempat menguasai sejumlah pesawat terbang dan berbagai fasilitas penerbangan yang ada di pangkalan udara Andir, meski kemudian terusir oleh pasukan sekutu yang diboncengi tentara Belanda yang memang ingin kembali berkuasa di Indonesia.

Walau dalam keadaan terusir dan harus menyingkir keluar kota, dia tidak pernah berputus asa. Dengan semangat juang, berbekal pengetahuan dan pengalaman di bidang kedirgantaraan walau masih sangat terbatas, dia langsung bergabung dengan TKR, Jawatan Penerbangan yang baru saja terbentuk dan kemudian resmi menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia.

Pada usia yang baru mencapai 25 tahun, Wiweko Soepono berani menyatakan wawasan dan sikapnya dalam bidang kedirgantaraan.

Sewaktu pemerintah perjuangan tahun 1948 mengambil kebijaksanaan tentang Civil Aviation yang cenderung bergantung saja kepada American-Indonesian Corporation dan banyak memberi konsesi kepada pihak asing, dengan tegas dan berani Wiweko Soepono menentangnya.

Menurut dia, perhubungan udara begitu penting bagi satu Negara yang merdeka, terutama dalam bidang politik, strategi, dan perkembangan ekonomi bangsa.

Dia memiliki keyakinan yang sangat besar, bahwa Indonesia sebagai bangsa pasti memiliki kemampuan yang cukup dan tidak kalah dari bangsa lain dalam mengelola sistem dari perhubungan udara nasionalnya.

Wiweko Soepono, tidak hanya berani untuk berbeda dalam visi, dia juga memang pandai dalam menyusun suatu konsep.

Salah satu contoh, pada satu saat, bersamaan dengan protesnya dalam penyelenggaraan perhubungan udara nasional, Wiweko menyertakan juga di dalamnya satu konsep usulan tentang pembentukan sebuah Skadron Transport sebagai unsur operasi penerbangan perintis di tanah air.

Di awal kemerdekaan Republik Indonesia, dia pulalah yang kemudian merealisasikan usulan tersebut dengan mendirikan Djawatan Angkutan Udara Militer atau DAUM.

Secara teratur DAUM terbang menjalankan misi kenegaraan, seperti membawa pejabat militer dan sipil dalam menjangkau wilayah tanah air yang saat itu masih banyak yang terisolasi.

Pandangan dan sikapnya ini merupakan refleksi dari penilaian tentang begitu pentingnya perhubungan udara di Indonesia yang diyakininya akan menentukan kemampuan bangsa dalam mengelola perhubungan udara nasional dalam satu Air Integrity, satu kesatuan wilayah udara nasional.

Kini telah menjadi satu realita dari pemahaman bahwa sarana Angkutan Udara Nasional dalam konteks perhubungan udara yang terintegrasi akan sangat menentukan utuhnya Negara Indonesia sebagai satu Negara Kesatuan yang sekaligus akan banyak membantu perjalanan bangsa menuju kesejahteraan masayarakat.

Kita mengenal Maskapai sang pembawa bendera merah putih, Garuda Indonesian Airways. Di tangan Garuda inilah kehormatan dan kebanggaan serta promosi bangsa Indonesia di panggung global dalam penyelenggaraan angkutan udara dipertaruhkan.

Garuda Indonesia pernah dipimpin oleh seorang Pilot kawakan bernama Wiweko, penerbang Asia pertama yang pernah menembus samudra pasifik (dari Oakland, AS ke Jakarta) seorang diri dengan pesawat terbang.

Itu sebabnya, sebagai pimpinan maskapai dia mampu berorientasi kepada bidang penerbangan secara total. Sebagai Pilot, dia tahu ketika membeli banyak pesawat, maka perlu mempersiapkan sumber daya manusianya.

Wiweko menganalisis dan membahas tuntas dalam hal memilih pesawat terbang yang cocok untuk digunakan di Negara kepulauan bersama dengan pabrik pesawat kenamaan di dunia.

Ia juga merancang disain kokpit pesawat yang sangat spektakuler sepanjang sejarah. Wiweko telah mengubah awak kokpit menjadi hanya dua orang saja. (two men forward facing crew cockpit). Keberhasilan ini dinilai sangat fenomenal.

Yang sangat mengagumkan adalah, konon pihak Airbus ingin menggunakan nama Wiweko sebagai “hak paten” dari penemuan ini, dan ditolak secara halus oleh Wiweko.

Disain yang tadinya ditentang habis-habisan oleh FAA, Federal Aviation Administration, otoritas penerbangan Amerika Serikat, kini justru telah menjadi standar baku dari disain kokpit pesawat angkut internasional.

Disain ini telah mengubah secara revolusioner pengawakan pesawat angkut di dunia, khususnya pesawat sekelas “Jumbo-Jet” yang tadinya hanya bisa diterbangkan dengan tiga orang awak kokpit, sejak saat itu berubah menjadi hanya diawaki dua orang saja.

Ini adalah salah satu kisah sukses Wiweko pada waktu memimpin Garuda, dalam proses penambahan armada udaranya.

Saat itu Garuda sang pembawa bendera melesat maju di angkasa Asia, Eropa dan bahkan pernah sampai ke Amerika Serikat.

Garuda Indonesian Airways tahun 1968-1984, di bawah kepemimpinan Wiweko telah berhasil menguasai tidak hanya pasar domestik, tetapi juga pasar regional.

Di sisi lain sang merah putih juga dibawa oleh si Garuda dengan gagahnya ke Eropa dan bahkan Amerika.

Ketika memimpin Garuda, Wiweko menjadikan “flag carrier” itu menjadi “airlines” kedua terbesar di belahan bumi Selatan, setelah Japan Air Lines, dengan 79 armada jet.

Armada Garuda bahkan lebih besar dari yang dimiliki oleh banyak negara Eropa pada waktu itu. Swiss Air yang beken saat itu, misalnya, konon hanya memiliki 55 pesawat saja.

Kini, dalam era yang penuh dengan tantangan dan persaingan dalam industri penerbangan dunia, sumbangsih dari seorang Wiweko kiranya sangat sulit untuk dapat dilupakan begitu saja.

Wiweko sang Perintis dan Pionir Penerbangan di Indonesia dan juga di kancah global. Nama Wiweko memang tidak terkenal sesuai dengan karya-karya besarnya. Wiweko Sang Pahlawan Dirgantara Indonesia.

https://nasional.kompas.com/read/2022/11/10/05450081/wiweko-pahlawan-dirgantara

Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke