"Kami juga melakukan LDP bagi penyintas untuk memulihkan trauma akibat gempa," ujar Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos, M Safii Nasution dalam keterangan tertulis, Senin (18/1/2021).
Adapun tim LDP Kemensos berasal dari unsur Tagana, Tenaga Kesejahteran Sosial Kecamatan (TKSK), dan Sumber Daya Manusia (SDM) Program Keluarga Harapan (PKH).
Latar belakang mereka meliputi pekerja sosial, penyuluh sosial, hingga psikolog.
Dalam trauma healing ini, Petugas yang dikerahkan berasal dari tim LDP pusat 10 orang, Tagana setempat 12 orang dan TKSK 6 orang. Sedangkan untuk SDM PKH setempat sebanyak 17 orang.
Mekanisme layanan yang diberikan di masa pandemi ini akan dibagi dalam kelompok kecil di dalam tenda Covid-19.
Hal ini sesuai kategori kelompok rentan, masing-masing maksimal 10 orang per kelompok. Skema ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran Covid-19 di tenda pengungsi.
"Layanan yang diberikan antara lain berupa konseling, permainan bagi anak-anak, pemberian kuis dan permainan sejenisnya agar mereka dapat melupakan trauma terhadap kejadian gempa ini dan kembali hidup normal," terang dia.
Di samping itu, pemerintah juga memastikan layanan dan kebutuhan kelompok rentan terpenuhi.
Salah satu layanan yang diberikan adalah adanya tenda khusus.
"Mereka kita tempatkan di tenda khusus yang punya sekat dan sirkulasi udara memadai. Ini kita berikan supaya mereka merasa nyaman," imbuh Safii.
BNPB mencatat, hingga pukul 08.00 waktu setempat, ada 19.435 orang yang mengungsi sesaat gempat melanda Sulawesi Barat pada Jumat (15/1/2021), sekitar pukul 02.28 waktu setempat.
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/18/23105141/kemensos-beri-trauma-healing-korban-gempa-sulawesi-barat