Salin Artikel

Saatnya Pekerja Migran Indonesia Berdaya Saing Global

Sempat terpuruk akibat pandemi Covid-19, tahun 2022 dipandang sebagai tahun ideal untuk membuka kembali kesempatan bekerja di luar negeri bagi anak-anak bangsa.

Berdasarkan data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), PMI yang bekerja di luar negeri pada 2019 mencapai 277.489.

Kemudian turun pada tahun 2020 menjadi 113.419 saat pandemi Covid-19 melanda. Jumlah penempatan PMI semakin menurun pada 2021 dengan hanya 59.050 PMI.

Kebangkitan penempatan PMI pada tahun 2022 sudah terlihat. Data semester I penempatan PMI tahun 2022 sudah melampaui jumlah penempatan PMI pada tahun 2021. BP2MI melansir ada 62.187 PMI yang sudah ditempatkan sepanjang semester I 2022.

Jika dibandingkan dengan penempatan PMI semester I pada dua tahun sebelumnya, penempatan PMI pada semester I 2022 memang belum bisa lebih tinggi dibandingkan semester I pada 2020.

Saat itu penempatan PMI semester I 2020 mencapai 69.071. Masih ada peluang besar bagi bertumbuhnya penempatan PMI pada 2022.

Kebangkitan sektor ekonomi dari beberapa negara penempatan jelas membutuhkan dukungan penempatan PMI.

Jepang, misalnya, dari 2019 hingga 2024 membutuhkan dukungan 70.000 PMI. Sementara PMI yang sudah dikirim baru sekitar 4.000.

Kebutuhan tenaga kesehatan global juga masih sangat tinggi. Kebutuhan perawat untuk pasar global saja diperkirakan 18 juta. Sementara PMI tenaga kesehatan yang ditempatkan sebelum pandemi pada 2019 baru 56.684.

Masih luasnya peluang kerja bagi PMI adalah kesempatan bagi pulihnya sektor penempatan PMI usai dihantam pandemi.

Meningkatnya angka penempatan PMI tentu berpengaruh pada remitansi PMI terhadap devisa negara. Menurut data Bank Indonesia, remitansi atau kiriman uang PMI pada 2021 mencapai 9,16 miliar dollar AS atau setara Rp 133 triliun.

Sementara, pada kuartal I 2022 nilai remitansi sudah mencapai 2,35 miliar dollar AS atau sekitar Rp 34 triliun. Jumlahnya meningkat 3,7 persen dibanding kuartal I tahun lalu.

Meningkatnya remitansi tentu akan berdampak pada perekonomian nasional. Peningkatan remitansi bisa meningkatkan taraf hidup keluarga PMI di daerah. Kiriman remitansi bisa untuk modal usaha.

Pada penelitian World Bank 2017 disebutkan bahwa remitansi bisa mengurangi keluarga jatuh miskin hingga 28 persen.

Sebanyak 40 persen rumah tangga PMI juga memanfaatkan dana remitansi untuk pendidikan, 15 persen untuk modal usaha dan 20 persen untuk menabung.

Peningkatan penempatan PMI pasti akan langsung berdampak pada peningkatan remitansi yang sudah memiliki dampak positif terhadap perekonomian riil dan perekonomian nasional.

Dorong PMI sektor formal

Guna meningkatkan daya saing PMI di dunia global, Indonesia perlu lebih banyak mendorong penempatan PMI di sektor formal.

Saat ini PMI di sektor informal masih mendominasi. Pada 2020, pengiriman PMI sektor informal mencapai 76.389, sementara sektor formal hanya kurang lebih separuhnya 36.784.

Pekerja sektor formal memiliki rata-rata gaji lebih besar dibandingkan dengan pekerja sektor informal. Keterampilan yang dimiliki oleh pekerja formal juga lebih tinggi sehingga mendapatkan rasio pendapatan lebih tinggi.

Masih banyaknya pekerja informal yang dikirim juga tercermin dari tingkat pendidikan PMI. PMI lulusan SMP mendominasi profil PMI yang dikirim sebanyak 44.336 disusul lulusan SMA 39.450 dan lulusan SD 27.907.

Jumlahnya cukup timpang jika dibandingkan dengan lulusan pendidikan tinggi dengan komposisi lulusan sarjana 545, lulusan diploma 929 dan lulusan pascasarjana hanya 6 orang.

Ada beberapa faktor persoalan yang harus segera dicarikan jalan keluar agar semakin lebih banyak PMI yang berpendidikan tinggi dan bekerja di sektor formal untuk bisa meningkatkan angka remitansi.

Tidak macth-nya antara keahlian yang dibutuhkan dengan standar keterampilan para PMI juga menjadi catatan tersendiri.

Lemahnya kemampuan bahasa asing juga menjadi persoalan. Masih minimnya PMI dengan sertifikasi yang diakui di dunia global juga masih harus diselesaikan.

Pemerintah harus menggandeng universitas dan lembaga pendidikan tinggi. Perbanyak kesempatan agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia bisa berkarier di luar negeri.

Tentu harus memulai tentang penyesuaian kurikulum perguruan tinggi dengan kebutuhan tenaga kerja di pasar global.

Sulitnya para sarjana mencari pekerjaan di dalam negeri bisa menjadi pendorong kesempatan berkarier di luar negeri sebagai alternatif.

Lemahnya komitmen untuk meningkatkan kapasitas keterampilan PMI di daerah juga cukup disesalkan. Data BP2MI menunjukkan hanya 5 dari pemerintah provinsi yang telah menganggarkan pelatihan bagi calon PMI daerahnya melalui pelatihan vokasi.

Pelatihan vokasional ini penting sebab aplikatif. Calon PMI perlu mendapat upskilling maupun reskilling untuk beberapa pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus di luar negeri.

Kita yakin SDM Indonesia mampu bersaing dengan SDM dari luar negeri. Kuatkan pendidikan vokasional calon PMI lalu buka kesempatan seluasnya untuk bisa bekerja di luar negeri.

Jika tidak ada spirit perbaikan keterampilan PMI kita sejak dari hulu, maka proporsi PMI yang didominasi pekerja informal akan sulit tergeser.

Padahal, selain memaksimalkan pekerja informal dengan perlindungan yang maksimal, potensi pekerja formal di dunia global juga masih terbuka lebar.

Kesempatan besar ini harus dijadikan peluang bagi Indonesia yang bisa mengubah image sebagai negara pengirim tenaga kerja domestik menjadi negara pengirim tenaga kerja terampil yang diakui dunia.

https://nasional.kompas.com/read/2022/08/30/08300001/saatnya-pekerja-migran-indonesia-berdaya-saing-global

Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke