Wiku mengatakan, prediksi itu sudah dijelaskan oleh beberapa ahli kesehatan di Amerika Serikat dan Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Berbagai ahli di Amerika Serikat maupun WHO menyebutkan bahwa subvarian XBB bisa memicu lonjakan kasus di akhir tahun dan puncaknya di bulan Januari," ujar Wiku dalam konferensi pers virtual, Kamis (27/10/2022).
Wiku mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di berbagai negara pun sudah mulai terasa secara signifikan.
Di Jerman misalnya, Wiku mengatakan, ada 563.857 kasus Covid-19 dalam seminggu. Begitu juga di Perancis. Sebanyak 363.365 kasus Covid-19 dilaporkan dalam sepekan terakhir di Perancis.
Sementara itu, negara di Asia seperti Jepang mencatat kasus mingguan sebesar 233.970, Korea Selatan 180.131 kasus, dan Singapura sebanyak 52.098 kasus.
"Di Asia, Indonesia masih menjadi negara dengan penambahan kasus mingguan yang lebih rendah yaitu 14.000 kaus dalam satu minggu, angka ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan Jepang," ucap Wiku.
Selain itu, ia menyampaikan, subvarian Omicron XBB belum terbukti lebih berbahaya secara klinis dibandingkan dengan varian sebelumnya.
"Pada beberapa negara juga kasus subvarian XBB bergejala ringan dan lebih cepat untuk pulih," kata dia.
Indonesia telah mencatat kasus Covid-19 yang disebabkan oleh subvarian Omicron XBB.
Wiku mengatakan, ada empat kasus yang terdeteksi subvarian XBB, tetapi belum terlihat lonjakan kasus akibat temuan kasus tersebut.
Adapun kasus Covid-19 di Indonesia kini berada di angka 6.481.749 per 27 Oktober 2022, atau bertambah 3.029 dibandingkan hari sebelumnya.
Dari jumlah kasus tersebut, 6.301.694 dinyatakan sembuh, 158.522 dinyatakan meninggal, dan 21.533 kasus aktif.
https://nasional.kompas.com/read/2022/10/27/19523511/puncak-kasus-covid-19-subvarian-omicron-xbb-diprediksi-pada-januari-2023