Salin Artikel

Surat untuk Tuhan dan Polisi Indonesia

SUATU ketika di sebuah sekolah dasar, untuk melatih kebiasaan menulis dan menggunakan jasa pos, seorang guru meminta murid-muridnya di kelas 3 untuk mengerjakan tugas.

Setiap anak diberi tugas menulis surat dan bebas ditujukan kepada siapa saja. Boleh ke ayah, ibu, kakak, adik, kakek, nenek, kerabat atau teman.

Mereka diajari cara menempel perangko, menulis alamat surat yang dituju, dan alamat pengirim. Semua murid diminta menulis alamat sekolahnya sebagai alamat pengiriman.

Para murid mengerjakan tugas dengan serius. Suasana kelas hening. Surat yang sudah selesai ditulis lengkap dengan perangko dan alamat dikumpulkan di meja guru. 

Semua surat yang terkumpul dibawa guru ke kantor pos. Pegawai kantor pos dengan cepat memisahkan dan mengklasifikasikan surat-surat yang masuk. 

Ada satu surat yang tidak jelas alamat tujuannya. Pegawai kantor pos melaporkan surat itu kepada kepala kantor pos.

Kepala kantor pos yang hampir menghabiskan sebagian besar umurnya sebagai pegawai pos juga heran dengan surat “aneh” ini. Baru kali ini dia menemui surat yang janggal.

Dalam surat tertera, ”Kepada Yth Tuhan di Tempat” tanpa disertai alamat.

Akhirnya, kepala kantor pos memutuskan untuk menyerahkan surat itu ke kantor polisi terdekat. Harapannya, polisi bisa menyelidiki alamat pengiriman surat itu. 

Polisi jaga yang menerima surat tersebut awalnya mengira bisa dengan mudah mencari alamat Tuhan. Ternyata sungguh tidak mudah. Polisi jaga menyerah. Ia pun melaporkan kasus alamat yang pelik ini kepada komandannya. 

Menerima surat itu, komandan polisi ikut pusing. Sepanjang kariernya sebagai polisi, baru kali ini ia mendapat kasus yang demikian sulit dipecahkan. 

Mencari penjahat kambuhan atau mengungkap kasus pembunuhan ternyata lebih mudah daripada mencari alamat Tuhan.

Pusing karena tak dapat menemukan alamat Tuhan, Sang Komandan memerintahkan salah satu anak buahnya untuk membuka surat itu.  

Tulisan tangan surat itu demikian rapi. Isinya,

Tuhan
Dengan surat ini, saya berharap kiranya Tuhan bisa mengirim kepada saya uang Rp 200.000.

Orang tua saya miskin dan kemarin keduanya terkena Corona. Saya belum pernah lihat uang banyak.

Kabulkan doa saya agar orang tua saya mendapat pekerjaan kembali. Ayah bekerja sebagai ojek online dan Ibu saya pencuci baju.

Selamatkan kami semua dari pandemi. Saya tunggu kiriman uangnya.

Terima kasih Tuhan

Narwati

Hening. Semua polisi yang berada di ruangan begitu terharu mendengar isi surat itu. Mata komandan terlihat memerah. 

Tergerak oleh surat tersebut, komandan memerintahkan anak buahnya untuk patungan mengumpulkang uang. Karena tanggal tua, ada yang memberi Rp 2 ribu; ada yang Rp 3 ribu; paling tinggi adalah Si Komandan, Rp 50 ribu. Uang yang terkumpul hanya Rp 175 ribu.

Surat balasan dari “Tuhan” bersama uang Rp 175 ribu itu diantarkan polisi ke sekolah.

Guru yang memberi tugas memanggil Narwati, murid yang menuliskan surat kepada Tuhan. Narwati begitu gembira karena mendapat balasan surat dari Tuhan. Ketika membuka sampul surat dan menghitung isi uangnya, dia begitu kecewa.

Narwati menulis surat balasan: 

Kepada Yth Tuhan
Di Tempat

Terima kasih Tuhan, saya sudah menerima surat balasan.
Saya ucapkan terima kasih karena Tuhan mengabulkan permintaan saya

Hanya lain kali, jangan menitipkan surat balasan lewat polisi.
Uang Rp 200 ribu yang saya minta, ternyata di surat balasan hanya berisi Rp 175 ribu.

Salam sayang untuk Tuhan.

Narwati

Kisah fiktif ini kerap saya ceritakan di kelas-kelas yang saya ampu di berbagai perguruan tinggi. Entah, siapa pengarang kisah ini. Namun pesannya jelas: tindakan polisi, sebagus dan semulia apapun, kerap dipahami berbeda oleh masyarakat. 

Satu kasus buruk yang menimpa seorang polisi bisa berakibat pada citra buruk pada organisasi kepolisian. Masyarakat hanya mengingat hal-hal negatif dan mengubur hal-hal baik tentang polisi.

Polisi dan citra setting-an

Seiring semakin surutnya pamor televisi karena migrasi kebiasaan pola konsumsi informasi audiens ke media sosial, strategi komunikasi kepolisian harus berubah.

Di layar kaca, dalam sejumlah acara khusus tentang aksi memberantas kriminalitas, polisi dicitrakan sebagai superhero. Sudah jadi rahasia umum, aksi-aksi polisi di televisi kerap di-setting, tidak alami. 

Tak heran, ketika ada satu polisi terjerat kasus pidana, mindset publik dengan cepat beralih. Dari yang kagum sepenuh jiwa menjadi benci setengah mati.

Mabes Polri harus memberikan arahan yang jelas kepada seluruh jajaran: kerjakan tugas sehari-hari dengan sempurna, jangan berbuat salah.

Kita tahu, apresiasi positif seringkali merupakan skenario dari Humas Polri. Namun, apresiasi positif masyarakat bisa muncul tanpa skenario ketika mereka memang berjumpa dengan polisi-polisi baik di lapangan.  Polisi-polisi yang baik secara alami, bukan setting-an.

Kita sering melihat apresiasi positif itu viral secara natural di berbagai media sosial. Dampaknya bagi citra kepolisian jauh lebih besar ketimbang aksi-aksi setting-an.

Kelezatan makanan sebuah rumah makan dikenal publik bukan karena komentar pemiliknya, tapi karena testimoni jujur para konsumen.  

Saya tergelitik dengan aksi polisi di Polres Mempawah, Kalimantan Barat, yang rela kehujanan saat mengatur lalu lintas di pertigaan Jalan Sungai Pinyuh beberapa waktu lalu.

Di sisi jalan yang lain, ada rekannya sesama polisi yang merekam aksi “settting-an” ini. Entah memang benar-benar bertugas tanpa pamrih atau hanya mengejar konten, kegiatan ini diabadikan dalam foto dan rekaman video.

Warga yang melintas di pertigaan Sungai Pinyuh dan kebetulan melihat polisi yang kehujanan dan polisi yang merekam menjadi tertawa geli sendiri.

Program Presisi yang digagas Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit sebetulnya bisa diterapkan dengan mudah di lapangan. Unsur-unsur Presisi seperti prediktif, responsibilitas, transparansi, dan berkeadilan harus diwujudkan dalam aksi nyata di lapangan.

Dalam falsafah Jawa ada ajaran sepi ing pamrih rame ing gawe yang bermakna tidak banyak pencitraan, tidak punya niat tersembunyi tetapi rajin bekerja dan bermanfaat.

Program Presisi seharusnya diaplikasikan dalam semangat falsafah Jawa itu tanpa pembingkaian yang dipaksakan.

Polisi-polisi baik

Kisah kebaikan yang ditebar anggota Bhabinkamtibmas Bergas Lor, Polres Semarang, Jawa Tengah, Bripka Agus Hermanto yang menyisihkan uang pribadinya untuk menyantuni warga terdampak pandemi begitu sangat orisinal.

Aksi bagi-bagi nasi bungkus yang dimasak istrinya serta masker setiap Jumat pagi bukan dibuat dan direncanakan Humas Polres Semarang. Warga yang melihat aksi Bripka Agus tergerak secara spontan untuk merekam dan menyebarkan videonya. 

Bripka Agus sendiri tidak tahu ada warga yang merekam dan mengapresiasi perbuatannya (Kompas.com, 1 September 2021).

Walau berpangkat rendah, Agus Hermanto dengan sadar memahami kekuatan pendekatan komunikatif terhadap warga yang tidak mampu soal kesadaran menggunakan masker.

Masih terkait dengan penjabaran Program Presisi yang lain, dukungan dalam penanganan pandemi juga menjadi tugas tambahan baru Polri semenjak Covid-19 meruak di tanah air.

Apa yang dilakukan personel Polri di Direktorat Polisi Air dan Udara Polda Sulawesi Tenggara dalam membantu vaksinasi warga di pulau-pulau terpencil dan menyalurkan bantuan sembako untuk keluarga nelayan miskin juga layak mendapat apresiasi.

Dipimpin Kombes Suryo Aji, para pesonel dengan sigap mendistribusikan sumbangan alumni Akademi Kepolisian (Akpol) 95 yang tergabung dalam Patriatama kepada nelayan-nelayan di pesisir pantai dan pulau-pulau terpencil di Sulawesi Tenggara.

Secara serentak di seluruh tanah air, seluruh alumni Akpol angkatan 1995 juga menggelar kegiatan sosial serupa. Andai setiap angkatan di Akpol melakukan hal yang sama, tentu akan semakin besar warga yang terbantu.

Saya masih berkeyakinan, di republik ini masih banyak personel polisi yang senyap dalam bertindak simpatik dalam membantu masyarakat dan berlaku terpuji.

Ada sosok polisi yang menjadi pengubur jenazah Covid saat tidak ada warga yang berani memakamkan jenazah.

Ada sosok polisi yang mengurus warga yang menjalani isolasi mandiri. Ia akhirnya ikut tertular.

Ada polisi yang rela memberikan uang yang ada di dompetnya untuk membantu warga yang kelaparan.

Walau belum ada data yang akurat, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pernah merilis, jumlah personel Polri yang meninggal terpapar Covid melebihi jumlah tenaga kesehatan. (Okezone.com, 19 September 2020).

Data dari LaporCovid19 hingga 5 September 2021 mencatat, sudah 1.977 tenaga kesehatan yang gugur terpapar Covid.

Tugas personel Polri yang setiap hari berinteraksi dengan masyarakat tentu sangat berisiko terpapar Covid.

Hingga Desember 2020 Polda Jawa Timur sudah kehilangan 60 personelnya karena Covid (Cnnindonesia.com, 29 Desember 2020). Polda Jawa Tengah kehilangan 33 personel karena alasan yang sama (Liputan6.com, 31 Desember 2020).

Ada banyak polisi yang bertaruh nyawa dalam mengemban tugas, mengesampingkan urusan pribadi, dan kadang bekerja di luar batas kemampuan di tengah pandemi ini. 

Maka, seyogianya Tri Brata Polri tidak hanya slogan, tapi sungguh menjadi pedoman moral dan penuntun hati nurani bagi setiap anggota Polri di mana pun berada. 

Menjadi “Rastra Sewakottama” yakni abdi utama nusa dan bangsa; bertekad mengedepankan “Nagara Janottama” yaitu warga negara tauladan; serta berlaku “Jana Anusasana Dharma” yang berarti wajib menjaga ketertiban masyarakat.

https://nasional.kompas.com/read/2021/09/05/18525241/surat-untuk-tuhan-dan-polisi-indonesia

Terkini Lainnya

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya 'Clean and Clear'

Cek Lokasi Lahan Relokasi Pengungsi Gunung Ruang, AHY: Mau Pastikan Statusnya "Clean and Clear"

Nasional
Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Di Forum Literasi Demokrasi, Kemenkominfo Ajak Generasi Muda untuk Kolaborasi demi Majukan Tanah Papua

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke