Salin Artikel

Kemenkes: Satu dari Tiga Penderita Diabetes Berisiko Terkena Retinopathy

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut satu dari tiga penderita diabetes berisiko terkena salah satu penyakit gangguan penglihatan, yaitu retinopathy.

Adapun retinopathy diabetic adalah penyakit yang disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah pada jaringan di belakang mata (retina). Gula darah yang kurang terkontrol, yang biasanya diderita oleh orang dengan diabetes menjadi faktor risiko mengidap penyakit ini.

Gejala retinopathy adalah pandangan kabur, gelap, kesulitan memahami warna, hingga menyebabkan kebutaan.

"Retinopathy meningkat seiring dengan meningkatnya kasus diabetes. Diperkirakan satu dari 3 penderita diabetes berisiko terkena retinopathy," kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu dalam seminar mata sehat secara daring, Kamis (6/10/2022).

Maxi menuturkan, retinopathy adalah salah satu penyebab kebutaan di Indonesia. Penyebab lainnya yang menjadi paling dominan adalah katarak, diikuti oleh kelainan refraksi, dan glaukoma.

Sementara itu berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi diabetes meningkat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari sebesar 1,5 permil pada 2018 menjadi 2 permil pada 2018.

Maxi bilang, penderita diabetes yang menjadi salah satu penyakit tidak menular (PTM), tak lepas dari pengaruh modernisasi.

Saat ini, banyak kelompok masyarakat yang mengonsumsi makanan cepat saji (fastfood) hingga merokok sehingga mengakibatkan obesitas, darah tinggi, hingga diabetes.

"Akhirnya juga ikut berdampak pada kesehatan mata. Berdasarkan hal tersebut, penduduk berusia di atas 18 tahun yang mengalami diabetes meningkat. Data 2018 juga menunjukkan bahwa memang kasus diabetes itu meningkat," tutur Maxi.

Oleh karena itu, kata Maxi, peningkatan penderita diabetes mampu meningkatkan penderita gangguan penglihatan.

Berdasarkan Hasil survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB) oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) dan Balitbangkes di 15 provinsi pada tahun 2014 dan 2016, angka kebutaan di Indonesia mencapai 3 persen.

Dari angka tersebut, katarak merupakan penyebab tertingginya, yakni sekitar 81 persen. Hal ini membuat Indonesia menjadi negara dengan tingkat kebutaan tertinggi di ASEAN.

Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 1,6 juta orang yang mengalami kebutaan, dari total penduduk sekitar 262 juta jiwa, dan 6,4 juta masyarakat lainnya menderita gangguan penglihatan.

Jika ditotal, Indonesia masih memiliki 8 juta orang dengan gangguan penglihatan termasuk kebutaan.

"Anak-anak kita yang masih muda sudah ada gangguan refraksi, mungkin pengaruh juga karena di era teknologi pakai gadget yang susah dikendalikan," jelas Maxi.

Lebih lanjut Maxi menjabarkan, pencegahan dan penyembuhan gangguan penglihatan menjadi salah satu prioritas di berbagai negara di dunia. Sebab secara global, ada sekitar 2,2 miliar orang yang menderita penyakit ini.

Dari angka 2,2 miliar, sebanyak 1 miliar penderita gangguan penglihatan seharusnya dapat dicegah dan dikendalikan.

Tak heran, dunia termasuk Indonesia memiliki target untuk meningkatkan pencegahan dan pengobatan secara optimal sebesar 30 persen untuk kelainan refraksi, dan 40 persen untuk katarak pada 2030.

"Kita tahu bersama bahwa mata sehat adalah target bersama. Setiap mata adalah jendela bagi setiap insan untuk melihat dunia, menghindar dari bahaya, dan berkarya dengan sebaik-baiknya, modalnya mata sehat. Oleh karena itu gangguan penglihatan harus kita cegah dan hindari," sebut Maxi.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/06/12292731/kemenkes-satu-dari-tiga-penderita-diabetes-berisiko-terkena-retinopathy

Terkini Lainnya

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka di Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke