Salin Artikel

Meski Elektabilitas Melejit, RK Dinilai Belum Punya Cukup Peluang Diusung sebagai Capres-Cawapres

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menilai, elektabilitas Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) yang melejit pada hasil survei Litbang Kompas terkini, belum cukup untuk dapat diusung sebagai calon presiden oleh partai politik.

Hal ini tidak terlepas dari sebagian besar parpol yang sudah memiliki figur potensial untuk diusung pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

"Saya kira elite-elite parpol (tokoh capres dari parpol) tidak akan khawatir dengan Ridwan Kamil karena itu tadi bahwa peluang Ridwan Kamil terusung itu cukup jauh sekali," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Kamis (27/10/2022).

Menurut dia, kalau pun Emil, sapaan karib Ridwan Kamil, memiliki peluang besar sekalipun, kemungkinan partai kelas bawah atau yang memiliki elektabilitas minim, yang diperkirakan bakal mengusungnya.

Dedi menyoroti peta politik koalisi yang mulai terlihat. Misalnya yaitu Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digadang mencalonkan Ketum Golkar Airlangga Hartarto.

Kemudian, koalisi Gerindra-PKB, diperkirakan mencalonkan Ketum Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden.

"PDI Perjuangan ada Puan Maharani dan Ganjar Pranowo, lalu Nasdem sudah ada Anies Baswedan," ungkapnya.

"Sehingga peluang capres bagi Ridwan Kamil meskipun elektabilitasnya menurut survei Kompas tinggi, tetapi belum tentu menjamin RK akan terusung karena faktor modal keterusungannya yang memang cukup minim," tambah Dedi.

Sementara itu, peluang RK sebagai calon wakil presiden (cawapres) dinilai lebih tinggi dibandingkan capres.

Adapun dalam survei Litbang Kompas terkini menunjukan Ridwan Kamil menduduki posisi teratas dibandingkan bakal cawapres lainnya.

"Meskipun sekali lagi, pertarungan RK di bursa cawapres pun juga cukup berat," kata Dedi.

Dedi menjelaskan bahwa pertarungan memperebutkan cawapres ada dua hal.

Pertama, punya modal elektabilitas dan popularitas. Kedua, memiliki modal ekonomi yang cukup kuat karena akan menopang biaya kontestasi.

"Nah, RK saya kira lemah di dua hal, popularitas dan elektabilitas RK meskipun tinggi, tapi itu tidak mengakar pada catatan bahwa RK berprestasi," katanya.

"Maksud saya begini, popularitas dan elektabilitas RK itu didominasi oleh aktivitas-aktivitas personalnya yang banyak di media sosial kemudian tampilan-tampilan pribadi," pungkas Dedi.

Sebelumnya diberitakan, dalam survei Litbang Kompas yang berlangsung 24 September-7 Oktober 2022, elektabilitas Ridwan Kamil sebagai cawapres menempati urutan pertama dengan raihan 11,5 persen.

Sementara itu, pada survei yang sama, Emil mendulang 10,4 persen dukungan dari gen Z, atau naik 6,3 persen dari periode sebelumnya.

Ini menempatkan mantan Wali Kota Bandung itu di urutan keempat capres pilihan gen Z.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/27/13371451/meski-elektabilitas-melejit-rk-dinilai-belum-punya-cukup-peluang-diusung

Terkini Lainnya

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Soal Kemungkinan Duduki Jabatan di DPP PDI-P, Ganjar: Itu Urusan Ketua Umum

Nasional
Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Kapolda Jateng Disebut Maju Pilkada, Jokowi: Dikit-dikit Ditanyakan ke Saya ...

Nasional
Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Jokowi dan Prabowo Rapat Bareng Bahas Operasi Khusus di Papua

Nasional
Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Kemenhan Ungkap Anggaran Tambahan Penanganan Papua Belum Turun

Nasional
PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

PAN Minta Demokrat Bangun Komunikasi jika Ingin Duetkan Lagi Khofifah dan Emil Dardak

Nasional
Tanggapi Ide 'Presidential Club' Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Tanggapi Ide "Presidential Club" Prabowo, Ganjar: Bagus-bagus Saja

Nasional
6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

6 Pengedar Narkoba Bermodus Paket Suku Cadang Dibekuk, 20.272 Ekstasi Disita

Nasional
Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Budiman Sudjatmiko: Bisa Saja Kementerian di Era Prabowo Tetap 34, tetapi Ditambah Badan

Nasional
PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

PAN Ungkap Alasan Belum Rekomendasikan Duet Khofifah dan Emil Dardak pada Pilkada Jatim

Nasional
Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Prabowo Hendak Tambah Kementerian, Ganjar: Kalau Buat Aturan Sendiri Itu Langgar UU

Nasional
Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Tingkatkan Pengamanan Objek Vital Nasional, Pertamina Sepakati Kerja Sama dengan Polri

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang 'Sapi Perah'

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Tak Jadi Ajang "Sapi Perah"

Nasional
Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Ganjar Deklarasi Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Bukan Oposisi, tapi Kritikus

Nasional
Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis 'Maksiat': Makan, Istirahat, Shalat

Telat Sidang, Hakim MK Kelakar Habis "Maksiat": Makan, Istirahat, Shalat

Nasional
Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Ditanya Kans Anies-Ahok Duet pada Pilkada DKI, Ganjar: Daftar Dulu Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke