Pertama, pembelian vaksin tersebut mempertimbangkan keamanan dan mutu.
"Kalau mau lihat bermutunya adalah dengan melihat mana yang sudah masuk dalam rekomendasi WHO. Dan vaksin ini adalah salah satu yang telah masuk dalam rekomendasi WHO," kata Nadia ketika dihubungi Kompas.com, Selasa (8/12/2020).
Oleh karena itu, menurut Nadia, Vaksin Sinovac yang kini sudah diterima pemerintah itu dipastikan aman, bermutu, berkhasiat baik.
Kedua, harga terjangkau. Menurut Nadia, jika khasiat vaksin baik tetapi harga mahal tentu akan menjadi pertimbangan.
"Kalau berkhasiat tapi harga luar biasa kan kita juga punya keterbatasan," ungkapnya.
Ketiga, vaksin Sinovac juga sudah masuk uji klinis tahap ketiga.
Terlebih, kata dia, pemerintah juga ikut melakukan riset sendiri dalam uji klinik fase ketiga ini.
Keempat, pemerintah melihat vaksin ini memiliki efek samping yang rendah.
Pertimbangan kelima, yakni vaksin memiliki dosis tunggal. Artinya tidak perlu penyuntikan berkali-kali dalam kurun waktu tertentu.
Pertimbangan keenam, kata Nadia, mempertimbangkan sistem distribusi yang sudah dimiliki Indonesia.
"Misalnya rantai dingin antara dua hingga delapan derajat. Dalam kondisi darurat maka tentu kita pilih yang sesuai dengan yang sudah ada itu," tutur Nadia.
"Jadi banyak hal ya yang kita bisa jadikan pertimbangan. Pemilihan vaksin itu sangat bergantung negara itu sendiri, bukan negara lain," tambahnya.
Diberitakan, kedatangan vaksin Covid-19 asal China menambah optimisme pemerintah terhadap penanganan Covid-19 di Indonesia.
Presiden Joko Widodo mengungkapkan rasa syukurnya karena 1,2 juta dosis vaksin buatan perusahaan biofarmasi Sinovac itu sudah diterima pemerintah.
Jokowi menyebut, vaksin yang datang pada Minggu itu merupakan vaksin siap suntik.
Selain itu, akan ada 1,8 juta dosis vaksin siap suntik yang akan tiba pada Januari 2021. Kemudian, pada Januari 2021, akan tiba 45 juta dosis bahan baku curah untuk pembuatan vaksin Covid-19.
Sebanyak 45 juta dosis itu akan tiba dalam dua gelombang. Gelombang pertama sebanyak 15 juta dosis dan gelombang kedua sebanyak 30 juta
Namun, Jokowi mengingatkan, vaksin dari Sinovac tersebut tak bisa langsung didistribusikan kepada masyarakat.
Sebab, vaksin tersebut harus diperiksa keamanannya oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Jika nanti dinyatakan aman, BPOM akan mengeluarkan izin edar darurat dan barulah vaksin tersebut siap disuntikkan ke masyarakat.
https://nasional.kompas.com/read/2020/12/08/12480491/6-alasan-pemerintah-mengapa-beli-vaksin-covid-19-dari-sinovac-china