Salin Artikel

Membandingkan Sikap Jokowi dan Pemimpin Negara Lain Saat Pandemi Covid-19 Memburuk...

Kasus Covid-19 di Indonesia menembus angka 1 juta pada Selasa (26/1/2021) dengan adanya penambahan 13.094 kasus baru. Penambahan itu mengakibatkan total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 1.012.350.

Kasus Covid-19 di Indonesia mencapai angka psikologis kali pertama saat menembus 100.000 kasus yang terjadi pada 27 Juli 2020. Saat itu kasus baru Covid-19 bertambah 1.525 dalam sehari sehingga total kasus pun bertambah menjadi 100.303.

Adapun saat kasus Covid-19 menyentuh angka 1 juta, Presiden Joko Widodo memanggil sejumlah menteri ke Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk menggelar rapat terbatas.

Salah satu yang turut menghadiri rapat yakni Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. Usai rapat, Menkes pun menyampaikan sejumlah pesan.

Budi menyebut bahwa ada dua makna di balik angka Covid-19 yang kasusnya sudah lebih dari 1 juta.

Makna pertama, kata Budi, saatnya Indonesia untuk berduka. Sebab, dengan terus meningkatnya kasus, banyak sekali pasien yang meninggal dunia. Bahkan, sudah lebih dari 600 tenaga kesehatan gugur dalam menghadapi pandemi ini.

"Dan mungkin sebagian dari keluarga dekat dan teman dekat sudah meninggalkan kita. Itu momen pertama yang harus kita lalui bahwa ada rasa duka yang mendalam dari pemerintah, dari seluruh rakyat Indonesia atas angka ini," ujar Budi.

Makna kedua, kerja ekstra keras mesti terus dilanjutkan. Dengan cara demikian, pengorbanan yang sudah dilakukan para tenaga kesehatan tidak menjadi sia-sia.

"Angka 1 juta ini memberikan satu indikasi bahwa seluruh rakyat Indonesia harus bersama dengan pemerintah bekerja bersama untuk atasi pandemi ini dengan lebih keras lagi. Kita teruskan kerja keras kita," ujar Budi.

Pemerintah klaim bisa kendalikan pandemi

Kendati pemerintah melalui Menkes menyatakan keprihatinan saat kasus Covid-19 mencapai 1 juta lebih, Presiden Jokowi beberapa hari sebelumnya justru mengucapkan rasa bersyukur lantaran pemerintah mengklaim bisa menangani pandemi Covid-19.

"Kita bersyukur Indonesia termasuk negara yang bisa mengendalikan dua krisis tersebut dengan baik," kata Jokowi dalam acara Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) Persekutuan Gereja-gereja (PGI) di Indonesia melalui tayangan YouTube Yakoma PGI, Senin (25/1/2021).

Padahal saat Jokowi mengucapkan rasa syukur atas klaim keberhasilan pemerintah, kasus Covid-19 di Indonesia sudah mencapai angka 989.262 dengan kasus aktif sebanyak 162.617 orang.

Selain itu fakta di lapangan menunjukkan sejumlah indikator penanganan Covid-19 memburuk. Hal itu dibuktikan dengan tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 yang mencapai 80 persen lebih di Jakarta dan sekitarnya.

Tingkat keterisian rumah sakit rujukan yang mencapai 80 persen lebih mengakibatkan masyarakat kesulitan mendapatkan tempat tidur untuk isolasi ketika anggota keluarganya terpapar Covid-19.

Bahkan positivity rate pun terus meningkat meskipun pemerintah telah menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) tahap pertama pada 11-25 Januari.
Pada 11 Januari positivity rate nasional tercatat sebesar 15,8 persen.

Kemudian, selang sepekan yakni pada 18 Januari, positivity rate nasional tercatat sebesar 16,4 persen. Dengan demikan ada peningkatan sebesar 0,6 persen.

Selanjutnya, pada 25 Januari positivity rate nasional tercatat sebesar 17 persen. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 0,6 persen. Peningkatan positivity rate secara berkala menunjukkan penularan Covid-19 di Indonesia semakin parah.

Tak hanya itu, jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia dalam sehari juga beberapa kali mencapai angka tertinggi di masa PPKM.

Pertama, terjadi pada 13 Januari. Pasien Covid-19 yang meninggal dunia hari itu mencapai 306 orang. Jumlah itu merupakan yang tertinggi sejak pandemi Covid-19 berlangsung di Indonesia pada 2 Maret 2020.

Kedua, terjadi pada 21 Januari. Pasien Covid-19 yang meninggal dunia hari itu mencapai 346 orang dan menjadikannya sebagai angka kematian tertinggi.

Angka kematian tertinggi kembali terjadi pada Rabu (27/1/2021) yakni sebanyak 387 pasein Covid-19 yang meninggal dunia.

Respons pemimpin negara lain saat kasus Covid-19 melonjak

Di saat Presiden Jokowi mengucapkan rasa syukur di tengah indikator penanganan Covid-19 yang terus memburuk, sejumlah pemimpin negara lain justru tak sungkan menyatakan kegagalannya dalam menangani pandemi saat terjadi lonjakan kasus di negaranya.

Presiden Filipina Rodrigo Duterte misalnya, tak segan untuk mengakui kegagalan menangani pandemi Covid-19 saat kasus di negaranya mencapai 103.185 pada Agustus 2020.

“Kami gagal total. Tidak ada yang mengantisipasi ini. Tidak ada orang yang memprediksi bahwa dalam sehari ribuan orang jatuh sakit,” kata Duterte sebagaimana dilansir dari AFP.

Hal yang sama dilakukan Kanselir Jerman Angela Merkel saat kematian pasien Covid-19 mencapai angka tertinggi dalam sehari pada Desember 2020, yakni sebanyak 590 orang.

“Saya memohon maaf dari lubuk hati yang terdalam. Namun jika harga yang kita bayarkan adalah 590 kematian sehari maka hal ini tidak bisa saya terima,” ujar Merkel sebagaimana dikutip dari DW.

Dalam kesempatan itu Merkel juga memohon dengan sungguh-sungguh agar masyarakat Jerman kembali bersabar untuk menghadapi kebijakan lockdown untuk menekan angka kematian dan penularan Covid-19.

Selain itu Perdana Menteri Inggris Boris Johnson juga tak malu untuk meminta maaf kepada rakyatnya lantaran kasus kematian akibat Covid-19 telah menyentuh angka 100.000 pada Selasa (26/1/2021).

Hal itu membuat Inggris menempati peringkat kelima negara dengan kematian akibat Covid-19 tertinggi di dunia.

“Saya meminta maaf yang sedalam-dalamnya dan bertanggung jawab penuh atas nyawa-nyawa yang hilang. Sulit untuk menghitung duka yang diakibatkan hilangnya nyawa dengan cara yang tragis dalam setahun terakhir,” kata Johnson sebagaimana dilansir dari Telegraph.

Pemerintah menghibur diri

Melihat sikap Jokowi yang berbeda dengan pemimpin negara lain saat penanganan pandemi Covid-19 terus memburuk, pengamat kebijakan publik Trubus Rahadiansyah berpendapat klaim Jokowi justru bertujuan untuk menutupi kegagapan pemerintah dalam penanganan pandemi.

Menurutnya, selama ini berbagai kebijakan yang dikeluarkan pemerintah untuk penanganan pandemi tidak ada yang matang.

"Pemerintah itu justru gagap. Gagap mengatasi situasi pandemi. Ini berakibat pada munculnya banyak sekali panic policy," kata Trubus, Selasa (26/1/2021).

Trubus pun mengatakan Jokowi terlihat seperti menghibur diri agar masyarakat tidak panik. Sebab, faktanya, kasus Covid-19 belum juga mereda.

"Ini lebih cenderung menghibur diri, seperti biar masyarakat tidak panik. Padahal itu kan sebenarnya cenderung seperti membohongi publik jadinya," ucapnya.

https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/13453401/membandingkan-sikap-jokowi-dan-pemimpin-negara-lain-saat-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke