Salin Artikel

Mohammad Yamin, Perumus Sumpah Pemuda yang Sempat "Alergi" Ide Fusi Organisasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kesadaran kalangan pemuda di Hindia Belanda untuk membangkitkan nasionalisme menuju kemerdekaan Indonesia mulai bergeliat pada 1900-an yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Salah satu tokoh yang terlibat dalam Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 adalah Mohammad Yamin.

Kebangkitan pemuda berawal dengan berdirinya sejumlah organisasi pemuda seperti Boedi Oetomo di Batavia pada 1908, dan Indische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia) yang didirikan pelajar Indonesia di Belanda.

Selain itu juga muncul organisasi Tri Koro Dharmo yang berdiri pada 1915, dan kemudian berganti nama menjadi Jong Java. Masa itu dikenal sebagai era kebangkitan nasional.

Persoalan mendasar pada saat itu adalah setiap organisasi pemuda masih mengutamakan kesamaan asal daerah atau suku bangsa masing-masing.

Akan tetapi, lambat laun mulai muncul kesadaran para pemuda yang terlibat dalam berbagai organisasi untuk bersatu demi kepentingan bangsa.

Di dalam buku Menguak Misteri Sejarah (2010) disebutkan saat itu sejumlah tokoh pemuda berkeinginan supaya organisasi mereka berada dalam satu wadah.

Tujuannya adalah supaya setiap elemen pemuda bisa bergerak bersama menuju cita-cita kemerdekaan.

Untuk mewujudkannya, maka sejumlah organisasi pemuda itu menggelar rapat pada 30 April 1926 yang dikenal dengan Kongres Pemuda I di Jakarta. Namun, saat itu upaya untuk menyatukan berbagai kelompok pemuda dalam satu organisasi gagal.

Salah satu tokoh yang menentang keras penggabungan organisasi pada Kongres Pemuda I adalah Ketua Jong Sumatranen Bond, Mohammad Yamin.

Tokoh kelahiran Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat pada 23 Agustus 1903 itu memang mulanya menentang ide menyatukan organisasi kepemudaan. Namun, dia justru menjadi salah satu perumus Sumpah Pemuda dalam Kongres Pemuda II pada 27-28 Oktober 1928.

Yamin sejak kecil dibekali pendidikan yang baik oleh kedua orangtuanya, yaitu Usman Baginda Khatib dan Siti Saadah.

Menurut Elizabeth E Graves dalam buku Asal-Usul Elite Minangkabau Modern, setelah menempuh pendidikan dasar di kampung halaman, Yamin merantau ke Pulau Jawa untuk melanjutkan pendidikan.

Yamin kemudian diterima di Algemene Middelbare School (AMS) di Surakarta. Setelah lulus, Yamin kemudian pindah ke Batavia dan belajar di Sekolah Tinggi Hukum (Rechts Hooge School).

Di sana kemampuan kepemimpinannya ditempa hingga menjadi Ketua Jong Sumatranen Bond.

Sejak itu Yamin mulai aktif mengemukakan gagasan tentang persatuan Indonesia.

Yamin menggunakan keahliannya sebagai seorang sastrawan dan penyair untuk menyatukan para pemuda melalui bahasa. Dia kemudian mengusulkan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan dalam Kongres Pemuda I.

Gagasan Yamin tertuang dalam pidato yang berjudul "Kemungkinan Bahasa-bahasa dan Kesusastraan di Masa Mendatang".

"Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa bahasa Melayu lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan dan bahasa persatuan yang ditentukan untuk orang Indonesia. Dan kebudayaan Indonesia masa depan akan mendapatkan pengungkapannya dalam bahasa itu," demikian pidato Yamin, dikutip dari buku Cendekiawan dan kekuasaan dalam negara Orde Baru (2003).

Pidato itu mendapatkan respons baik dari para pemuda yang hadir dalam kongres. Mereka tertarik terhadap pemaparan Mohammad Yamin, terutama mengenai persatuan.

Akan tetapi, dalam Kongres Pemuda I para pemuda belum sepakat menyatukan diri ke dalam sebuah organisasi payung.

Mohammad Yamin menolak dilakukannya fusi organisasi pemuda. Dia lebih memilih membentuk federasi dari perkumpulan-perkumpulan yang ada.

Sebab, perkumpulan masing-masing daerah lebih bisa bergerak bebas tanpa adanya sebuah aturan yang melekat.

Di sisi lain, pidato Mohammad Yamin tentang pentingnya menggunakan sebuah bahasa untuk persatuan banyak dibicarakan para pemuda saat itu.

Sikap Yamin yang menolak penyatuan organisasi pemuda tetap bertahan hingga menjelang pembukaan Kongres Pemuda II dibuka pada 27 Oktober 1928 di Batavia. Yamin saat itu menjabat sebagai Sekretaris Kongres.

Walau demikian, Yamin disebut tetap memiliki semangat akan persatuan Indonesia. Dia tetap berharap semangat persatuan tetap ada namun tak menghilangkan kekhasan tiap daerah.

Dengan harapan Kongres Pemuda II menghasilkan sebuah kesepakatan yang berdampak luas, Yamin mulai menuliskan gagasan tentang "Sumpah Pemuda".

Dia menuangkan pemikirannya ke dalam sebuah kertas. Kertas berisi catatannya itu kemudian dia sodorkan kepada Soegondo Djojopoespito, yang saat itu menjabat Ketua Kongres.

"Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya punya rumusan resolusi yang elegan)," kata Yamin kepada Soegondo, dikutip dari buku Mengenang Mahaputra Prof. Mr. H. Muhammad Yamin Pahlawan Nasional RI (2003).

Rumusan itu kini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda, yang berbunyi:

Pertama: Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua: Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

Ketiga: Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Sumpah Pemuda dimaknai sebagai momentum bersatunya para pemuda, yang kemudian bergerak bersama dan berjuang menuju Indonesia merdeka.

Setelah Kongres Pemuda II, sikap Yamin terhadap gagasan fusi organisasi kepemudaan mulai melunak.

Akhirnya, pada 1930 semua organisasi pemuda bisa bersatu dalam satu wadah, yaitu Indonesia Muda.

Tujuan Indonesia Muda adalah membangun dan mempertahankan keinsyafan anak bangsa yang bertanah air satu agar tercapai Indonesia Raya.

Untuk itu, Indonesia Muda berusaha memajukan rasa saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak bangsa.

Presiden Soekarno menetapkan 28 Oktober sebagai Hari Sumpah Pemuda, melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

(Penulis : Aswab Nanda Pratama | Editor : Bayu Galih)

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/28/06000071/mohammad-yamin-perumus-sumpah-pemuda-yang-sempat-alergi-ide-fusi-organisasi

Terkini Lainnya

4 Wilayah di Bali Jadi Kabupaten Lengkap, Menteri ATR/BPN AHY: Semoga dapat Perkuat Semangat Investasi

4 Wilayah di Bali Jadi Kabupaten Lengkap, Menteri ATR/BPN AHY: Semoga dapat Perkuat Semangat Investasi

Nasional
Kemenkes Ungkap Belum Semua Rumah Sakit Siap Terapkan KRIS

Kemenkes Ungkap Belum Semua Rumah Sakit Siap Terapkan KRIS

Nasional
Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Ahli Sebut Tol MBZ Masih Sesuai Standar, tapi Bikin Pengendara Tak Nyaman

Nasional
Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Ahli Yakin Tol MBZ Tak Akan Roboh Meski Kualitas Materialnya Dikurangi

Nasional
Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Tol MBZ Diyakini Aman Dilintasi Meski Spek Material Dipangkas

Nasional
Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Jet Tempur F-16 Kedelepan TNI AU Selesai Dimodernisasi, Langsung Perkuat Lanud Iswahjudi

Nasional
Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Kemensos Siapkan Bansos Adaptif untuk Korban Bencana Banjir di Sumbar

Nasional
Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Ahli Sebut Proyek Tol MBZ Janggal, Beton Diganti Baja Tanpa Pertimbangan

Nasional
Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Jokowi Kembali ke Jakarta Usai Kunjungi Korban Banjir di Sumbar

Nasional
26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

26 Tahun Reformasi, Aktivis 98: Kami Masih Ada dan Akan Terus Melawan

Nasional
Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Dewas KPK Sudah Cetak Putusan Etik Ghufron, tapi Tunda Pembacaannya

Nasional
Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Anggota Komisi VIII Kritik Kemensos karena Tak Hadir Rapat Penanganan Bencana di Sumbar

Nasional
PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

PAN Tak Mau Ada Partai Baru Dukung Prabowo Langsung Dapat 3 Menteri

Nasional
Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Ahli Sebut Keawetan dan Usia Tol MBZ Berkurang karena Spesifikasi Material Diubah

Nasional
PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

PKB Siapkan Ida Fauziyah Jadi Kandidat Cagub Jakarta, Bukan Anies

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke