Salin Artikel

Mengenang 96 Tahun Frans Seda, Jembatan Indonesia dari Timur Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Tepat 96 tahun lalu, Indonesia dianugerahi seorang bayi yang kelak menjadi tokoh 3 zaman.

Dia lah Franciscus Xaverius Seda, yang lahir di Lekebai, Sikka, Flores, NTT pada 4 Oktober 1926.

Pria yang menandai kiprahnya di bidang pendidikan dan pers ini berulang kali duduk di kursi menteri rezim Orde Lama dan Orde Baru, bahkan menjadi penasihat ekonomi untuk BJ Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Soekarnoputri di era Reformasi.

Itu artinya, ia sudah membantu 5 presiden negara ini.

Namun demikian, Frans Seda, demikian ia akrab disapa, tetap menjalani segalanya dengan prinsip cinta atas Tanah Air dan kesahajaan. Prinsip ini yang juga melekat dalam caranya membangun keluarga, termasuk membesarkan dua putrinya, Francisca Xaveria Sika Seda serta Yoanessa Maria Yosea Sipi Seda.

"Keduanya tidak dibesarkan dengan kemewahan, padahal Bapaknya luar biasa. Kedua anak ini dibesarkan sebagai ordinary people, ordinary kids," ungkap jurnalis senior Tempo, Hermien Y. Kleden, dalam diskusi buku Putra Nusa Bunga & Wastra NTT, Mengenang Frans Seda, yang digelar di Universitas Atma Jaya, Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Ayah Frans Seda, Paulus Setu Seda, adalah guru di sekolah rakyat. Sementara, ibunya, Maria Sipi Soa Seda, seorang ibu rumah tangga yang rajin bertani.

Dalam pertumbuhannya, Frans hidup berpindah-pindah. Berawal dari Flores, Nusa Bunga kelahirannya, Frans kemudian pergi ke pulau-pulau lain demi melanjutkan pendidikan.

Pendidikan menjelma menjadi ruh bagi kehidupan anak yang haus akan buku dan pengetahuan. Dia pun kelak yang mendirikan Universitas Atma Jaya itu sendiri.

Perpindahan-perpindahan ini pula yang membawa Frans Seda kepada salah satu momen monumental dalam hidupnya, yaitu berjumpa Ir Soekarno pada usia 10 tahun.

Kala itu, pada 1936, Soekarno tengah menjalani masa pembuangan di Ende oleh pemerintah Hindia-Belanda, sedangkan Frans sedang studi di Ndao, Ende.

Di depan Soekarno, Frans Seda bertutur--entah berpidato atau membaca sajak, masih memerlukan verifikasi lebih lanjut--dalam bahasa Belanda yang fasih. Itu yang membuat Soekarno kagum dan mengingat dirinya ketika kembali bersua di Jogjakarta pada 1946, tatkala Frans bergabung sebagai tentara pelajar.

Jembatan negeri

Penulis buku Frans Seda lainnya, Diana Damayanti, mengisahkan bahwa Soekarno memang salah satu tokoh yang dikagumi oleh Frans Seda.

Selain Soekarno, para pastur juga menjadi idola Frans. Sebab, sejak anak-anak dia banyak bersentuhan dengan kehidupan biara dan gereja.

Perkenalannya dengan Soekarno terus berkelanjutan dan merajut sebuah hubungan erat sampai Era Kemerdekaan, ketika Soekarno duduk di tampuk kekuasaan republik. Belakangan, Frans didapuk sang proklamator sebagai Menteri Perkebunan pada 1964-1966 dan Menteri Pertanian pada 1966.

Kualitas dan integritasnya, membuat dia tetap dipercaya duduk di beberapa kursi menteri setelahnya, termasuk di masa kepemimpinan Soeharto untuk 32 tahun berikutnya.

Menjadi menteri Soeharto tak membuat hubungan Frans dengan Soekarno merenggang. Bahkan, kedekatan Frans juga mencakup anak-anak Soekarno, termasuk Megawati Soekarnoputri.

"(Soekarno adalah) tokoh idola (Frans Seda) sejak kecil. Bung Karno dan para pastur," kata Diamanty dalam kesempatan yang sama.

Dua ketokohan ini lah yang belakangan membentuk karakter dan prinsip hidup Frans Seda yang tak bisa ditawar-tawar, yaitu mencintai Tuhan dan gereja sekaligus Tanah Air.

Frans Seda pula yang mengusulkan kepada Soekarno agar Indonesia memiliki koran berskala nasional, yang belakangan menjelma dalam kelahiran KOMPAS.

Berkoordinasi dengan Jenderal Ahmad Yani, ia ditugasi menghimpun 5.000 tanda tangan untuk terbitnya koran ini. Bagi Frans Seda, hal itu bukan masalah besar.

KOMPAS lahir--mulanya hendak dinamai Bentara Rakyat--tak bisa dilepas atas peran Frans.

Hingga ajal menjemputnya pada 31 Desember 2009, Frans Seda kerap digambarkan sebagai sosok pembangun jembatan, baik dalam konteks harafiah sebagai Menteri Perhubungan era Soeharto, maupun secara simbolik dalam konteks kebangsaan.

"Beliau bahkan datang ke Ngruki, (tempat kediaman) Syekh (Abu Bakar) Ba'asyir," kata pakar kebijakan publik selaku pembedah buku, Totok Soefijanto, dalam forum tersebut.

"Kalau bukan Frans Seda, tidak mungkin, karena orang melihat dia sebagai orang yang tulus. Pegang agamamu tapi jadilah seorang Indonesia. Itu yang selalu dia tekankan. Itu yang membuat dia menjadi jembatan," tuturnya.

https://nasional.kompas.com/read/2022/10/05/05490701/mengenang-96-tahun-frans-seda-jembatan-indonesia-dari-timur-indonesia

Terkini Lainnya

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke