JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menilai, dokter keluarga memiliki peran sangat penting dalam upaya menurunkan stunting.
Hal itu, disampaikan Muhadjir dalam Webinar Ikatan Dokter Indonesia bertajuk "Dokter Keluarga Indonesia dalam Konvergensi PASTI (Penurunan Angka Stunting di Indonesia)", Sabtu (5/3/2022).
Menurut dia, di samping memastikan kesehatan, dokter keluarga juga dapat ikut memberikan penyuluhan dan sosialisasi stunting bagi para calon pengantin.
“Persoalan stunting ini kompleks dan memerlukan banyak perhatian. Peranan dokter keluarga diharapkan tidak hanya fokus pada penanganan stunting, tapi kalau bisa juga sampai persiapan perkawinan itu,” ujar Muhadjir, dikutip dari siaran pers, Minggu (6/3/2022).
Menurut Muhadjir, upaya menurunkan stunting menjadi salah satu program pembangunan manusia di sektor yang paling hulu.
Seluruh pemangku kepentingan, ujarnya, harus semaksimal mungkin menjalankan peran demi mempercepat penurunan stunting hingga mencapai target 14 persen di tahun 2024.
Menko PMK pun menyampaikan bahwa pemerintah kini tengah merancang program sertifikasi pranikah. Seluruh pihak termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, dan masyarakat diharapkan terlibat dalam proses implementasi kebijakan program tersebut.
“Dalam hal ini, setiap daerah agar ada pendampingan oleh para dokter keluarga sehingga ini akan memperkuat upaya kita untuk memberikan intervensi dalam penurunan stunting,” ucap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Sebagaimana diketahui, presiden telah menginstruksikan penurunan stunting harus bisa mencapai 3 sampai 3,5 persen dalam kurun satu tahun. Sementara data menunjukkan, penurunan prevalensi stunting belum terlalu signifikan sejak 2013 yang berada di 37,2 persen.
Angka itu turun menjadi 30,8 persen 2018, kemudian 27,7 persen 2019, lalu 26,9 persen 2020, dan menjadi 24,4 persen 2021.
Muhadjir menekankan bahwa penurunan stunting merupakan persoalan nasional yang sangat mendesak dan penting diselesaikan untuk mempersiapkan generasi emas di 2045.
Generasi itu, ujar dia, generasi yang betul-betul bisa diandalkan, lebih berkualitas, lebih cerdas, dan lebih sehat dibandingkan generasi sebelumnya.
“Agar kita bisa mencapai target itu memang dibutuhkan effort yang jauh lebih keras. Termasuk dokter keluarga yang juga harus memiliki langkah-langkah terobosan yang inovatif," ucap Menko PMK.
"Sehingga, target 14 persen dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) serta instruksi presiden dapat terpenuhi,” tuturnya.
Manfaatkan Kearifan Lokal
Dalam rangka memberikan pendampingan di desa, menurut Muhadjir, dokter keluarga dapat melakukan pendekatan kearifan lokal.
Misalnya, dengan memberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya mengonsumsi ikan kepada masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Provinsi NTT merupakan provinsi yang memiliki prevalensi angka stunting tertinggi secara nasional yaitu 37,8 persen.
Ironis, daerah itu merupakan daerah pesisir yang dikelilingi laut dengan hasil tangkap ikan yang sangat besar yang mestinya dapat dikonsumsi sehari-hari.
Bukan hanya NTT, beberapa daerah juga diketahui masih memiliki angka stunting yang tinggi atau berada di atas angka rata-rata nasional.
Seperti Sulawesi Barat 33,8 persen; Aceh 33,2 pesen; Nusa Tenggara Barat 31,4 persen; dan Sulawesi Tenggara 30,2 persen.
“Saya kira inilah pentingnya bagi kita menyatukan dan menyinkronkan antara program-program stunting ini dengan budaya setempat," kata Muhadjir.
"Saya harap kita akan bisa menyiapkan kualitas kehidupan keluarga menjadi lebih baik dan semakin memperkuat intervensi penurunan stunting,” tandas Menko PMK.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/06/07390921/dokter-keluarga-diminta-sosialisasikan-persoalan-stunting-kepada-calon