Salin Artikel

Teori Negara Teokrasi

Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula bentuk suatu negara. Salah satunya adalah teori negara teokrasi.

Teori negara teokrasi sering disebut juga teori ketuhanan. Teori negara teokrasi muncul ketika manusia diliputi suasana anarkis dan mengalami penderitaan akibat berlakunya hukum rimba. Manusia yang kuatlah yang menjadi pemenang.

Kondisi ini membuat manusia mendekati dan meminta Tuhan untuk mengirimkan penguasa atau raja yang dapat melepaskan penderitaannya.

Jenis Teori Negara Teokrasi

Teori negara teokrasi terdiri atas dua teori, yaitu:

Teori Negara Teokrasi Klasik

Teori teokrasi klasik menyatakan bahwa otoritas kekuasaan sebuah negara berasal dari Tuhan kemudian diberikan secara langsung kepada manusia yang memerintah.

Manusia yang mendapat kekuasaan tersebut dianggap sebagai titisan Tuhan. Oleh karena itu, pelanggaran terhadap raja berarti pelanggaran terhadap Tuhan.

Contohnya adalah Iskandar Zulkarnaen yang dianggap sebagai putra Zeus. Firaun dari Mesir juga dianggap sebagai titisan dewa matahari.

Teori Negara Teokrasi Modern

Teori teokrasi modern juga menyetakan bahwa kekuasan berasal dari Tuhan, tetapi dengan perspektif yang agak berbeda. Teori teokrasi modern meyakini bahwa kekuasaan berasal dari Tuhan dan diberikan kepada manusia tertentu dalam suatu proses sejarah tertentu.

Tokoh populer dari teori negara teokrasi modern adalah Friederich Julius Stahl, yang menyatakan bahwa negara tumbuh karena adanya ketetapan historis dan negara tidak tumbuh karena ketetapan manusia, melainkan skenario dari Tuhan.

Negara menyatu dengan agama karena pemerintahan dijalankan berdasarkan firman Tuhan. Urusan kenegaraan atau politik diyakini sebagai manifestasi firman Tuhan.

Contohnya adalah kerajaan Belanda. Dalam sejarah, raja Belanda diyakini sebagai pengemban tugas suci dari Tuhan untuk memakmurkan rakyatnya. Hal ini diterapkan ketika pemerintah Belanda menjajah Indonesia. Sejarah mencatat politik Belanda ini disebut politik etis.

Pendukung dan Penentang Teori Negara Teokrasi

Pendukung teori negara teokrasi adalah Abu Al A'la Al Maududi, yang memberikan penjelasan bahwa kekuasaan tertinggi terdapat pada Allah. Manusia di dunia hanya menjalankan kekuasaan yang Allah berikan.

Oleh karena itu, manusia sering disebut sebagai pemimpin di dunia. Pernyataan ini menandakan bahwa negara merupakan ciptaan dan ketetapan dari Tuhan.

Tokoh lain yang menjadi pendukung teori negara teokrasi adalah Santo Agustinus, Ibnu Abu ar-Rabi', dan Al-Ghazali.

Sedangkan, argumen penentang terhadap teori negara teokrasi disampaikan oleh Kranenburg. Kranenburg menyampaikan bahwa teori negara teokrasi memiliki dua masalah.

Masalah pertama adalah teori negara teokrasi jauh dari logika dan sulit dipahami oleh ilmu pengetahuan karena yang menjadi dasar adalah keyakinan atau kepercayaan.

Masalah kedua adalah teori negara teokrasi akan bermasalah apabila terjadi perang atau perselisihan antara dua kekuasaan yang diyakini sebagai titisan Tuhan. Dalam kondisi seperti itu, Kranenburg mempertanyakan kekuasaan mana yang akan tetap dipercaya sebagai pemberian Tuhan.

Referensi

  • Asshiddique, Jimly. 2005. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta: Konstitusi Press
  • Muhtada, Dani dan Ayon Diniyanto. Dasar-Dasar Ilmu Negara. Semarang: BPFH Unnes
  • Johan, Teuku Saiful Bahri. 2018. Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban Globalisasi Dunia. Yogyakarta: Deepublish

https://nasional.kompas.com/read/2022/02/19/00450021/teori-negara-teokrasi

Terkini Lainnya

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke