JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo dinilai tengah mendorong PDI Perjuangan untuk segera mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres) lewat pernyataannya soal jangan terlalu lama mengumumkan nama capres.
Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama Ari Junaedi menduga, Jokowi tidak ingin Ganjar disalip oleh dua nama yang juga digadang-gadang sebagai kandidat capres terkuat, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
"Jokowi khawatir, Anies dan Prabowo yang sudah kadung maju capres tidak diimbangi gerak cepat dari PDI-P dan KIB (Koalisi Indonesia Bersatu)," kata Ari kepada Kompas.com, Senin (7/11/2022).
PDI-P merupakan partai yang menaungi Ganjar. Hingga kini, partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu belum juga mengumumkan capres yang bakal mereka usung.
Sementara, KIB merupakan koalisi bentukan tiga parpol pendukung pemerintahan Jokowi yakni Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Koalisi ini belum memutuskan nama capres, namun berulang kali melirik sosok Ganjar.
Menurut Ari, lewat pernyataannya Jokowi tidak ingin Ganjar kehilangan momentumnya sebagai kandidat capres potensial.
Apalagi, Prabowo telah mendeklarasikan kesiapannya maju sebagai capres Partai Gerindra. Sementara Anies dideklarasikan sebagai capres Partai Nasdem.
"Jokowi tidak ingin momentum 'eranya Ganjar' tidak ditangkap dengan jeli oleh PDI-P dan KIB," ucap Ari.
Ari menduga, Jokowi melempar kode keras dukungan ke Ganjar dengan menjabarkan kriteria capres yang dia inginkan pada 2024.
Jokowi ingin sosok capres mendatang bisa melanjutkan pembangunan dan kerja-kerja yang telah dia jalankan sejak menjabat presiden pada 2014 lalu.
Dari tiga nama kandidat capres terkuat, Ari yakin dukungan Jokowi akan jatuh ke Ganjar.
"Jika kita membedah DNA linearitas pernyataan Jokowi dengan tiga capres itu, saya menerjemahkan keinginan Jokowi tentang sosok pelanjutnya ada pada Ganjar Pranowo," ujarnya.
Menurut Ari, chemistry atau kedekatan yang terbentuk antara Jokowi dengan Ganjar bersifat natural. Keduanya berada di bawah payung yang sama, PDI-P.
Prabowo awalnya berseberangan dan menganggap remeh kemampuan mantan Wali Kota Solo itu. Namun, Ketua Umum Partai Gerindra tersebut berbalik arah begitu memuja Jokowi usai didapuk menjadi Menteri Pertahanan Kabinet Indonesia Maju.
Berbeda dengan Anies, lanjut Ari, Jokowi tampak mengambil jarak. Ini salah satunya terbukti ketika Jokowi mencopot Anies dari kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Kabinet Indonesia Maju pada 2016 lalu.
"Jokowi bertipe kerja, dia tidak suka berbasa-basi apalagi memilin kata. Dengan Ganjar dia seide dan seirama," kata dosen Universitas Indonesia itu.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengungkap kriteria capres yang menurutnya mumpuni untuk menghadapi kondisi sosial ekonomi Indonesia.
Jokowi mengatakan, tokoh yang akan menggantikannya itu harus memiliki jam terbang tinggi dan saling melengkapi.
"Ke depan itu memerlukan pemimpin yang mau tidak hanya ngerti makro, bukan hanya ngerti mikronya juga harus ngerti, tetapi memang harus mampu bekerja lebih detail, menguasai data dan lapangan, kemudian memutuskan," kata Jokowi dalam wawancara khusus dikutip Kompas.id, Minggu (6/11/2022).
Jokowi sadar bahwa kewenangan memutuskan sosok capres ada di tangan partai politik. Namun, dia berharap parpol tidak terlalu lama mengambil langkah.
"Yang paling penting kalau saya ya...Memang harus hati-hati dalam memutuskan calon, tapi juga jangan terlalu lama, sehingga rakyat nanti bisa menilai," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
https://nasional.kompas.com/read/2022/11/07/10145521/pengamat-jokowi-khawatir-ganjar-disalip-prabowo-dan-anies-jika-pdi-p-tak