Salin Artikel

Saat M Nuh Tak Kuasa Tahan Tangis Kala Mengenang Insiden Muktamar NU 2015, Apa yang Terjadi?

JAKARTA, KOMPAS.com - Sambil menahan tangis, Ketua Steering Committee Muktamar ke-34 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Muhammad Nuh bersyukur penyelenggaraan pemilihan ketua umum PBNU periode 2021-2026 yang digelar di Lampung berjalan dengan lancar.

Sebagai steering committee, Nuh mengaku mendapat pesan yang cukup banyak dari para kiai untuk dapat menyelenggarakan muktamar kali ini dengan suasana yang sejuk.

"Muktamar 34 itu dibayangi oleh Muktamar ke-33 yang sungguh sangat menyedihkan kejadiannya," ucap Nuh dalam tayangan YouTube TVNU Televisi Nahdlatul Ulama, Juma (24/12/2021).

"Oleh karena itu, beberapa kiai pesan kepada saya tolong dijaga betul Muktamar ke-34 ini dengan sejuk, dengan teduh," tutur dia.

Dalam penyelenggaraan muktamar kali ini, Yahya Cholil Staquf berhasil terpilih sebagai Ketua Umum PBNU, setelah meraih 337 suara pada  proses pemilihan. Sementara Said Aqil Siradj yang menjadi pesaingnya hanya memperoleh 210 suara.

Dalam suasana haru tersebut, Nuh juga mengucap rasa syukur dan menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada seluruh warga nahdliyin di Indonesia dan dunia yang telah berkontribusi hingga acara tersebut berjalan dengan lancar.

"Dan alhamdulillah panjenengan semua bisa bersama-sama membawa Muktamar ke-34 ini dengan penuh kesejukan. Mudah-mudahan ini semua menjadi bukti kecintaan kita semua terhadap Nahdlatul Ulama," ucap Nuh.

Adapun kesedihan yang terbayang oleh M Nuh saat membacakan hasil pemilihan ketua umum PBNU adalah peristiwa gaduhnya peserta Muktamar ke-33 yang digelar di Jombang, Jawa Timur.

Mekanisme pemilihan

Peristiwa itu terjadi setelah sikap para peserta terbelah saat membahas tata tertib muktamar.

Pangkal persoalan gaduhnya peserta muktamar adalah pembahasan mekanisme pemilihan Rais Aam dan ketua umum PBNU.

Draf tata tertib menyebutkan, pemilihan rais aam dan ketua umum dilakukan melalui sistem perwakilan ahlul halli wa aqdi (AHWA).

Peserta diminta mengusulkan sejumlah nama kiai untuk dipilih menjadi sembilan anggota AHWA. Nantinya AHWA yang akan memilih rais aam, pemimpin tertinggi jemaah NU.

Namun, sebagian peserta menolak sistem AHWA. Penolakan bahkan terjadi sejak registrasi peserta muktamar.

Panitia sempat mensyaratkan muktamirin mengusulkan 9 nama AHWA untuk dapat memperoleh kartu peserta resmi.

Perbedaan ini berlanjut sampai pembahasan tata tertib. Akibatnya jadwal muktamar pun menjadi molor.

Pembahasan tata tertib yang semestinya dilakukan setelah Presiden Joko Widodo membuka muktamar pada Sabtu (1/8/2015) malam terpaksa ditunda karena persoalan registrasi peserta belum selesai.

Akhirnya pembahasan tata tertib dilakukan pada Minggu siang, perbedaan pendapat antara muktamirin yang setuju AHWA dan yang menolak, membuat sidang pembahasan tata tertib mengalami kebuntuan atau deadlock pada malam harinya.

Sidang diputuskan ditunda hingga Senin. Namun, hingga Senin siang tak ada tanda-tanda pembahasan tata tertib dilanjutkan.

Pejabat Sementara Rais Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) saat itu, KH Mustofa Bisri menggelar pertemuan dengan sejumlah kiai sepuh NU dari seluruh Indonesia di Pendopo Kabupaten Jombang.

Hasil musyawarah para kiai sepuh inilah yang disampaikan Gus Mus saat sidang pembahasan tata tertib mulai dilanjutkan pukul 14.30 WIB.

Dalam pertemuan bersama kiai-kiai sepuh itu, Gus Mus bercerita bahwa mereka prihatin dengan kegaduhan muktamar. Ia mengingatkan bahwa jangan sampai Muktamar NU seperti sidang di DPR.

"Cuma sedikit yang kami sepekati untuk solusi agar tidak sama dengan di Senayan. Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan rais aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para rais syuriah," ujarnya.

Gus Mus menangis

Air mata Gus Mus tak tertahan lagi. Bicaranya bergetar menahan tangis.

"Saya malu kepada Allah Ta'ala, malu kepada hadratusyaikh Kiai Haji Hasyim Asy'ari, malu kepada Kiai Abdul Wahab Hasbullah, malu kepada Kiai Bisri Syansuri, malu kepada Kiai Romli Tamin, dan pendahulu-pendahulu kita," kata Gus Mus.

"Yang mengajarkan kita akhlakul rasul. Lebih menyakitkan lagi ketika pagi tadi saya disodori headline koran, muktamar NU gaduh," ujar dia menahan tangis.

Masih dengan berurai air mata, Gus Mus seperti pasrah menyerahkan semuanya kepada Allah. Muktamirin diajak bertawasul, mengirim doa.

"La haula wala kuata illa bilah (Tiada daya dan upaya selain dari Allah). Saya mohon sekali lagi kita membaca surat fatihah dengan ikhlas. Kita sampaikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad dengan mengharap syafaatnya," ucap Gus Mus.

"Kepada keluarga, sahabat-sahabat, tabiit tabiin, aulia dan ulama-ulama, khususnya ulama NU, dan terkhusus rais aam yang membuat saya di posisi seperti ini, (almarhum) Kiai Sahal Mahfudh," imbuhnya.

Suara bergetar Gus Mus membuat muktamirin tertunduk diam. Kali ini kalimatnya dia tujukan kepada semua peserta muktamar.

"Kenapa beliau (KH Sahal Mahfudh) wafat sehingga saya harus memikul tanggung jawab sebesar ini. Maka, saya minta pinjam telinga Anda sekalian, sebagai pejabat sementara rais aam. Doakan ini adalah terakhir, menjabat jabatan yang tidak pantas untuk saya," katanya. Sebagian muktamirin bertakbir.

"Tapi, senyampang itu, saya mempunyai jabatan, Pejabat Sementara Rais Aam, dengarkan saya sebagai pemimpin tertinggi Anda. Kalau tidak, lupakan omongan saya." kata Gus Mus melanjutkan.

Sembari terisak, Gus Mus berkata, "Kalau perlu saya menciumi kaki-kaki sampean semua. Saya akan mencium kaki-kaki Anda semua, agar Anda memperlihatkan akhlak jamiyah Nahdlatul Ulama, akhlaknya Kiai Hasyim Asy'ari."

Hampir semua muktamirin ikut menangis. Mereka seperti merasa bersalah tak menghormati kiai-kiai sepuh. Kegaduhan saat muktamar seperti tak menghormati wibawa kiai-kiai sepuh tersebut.

Kegaduhan Muktamar bisa diselesaikan

Tangisan dan ketegasan Gus Mus sebagai ulama sepuh NU akhirnya menyelesaikan semua kegaduhan muktamar.

"Kalau nanti anda-anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah, kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita," kata Gus Mus.

"Karena ini urusan pemilihan rais aam, maka kiai- kiai akan memilih pemimpin kiai," tutur dia.

Setelah Gus Mus selesai bicara, pemimpin sidang menyerukan kepada muktamirin, apakah setuju dengan penyelesaian tersebut.

Semua menyatakan setuju. Tak ada lagi perbedaan dan kegaduhan. Kali ini, suara shalawat muktamirin yang bersahutan.

Tak ada lagi kegaduhan di antara muktamirin. Tak seorang muktamirin pun yang berdiri sembari mengacungkan tangan, bersahutan meminta bicara.

https://nasional.kompas.com/read/2021/12/24/15334681/saat-m-nuh-tak-kuasa-tahan-tangis-kala-mengenang-insiden-muktamar-nu-2015

Terkini Lainnya

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada 'Presidential Club'

Pengamat Anggap Sulit Persatukan Megawati dengan SBY dan Jokowi meski Ada "Presidential Club"

Nasional
Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Budi Pekerti, Pintu Masuk Pembenahan Etika Berbangsa

Nasional
“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

“Presidential Club”, Upaya Prabowo Damaikan Megawati dengan SBY dan Jokowi

Nasional
Soal Orang 'Toxic' Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Soal Orang "Toxic" Jangan Masuk Pemerintahan Prabowo, Jubir Luhut: Untuk Pihak yang Hambat Program Kabinet

Nasional
Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Cak Imin Harap Pilkada 2024 Objektif, Tak Ada “Abuse of Power”

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke