Salin Artikel

Indonesia, Rusia, dan G20

Tugas utama kepresidenan adalah menyelenggarakan acara puncak, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali Oktober-November 2022.

Artinya, Indonesia akan memainkan peranan penting dalam merancang agenda pertemuan dalam berbagai pertemuan sebelum dilakukannya KTT G20.

Ada berbagai rangkaian pertemuan G20 mulai dari program side events, pertemuan tingkat engagement groups, pertemuan tingkat kelompok kerja (working groups), pertemuan tingkat deputi, pertemuan tingkat sherpa, pertemuan tingkat menteri dan gubernur bank sentral, serta ditutup dengan konferensi tingkat tinggi (summit).

Yang menarik dari perhelatan rangkaian kegiatan G20 tahun ini adalah desakan dari Amerika Serikat untuk tidak mengundang Rusia dalam KTT G20 di Bali nanti.

Amerika Serikat bahkan meminta Rusia untuk dikeluarkan dari keanggotaan G20 sebagai konsekuensi invasi militer Rusia ke Ukraina yang belum selesai sampai hari ini.

Pertanyaannya, apakah Indonesia sebagai presidensi G20 dapat melakukan hal yang diminta oleh Amerika Serikat?

G20

G20 merupakan sebuah forum kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa.

Merujuk pada laman G20, ke-19 negara tersebut adalah: Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Tiongkok, Perancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat.

Spanyol juga turut diundang sebagai tamu/undangan permanen.

G20 dianggap strategis dan penting karena merepresentasikan 60 persen populasi dunia, 75 persen perdagangan global, dan 80 persen pendapatan domestik bruto (PDB) dunia.

Kepresidenan G20 dilakukan secara bergilir setiap tahun di antara para anggotanya, dengan negara yang memegang kepresidenan bekerja sama dengan kepresidenan pendahulu dan penerusnya, yang dikenal sebagai Troika, untuk memastikan kesinambungan agenda.

Saat ini Italia, Indonesia, dan India adalah negara Troika sehingga agenda dan isu yang akan diangkat pada pertemuan-pertemuan G20 tahun 2022 harus didiskusikan oleh tiga negara tersebut.

Agenda dan koordinasi kerja diselesaikan oleh perwakilan para pemimpin G20 yang dikenal dengan sherpa bersama para menteri keuangan dan gubernur bank sentral.

Puncak acara G20 di setiap pertemuan adalah komunike bersama yang menegaskan komitmen dan visi anggota untuk masa depan, yang disusun dari rekomendasi yang dipilih dan hasil dari pertemuan tingkat menteri dan alur kerja lainnya.

Perlukah Rusia diundang?

Isu menarik yang berkembang akhir-akhir ini adalah desakan Amerika Serikat kepada Pemerintah Indonesia untuk tidak mengundang Rusia pada KTT G20 di Bali nanti.

Sementara di sisi lain, Rusia bersikeras untuk hadir pada KTT tersebut walau masih berkonflik dengan Ukraina.

Situasi ini tentu memberikan posisi dilematis kepada Indonesia yang sebelumnya ikut menyetujui draft resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta Rusia menghentikan serangannya ke Ukraina.

Pada awal Maret 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengadakan Sesi Khusus Darurat (Emergency Special Session) untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan Indonesia ikut menyetujui draft resolusi tersebut.

Hal ini yang kemudian dianggap Amerika Serikat bahwa Indonesia sepatutnya tidak mengundang Rusia pada perhelatan KTT G20 nanti.

Ada tiga penjelasan mengapa Indonesia harus tetap mengundang Rusia pada KTT G20 di Bali nanti.

Pertama, pertemuan G20 adalah forum internasional yang membicarakan kerja sama internasional terkait isu-isu ekonomi global.

Tema besar pertemuan G20 tahun ini adalah Recover Together, Recover Stronger dengan mengusung tiga isu prioritas, yaitu mengenai arsitektur kesehatan global, transisi energi berkelanjutan, serta transformasi digital dan ekonomi.

Isu ini diangkat karena cerminan ketidakmerataan pemulihan ekonomi negara-negara akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

Merujuk pada isu-isu yang dibahas dalam rangkaian pertemuan G20, memang tidak dibahas isu terkait konflik Rusia dan Ukraina.

Sehingga, tidaklah tepat jika forum kerja sama ekonomi internasional kemudian dicampuri dengan agenda di luar tema besar yang telah disepakati bersama.

Seharusnya Indonesia fokus pada tujuan pembetukan forum G20 untuk meningkatkan partisipasi dan kerja sama internasional dalam pengangan masalah-masalah ekonomi global.

Kedua, tidak ada mekanisme dalam forum G20 untuk menghukum suatu negara terkait tindakan yang dilakukan dalam konteks non-ekonomi.

Setidaknya, sampai saat ini belum pernah terjadi presenden tidak diundangnya suatu negara oleh negara tuan rumah kepresidenan G20.

Sekiranya ada keputusan kolektif yang dibuat, bisa jadi keputusan tadi diserahkan kepada tiga negara Troika (Italia, Indonesia, dan India) yang rasanya makin menyulitkan posisi Indonesia sebagai tuan rumah.

Baik Italia maupun India tidak pernah mengeluarkan pernyataan apapun terkait perlu atau tidaknya Rusia diundang pada KTT G20 nanti.

Sebagai tuan rumah yang baik dan mengikuti mekanisme G20, tentu tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak mengundang Rusia.

Jika dikaitkan dengan politik bebas-aktif, Indonesia ada pada posisi yang netral. Plus, Rusia masih dianggap sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia sehingga perlu keterlibatan Rusia dalam menyepakati usulan komunike bersama sebagai bagian dari pemulihan perekonomian global.

Ketiga, posisi Indonesia sebagai presidensi G20 sangatlah strategis untuk mengusung hubungan yang lebih baik antara Utara-Selatan dan Selatan-Selatan terutama dalam pemulihan perekonomian global di tengah situasi pandemi ini.

Kepemimpian Indonesia akan diuji dalam kepresidenan G20 ini. Pada isu prioritas pertama, Indonesia harus mampu mendorong kesepakatan untuk mewujudkan akses vaksin yang berkeadilan untuk seluruh warga dunia karena kunci untuk keluar dari pandemi dan pemulihan ekonomi global adalah distribusi vaksin global secara adil dan merata.

Pada isu prioritas kedua, Indonesia perlu mendorong tindak lanjut dari kesepakatan COP26 Glasgow 2021 untuk menyelamatkan dunia dari ancaman perubahan iklim.

Pada isu ketiga, Indonesia diharapkan mampu mempromosikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif melalui partisipasi UMKM dalam transisi ekonomi digital saat ini.

Tiga penjelasan di atas dapat dijadikan argumentasi bahwa Indonesia harus mampu menempatkan diri sebagai tuan rumah yang baik yang mengikuti kesepakatan G20 tanpa perlu ikut terlalu jauh pada urusan-urusan di luar tema besar G20.

Jawaban sederhana pada pertanyaan di awal, Rusia berhak dan harus diundang hadir pada KTT G20 di Bali nanti.

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/27/12060261/indonesia-rusia-dan-g20

Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke