Salin Artikel

Profil Mohammad Hatta, Sang Proklamator yang Jadi Wakil Presiden Pertama Indonesia

JAKARTA, KOMPAS.com - Mohammad Hatta, namanya dikenang dalam sejarah kemerdekaan dan pemerintahan Indonesia.

Bersama Soekarno, Hatta memproklamirkan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945, atas nama bangsa Indonesia.

Dia juga menjadi sosok wakil presiden pertama Indonesia yang menjabat selama 1945-1956.

Pendidikan

Hatta lahir di Bukittinggi, 12 Agustus 1902. Ia berasal dari keluarga ulama Minangkabau, Sumatera Barat.

Dikutip dari laman resmi perpustakaan nasional, Hatta menempuh pendidikan dasar di Sekolah Melayu, Bukittinggi. Kemudian, selama 1913-1916, melanjutkan studi ke Europeesche Lagere School (ELS) di Padang.

Saat berusia 13 tahun, Hatta sebenarnya sudah lulus ujian masuk HBS atau Sekolah Menengah Dagang setingkat SMA di Jakarta. Namun, ibunya menginginkan Hatta tetap di Padang mengingat usianya yang masih muda.

Akhirnya, Hatta melanjutkan studi ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) atau sekolah menengah pertama di Padang dan lulus tahun 1919.

Ia lantas pergi ke Jakarta untuk menempuh pendidikan di HBS. Tahun 1921, Hatta menuntaskan studinya di HBS dengan hasil sangat baik.

Dia lalu pergi ke Rotterdam, Belanda, untuk belajar ilmu perdagangan atau bisnis di Nederland Handelshogeschool yang kini menjadi Erasmus Universiteit. Hatta tinggal di Belanda selama 11 tahun, terhitung sejak September 1921.

Aktif organisasi

Sejak menempuh sekolah menengah di Padang, Hatta telah aktif di organisasi. Dia menjabat sebagai bendahara pada organisasi Jong Sumatranen Bond cabang Padang.

Ketika berpindah ke Jakarta, ia juga aktif di Jong Sumatranen Bond Pusat, juga menjabat sebagai bendahara.

Di Belanda, Hatta bergabung dalam Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging) pada 1922. Dia lagi-lagi dipercaya menjadi bendahara.

Indische Vereeniging yang berdiri sejak 1908 sebelumnya merupakan ajang pertemuan pelajar asal tanah air di Belanda.

Namun, perhimpunan itu perlahan mulai jadi organisasi pergerakan sejak tibanya tiga tokoh Indische Partij yakni Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumo pada 1913.

Minat politik Hatta pun makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idolanya ketika itu ialah Abdul Moeis.

Tahun 1927, Hatta bergabung dengan Liga Menentang Imperialisme dan Kolonialisme di Belanda. Melalui organisasi ini, ia bertemu hingga akhirnya bersahabat dengan nasionalis India, Jawaharlal Nehru.

Aktivitasnya dalam organisasi tersebut menyebabkan Hatta ditangkap pemerintah Belanda. Ia bahkan sempat dipenjara di Den Haag, Belanda, pada 23 September 1927 sampai 22 Maret 1928.

Kendati demikian, Hatta akhirnya dibebaskan setelah menyampaikan pidato pembelaannya yang terkenal berjudul Indonesia Free.

Kembali ke Indonesia

Hatta kembali ke Indonesia pada 1932. Setibanya di tanah air, ia bergabung dengan organisasi Club Pendidikan Nasional Indonesia.

Organisasi ini bertujuan meningkatkan kesadaran politik rakyat Indonesia melalui proses pelatihan-pelatihan.

Namun, akibat aktivitasnya di organisasi itu, Hatta kembali ditangkap pemerintahan kolonial. Ia ditangkap pada Februari 1934 bersama Sutan Sjahrir, ketua Club Pendidikan Nasional Indonesia.

Hatta lantas diasingkan ke Boven Digul, Irian Barat (sekarang Papua), lantas dipindahkan ke Banda Naira di Maluku selama 6 tahun.

Tercatat, Hatta juga pernah dipenjara di Sukabumi tahun 1942 dan bebas pada 9 Maret 1942.

Pada masa penjajahan Jepang, Hatta bersama Soekarno, Ki Hajar Dewantara, KH Moh Mansyur memimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera).

Jelang kemerdekaan tepatnya 7 Agustus 1945, dia dipilih menjadi Wakil Ketua Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Pemikiran dan gagasan Hatta dicurahkan untuk mengupayakan kemerdekaan Indonesia. Hingga akhirnya, 17 Agustus 1945, bersama Soekarno, ia memproklamasikan kemerdekaan tanah air.

Jadi wakil presiden

Pasca-kemerdekaan, Hatta terpilih sebagai wakil presiden pertama di Indonesia. Ia mendampingi Soekarno yang kala itu menjadi presiden.

Keduanya terpilih dalam sidang PPKI yang digelar di Jakarta, 18 Agustus 1945. Soekarno-Hatta terpilih secara aklamasi, keputusan bulat tanpa perhitungan suara karena tidak ada calon lain yang diajukan.

Saat menjadi wapres, Hatta sempat merangkap jabatan sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan dari Januari 1948 sampai Desember 1949.

Ia juga pernah merangkap sebagai Menteri Luar Negeri dalam Kabinet Republik Indonesia Serikat (RIS) Desember 1949-Agustus 1950.

Hatta mundur dari kursi wakil presiden setelah 11 tahun menjabat, tepatnya 1 Desember 1956.

Akhir hayat

Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Dia kemudian dimakamkan di TPU Tanah Kusir.

Pada 23 Oktober 1986, Hatta diberi gelar Pahlawan Proklamator bersama-sama dengan pemberian gelar untuk Soekarno. Gelar itu diberikan melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 81/TK/1986.

Selanjutnya, 7 November 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menetapkan gelar Pahlawan Nasional untuk Hatta.

https://nasional.kompas.com/read/2022/05/23/19203531/profil-mohammad-hatta-sang-proklamator-yang-jadi-wakil-presiden-pertama

Terkini Lainnya

Prabowo Mau Bentuk 'Presidential Club', Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Prabowo Mau Bentuk "Presidential Club", Pengamat: Kalau Diformalkan, Berapa Lagi Uang Negara Dipakai?

Nasional
Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Hadiri MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10 di Meksiko, Puan: Kepemimpinan Perempuan adalah Kunci Kemajuan Negara

Nasional
Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Polri Usulkan Penambahan Atase Kepolisian di Beberapa Negara

Nasional
Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Kopasgat Kerahkan 24 Sniper dan Rudal Chiron Amankan World Water Forum di Bali

Nasional
Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Sentil Prabowo yang Mau Tambah Kementerian, JK: Itu Kabinet Politis, Bukan Kabinet Kerja

Nasional
Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

Jelang Hari Jadi Ke-731, Pemkot Surabaya Gelar Berbagai Atraksi Spektakuler

BrandzView
Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Resmi Ditahan, Gus Muhdlor Punya Harta Rp 4,7 Miliar

Nasional
KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke