"Gempa susulan yang terjadi dengan magnitudo terbesar 5,7 dan magitudo terkecil adalah 2,5," kata Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Sabtu, dikutip dari Antara.
Gempa awal tercatat bermagnitudo 6,7. Episentrum gempa terdeteksi di laut pada jarak 132 kilometer arah barat daya Kota Pandeglang, Banten, dengan kedalaman hiposenter 40 kilometer.
Gempa ini bersifat destruktif atau merusak.
Berdasarkan data BPBD Kabupaten Pandeglang wilayah terdampak gempa mencakup 113 Kelurahan dari 17 Kecamatan, menyebabkan lebih dari 700 rumah dan lebih dari 30 fasilitas umum rusak.
Gempa tersebut tidak berpotensi tsunami karena magnitudonya yang masih di bawah ambang batas rata-rata gempa pembangkit tsunami yaitu 7,0 ditambah dengan kedalaman hiposenternya di 40 kilometer.
Data monitoring tidak menunjukkan adanya catatan perubahan muka laut pasca gempa. Ini yang menjadi pertimbangan bahwa gempa yang terjadi tidak memicu tsunami.
Jenis gempa berupa gempa dangkal akibat adanya deformasi atau patahan batuan di dalam Lempeng Indo-Australia yang tersubduksi/menunjam ke bawah Selat Sunda-Banten.
Guncangan gempa juga terasa sangat kuat di Jakarta dan sekitarnya. Bahkan hingga ke Bandung, Jawa Barat.
Gempa Jumat sore tersebut menurut Daryono jenisnya mirip dengan gempa Selatan Jawa Timur magnitudo 6,1 pada 10 April 2021 lalu yang juga bersifat destruktif.
Keduanya merupakan gempa intraslab yaitu gempa dengan sumber di dalam Lempeng Indo-Australia.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/15/16471381/bmkg-catat-33-kali-gempa-susulan-setelah-gempa-banten