Erlina mengatakan, potensi pertama peningkatan kasus Covid-19 disebabkan protokol kesehatan yang semakin longgar, yakni berkumpul di tempat ramai tanpa menggunakan masker.
“Protokol kesehatan sudah lengah. Sudah banyak orang yang tadinya patuh, pakai masker sekarang ikut-ikutan dengan yang tidak patuh sudah mulai maskernya dibuka,” kata Erlina dalam konferensi pers daring, Kamis (3/11/2022).
Potensi yang kedua adalah kurangnya masyarakat dalam mengawasi orang-orang yang berisiko tinggi.
Orang-orang yang beresiko tinggi adalah orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan komorbid.
“Mereka (orang yang beresiko) kalau terinfeksi, (resiko untuk) dirawat itu besar. Karena belakangan (kasus Covid-19) semakin menurun, lalu (masyarakat) lupa melindungi mereka,” ujarnya.
Namun, Erlina mengatakan bahwa peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi belakangan ini belum tentu disebabkan oleh subvarian XBB.
“Karena jumlah (varian) XBB yang ditemukan, yang dilaporkan masih sedikit, masih di bawah 20 kasus. Tetapi kita kan juga tidak tahu banyak sekali sekarang orang yang sakit batuk, pilek, demam, enggak memeriksakan diri,” katanya.
Merujuk pada data yang dianalisis oleh Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementrian Kesehatan (Pusdatin Kemenkes), di Indonesia Covid-19 didominasi oleh varian BA.5.
“Tapi bahwa ini karena varian baru (Covid-19 varian XBB), tentu belum ada bukti karena kasusnya sedikit,” ujarnya.
Oleh karenanya, total kasus Covid-19 di Tanah Air mencapai 6.502.659 sejak kasus pertama diumumkan Presiden Jokowi.
Kemudian, ada 32 pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam periode 1-2 November 2022. Penambahan itu membuat total kematian akibat Covid-19 mencapai 158.695 orang.
https://nasional.kompas.com/read/2022/11/03/16394511/satgas-covid-19-pb-idi-ungkap-dugaan-penyebab-kenaikan-kasus-covid-19
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.